I ( Everything In My Life )

Liepiscesha
Chapter #13

It's okay to feel broken

Tak seperti apa yang aku pikirkan, sepertinya kehidupanku dan Kenzie cukup jauh berbeda, seakan dunia kami tak benar-benar sama. Karena kejadian kemarin malam, aku di buat sadar bahwa mungkin saja aku dan Kenzie memang tak di takdirkan bersama.

Mana mungkin aku berani menentang apa yang keluarganya larang, kami bahkan belum mengenal begitu lama. Aku sadar, selama ini aku hanya menceritakan kisah hidupku pada Kenzie tanpa pernah sekalipun mendengar kisahnya.

Sepertinya aku memang harus melangkah mundur, menjauhinya, menghindari dunianya.

Nala duduk di sampingku, memandangiku yang nampak murung di matanya. Aku tak mampu menceritakan kejadian malam itu pada Nala, jujur saja aku sangat malu sampai rasanya ingin menghilang dari hadapan semua orang.

Semalam aku datang ke makan malam keluarganya dengan seragam sekolah, di mata mereka aku pasti nampak sangat kekanakan dan memalukan. Aku begitu marah, Yenna pasti dengan sengaja membuatku datang ke tempat itu, ia ingin menunjukkan padaku, bahwa Kenzie adalah miliknya. Meski begitu, melihat Yenna yang tampil anggun dengan gaunnya, sepatu berhak tinggi dan dandanan wajah yang cantik, aku iri dengan semua yang ada pada dirinya malam itu.

"Lo kenapa sih? Kay?!" tegur Nala.

"Hm?" gumamku.

"Daritadi melamun mulu, lo lagi ada masalah?" tanyanya.

"Mmm...gak" jawabku.

Aku menghela napas berat, tak bisa melupakan perasaan kecewaku karena kejadian kemarin.

Sejak kejadian kemarin, Kenzie masih belum menghubungiku kembali. Sebenarnya aku cemas, jika saja keluarganya menekan Kenzie atas kejadian tersebut.

Jika memang seperti itu, mungkin saja saat ini Kenzie tengah kesulitan seorang diri, menanggung apa yang telah dia perbuat di hadapan keluarganya. Aku lebih merasa bersalah padanya, aku bahkan tak bisa melakukan apapun saat ini untuk bisa membantunya.

Akhir pekan ini aku pergi menuju toko buku bersama dengan Nala, tak munafik aku datang dengan harapan bisa menemui Kenzie di tempat ini. Berhari-hari tanpa kabar, membuatku cemas dan merindukannya. Aku tak ingin berpisah seperti ini, setidaknya aku ingin melihat bahwa dirinya baik-baik saja.

Aku memandang kosong ke arah tempat yang biasa aku dan Kenzie duduki bersama, dengan bayangan dirinya yang berada di kursi tersebut. Bayangannya menghampiriku, terasa begitu nyata seolah ia memang benar ada di hadapanku.

"Kay... kok lo diem aja? itu Kenzie kan" tegur Nala, sembari menyikut lenganku.

Nala menyadarkanku bahwa sosok yang aku lihat bukan hanya sekedar bayanganku, Kenzie benar ada di hadapanku saat ini.

Aku tersentak dan tak bisa berkata apapun, lidahku terasa kelu tak bisa mengucapkan apapun padahal begitu banyak hal yang ingin aku sampaikan padanya.

Kami hanya saling menatap canggung, begitu senyap membuat suasana terasa dingin.

Lihat selengkapnya