Rawindra Nawasena
Nama yang indah bukan? Cahaya matahari yang membawa masa depan cerah.
“Wah pasti orang tua mu menginginkanmu menjadi orang pemimpin!”
“Pasti kamu akan menjadi orang yang menuntun banyak orang!”
Itulah kata-kata yang sering aku dengan dari orang-orang yang mengetahui arti namaku atau setelah mereka bertanya arti namaku. Lagian apa sih arti sebuah nama? Kenapa orang tua memberikan beban yang berat untuk anak mereka, kenapa tidak memberikan nama yang sederhana, nama yang mudah untuk diemban, nama yang mudah untuk dicapai, bukan nama yang membawa makna yang berat seperti namaku?
Aku terlahir dari keluarga sederhana dengan Ayahku yang sangat bekerja keras hingga dia jarang sekali di rumah. Aku adalah anak satu-satunya di keluarga ini, sejak aku lahir Ibuku sudah lama pergi, saat aku bertanya kemana Ibu, Ayah selalu menjawab Ibumu tidak akan pernah kembali kata Ayahku. Sebenarnya aku juga tidak begitu peduli dengan siapa Ibuku, menurutku yang penting aku bisa menjalani kehidupanku dengan nyaman, itu saja sudah cukup. Entah tanpa kasih sayang dan cinta pun aku tidak peduli dengan itu.
System Analyst, aku bekerja di salah satu start up, meski dengan bayaran yang lumayan tinggi bagi seorang pekerja tidak tetap, aku tetap saja tidak bisa menikmati pekerjaanku. Aku tidak pernah sukses dalam berinteraksi dengan orang lain, baik dari sekolah sampai pekerjaanku saat ini. Entah kenapa semua orang yang aku coba dekati selalu mencoba menjauhi, ada orang yang pernah berkata padaku,
“Ada sesuatu yang buruk yang mengikutimu kemanapun dan itu bisa dirasakan oleh semua orang, lebih baik kau selalu berhati-hati mungkin saja hal buruk tersebut bisa menyeretmu ke dalam hal yang bahkan tidak bisa kau bayangkan seberapa besar buruknya.”
Memangnya dia siapa? Dukun? Seenaknya saja mengatakan hal omong kosong begitu dihadapanku, aku memang merasa dijauhi setiap orang, namun aku tidak akan menerima alasan seperti itu. Aku lebih suka dengan alasan sifatku atau tampangku yang menyebabkan semua ini. Lagian apa yang mengikutiku coba? Mana coba keluar kau kalau memang ada! Bodo amat dengan perkataan tidak jelas seperti itu.
Pagi kali ini kujalani seperti biasa, berjalan ke tempat kerja yang bahkan aku tidak minati, kalau bukan karena paksaan Ayah, aku pasti sudah memutuskan kontrak ku dengan start up ini. Namun, aku merasa sejak tadi udara di sekitarku begitu tidak mengenakkan, terasa berat dan gelap. Seperti ada kabut hitam yang mengelilingiku, apa ini masih terlalu pagi? Berulang kali aku memastikan jam di smartphoneku, jam menunjukkan pukul 07.27 seharusnya sekarang ini matahari juga sudah bersinar terang, namun kenapa terasa masih gelap? Dan juga kenapa saat ini jalanan begitu sepi? Biasanya banyak orang berlalu lalang di jalan ini. Apa aku sekarang sedang bermimpi dan masih tertidur nyenyak di tempat tidurku? Aku berusaha bangun dengan menyubit pipiku, dan ternyata terasa sakit, ini bukan mimpi! Lalu kenapa tidak ada orang sama sekali disini? Aku mencoba cek smartphone ku, tertulis “No Signal, Anda di luar jaringan”