"Jika tidak memungkinkan untuk ada di duniaku, maka aku akan mendatangi duniamu"
***
Kenzie Poetra Yunandar, dia adalah putra tunggal dalam keluarganya. Pada awalnya dia hanya seorang anak laki-laki biasa. Namun, nasibnya telah di tentukan oleh orang lain. Dia bukan lagi hanya seorang anak laki-laki biasa, kini dunianya begitu besar namun menyesakkan.
Seorang anak lak-laki yang masih berusia 8 tahun, harus merasakan patah hati yang begitu menyakitkan. Orang-orang dewasa tak membiarkannya tumbuh seperti anak-anak seusianya.
"Kamu tidak boleh berteriak! Kamu tidak boleh mengeluh! Kamu tidak boleh menangis! Kamu harus melakukan ini! Kamu tidak boleh melakukan itu!"
Dia begitu dewasa untuk usianya yang masih terbilang muda, dia selalu tenang dan berani, dia juga cerdas. Semua orang memuji dan menyenangi hal yang ada pada dirinya. Semuanya selalu berharap lebih dan tinggi pada setiap hal yang di lakukan Ken.
Tetapi, dia tak bahagia menerima semua pandangan tersebut. Tetap, dia masih anak-anak dan rapuh. Dia terus menerima tekanan tersebut. Dia tak menunjukkan bahwa dirinya takut, meski jauh di dalam dirinya dia begitu merasa kecil dan hancur.
Bagaimana seseorang tidak boleh menangis. Bagaimana jika sakit, bagaimana jika terluka, bagaimana dia harus menahan semua itu seorang diri, anak sekecil itu.
Dia tidak bisa memilih apapun yang dia inginkan. Jalannya sudah di tentukan, dia hanya harus menjalani apapun yang telah keluarganya buat untuk dirinya.
Terbiasa dengan semua beban itu, dia tumbuh seperti apa yang keluarganya inginkan. Tunas kecil tersebut, terus tumbuh menjadi tanaman indah yang paling berduri. Dia membuat semua orang terpukau dan merasa takjub akan keindahannya, namun dia tak membiarkan siapapun bisa menyentuhnya.
Dia berpikir, dia hanya akan tumbuh menjadi sesuatu yang indah. Tapi orang-orang terus memetik kelopaknya, satu persatu, hingga akhirnya dia mulai gugur, hanya tersisa duri menakutkan. Dia tak lagi seindah seperti sedia kala, dia telah lama mati.
Ketika dia akhirnya telah menerima takdirnya, dia kemudian menemukan tempat yang lebih baik. Dia melihat tanah subur, di kelilingi air yang jernih dan sinar matahari seolah tumpah ke dalam tempat tersebut. Tempat yang begitu menakjubkan baginya.
Dia mendekati tempat itu, dengan harapan bisa tumbuh bersama dengan cahaya tersebut. Namun kenyataan langsung menyerangnya, menuntut bahwa dia tak berhak ada di tempat tersebut, dia harus kembali, bagaiamanpun juga dia harus tetap berada di tempat asalnya. Semakin berkilau tempat tersebut, semakin ia mendambakan untuk berada di sana.
Dia terus di paksa untuk kembali, lalu dia kembali. Berada dalam kengerian gelap lagi, membuatnya putus asa sebagai tanaman yang penuh duri.
Tapi siapa sangka, cahaya mendatanginya. Di tempat gelap tersebut, sinar matahari menghangatkan segala yang ada di sekitarnya. Dia bisa melihat sekitarnya dengan jelas dan lebih baik, dia mulai tersenyum bahagia.
Ketika Kayla datang dalam hidup Kenzie, laki-laki itu merasa begitu bersyukur, dia bahagia bisa bertemu dengan seseorang secerah perempuan tersebut. Gadis muda yang ceria dan penuh semangat, dia membawa begitu banyak hal positif dalam dirinya.
Kenzie yang saat itu masih berusia 18 tahun saat pertama kali bertemu Kayla, merasa hidupnya mulai berarti. Untuk pertama kalinya lagi, dia memiliki sebuah harapan, dia berhenti putus asa dan ingin hidup lebih lama lagi.