Mendadak tante Dyana mengajakku keluar untuk makan malam berdua, kupikir hal ini cukup baik untukku. Mengingat baru-baru ini aku telah membuatnya kesulitan, aku harap aku memiliki kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan tante Dyana malam ini.
"Kayla, tante mau ngomong sesuatu" ucap tante Dyana.
"Kenapa tante?" tanyaku,
"Tentang papa kamu" lontarnya.
Meskipun kami selalu berkirim pesan, namun karena tak benar-benar menemuinya secara langsung. Mendengar tante Dyana menyinggung soal papaku, rasanya aku malah semakin rindu, sejujurnya aku juga mencemaskan tentang kondisi papaku.
"Papa kenapa tante?" tanyaku.
"Minggu depan, papa kamu akan menggelar pernikahan di Jepang" ungkap tante Dyana.
Rasanya aku salah mendengar ucapan tante Dyana, beberapa kalipun aku mencoba mencerna ucapannya, perasaanku tetap sama, aku tetap terkejut.
"Maksud tante?" tanyaku, sembari menggenggam kedua tanganku yang gemetar.
"Tenang Kayla, tante juga kaget tapi ini keputusan papa kamu, tante gabisa berbuat apapun" sesalnya.
"Kak Ara, kak Ara tau?" tanyaku lagi, begitu mengingat tentang kakak perempuanku tersebut.
Tante Dyana menggangguk pelan, perasaanku saat ini sangat hancur, bercampur aduk, sedih, kecewa,marah,dan merasa bodoh, hanya aku yang tak tau apapun disin. Kenapa mereka setega ini padaku. Bagaimana bisa papa membuat keputusan seperti ini.
"Tante, kayla mau istirahat" ujarku, sambil menahan air mata.