I Feel Happy or Sad

Ramanda Tsany
Chapter #1

1-1 : Aku yang baru mengenalnya

Apa kamu percaya akan keajaiban? Ya! Kalau saat ini aku percaya akan keajaiban. Namun, tunggu! Apakah benar ini keajaiban? Aku nyatakan lagi— apa ini benar-benar “Keajaiban” atau “Kesialan”...?

Apa kamu akan percaya ada dunia selain saat ini kamu injak dan kamu hidup? Kalau aku dulu tidak percaya, tetapi aku masih memimpikan itu, karena apa? Yap!

Aku sangat menyukai cerita klise ke dunia lain. Walaupun cerita ke dunia lain itu mirip dan ada banyak versi, tapi tetap saja aku menyukainya. Terutama cerita yang berlatar kerajaan yang bercerita antara seorang putri Duke dan Pangeran.

Aku selalu mendambakan ingin menemui pujaan hati seperti itu. Tidak! Aku selalu berdoa setiap aku ingin tidur setelah membaca cerita klise itu, tapi apakah kalian tahu kenyataan yang aku rasakan? Aku benar-benar ke dunia yang selalu mendambakan saat itu.

Dunia yang masih menerapkan sistem kasta dan kerajaan, teknologi yang belum terlalu maju dan lain-lain yang tidak ada di dunia modern yang aku tahu. Seharusnya aku senang karena impian selama ini menjadi kenyataan... tapi! Kenyataan ini menakutkan! Kenapa ini menjadi menakutkan?

Bayangkan kalian berada di dunia asing yang masih memetingkan keturunan, kasta. Tentu itu membuat bulu kuduk kalian berdiri, kan? Aku yang sudah terbiasa menggunakan kegunaannya teknologi, disini aku tidak dapat menikmatinya lagi.

Aah ...! Game yang kumainkan sekarang pasti sedang ada event emas... dan bagaimana dengan keadaan adik dan ibuku di dunia modern..? Aku mencemaskan mereka berdua... Ah ...! Aku lupa menceritakan awal mula terjebak ke dunia ini. Mungkin ini terdengar menyedihkan ...

Aku siswi SMA tahun ketiga. Yang kuingat terakhir kali tentang kehidupan sebelumnya adalah tubuh yang kurus, berambut hitam sedang terbaring lemas di pinggir jalan dan merasakan darah mengalir deras dari kepala. Dapat dipastikan itu adalah tabrak lari, orang yang menabrak saat aku sedang berjalan ingin pulang sekolah di pinggir jalan dengan mobilnya yang mewah berwarna putih. Orang itu keluar dari mobil dengan sempoyongan, ya ... Orang itu mengemudi saat sedang mabuk! Dan terlebih lagi dia masuk lagi setalah memastikan dia sudah menabrak orang dan kabur! Saat itu ingin aku lepas sepatu dan menamparnya, celakanya kesadaranku mulai menghilang dalam gelap, sekilas aku kira sudah berada di alam kematian. Akan tetapi, ternyata tiba-tiba bangun di tubuh putri bangsawan bergelar Duke.

Harusnya aku bahagia dengan keadaan ku karena aku hidup kembali di tubuh putri Duke yang kaya raya, dan wajah cantik ini. Proposi tubuh yang ideal, rambut hijau tua yang hampir berwarna hitam panjang mengulai lembut ke pinggul, mata yang berwarna merah marun terlihat seperti batu Ruby yang bersinar, bibir mungil kecil yang bersinar.

Benar! Ini adalah kecantikan yang sempurna. Namun, yang menyebabkan aku merasa kurang beruntung adalah aku tidak tahu soal dunia ini! Seharusnya aku tahu bagaimana jalan ceritanya, tapi dunia keduaku ini sepertinya bukan dunia dalam novel yang biasa aku baca. Eh ...? apa yang aku belum pernah aku baca? Terlebih lagi ... Pertama kali aku buka mata, tubuh ini masih berusia empat tahun! Kembali ke saat aku berumur empat tahun ...

****

Aku bangun dari kecelakaan itu dan melihat keadaan kamarku yang tidak normal. Aku langsung berteriak kencang, sehingga pelayan perempuan tiba-tiba masuk disusul tiga orang yang membawa pedang di pinggang mereka.

“Ada masalah apa, Nona?!”

Mereka semua panik dan tiga orang yang memegang pedang dipinggang mereka langsung mengecek kamarku yang bernuansa pink cerah ceria ini. Ada yang mengecek ke jendela, di lemari dan sepertinya keseluruhan kamar ini, pelayan itu mendekatiku dan memberi tatapan cemas berkaca-kaca.

“Nona, apa ada masalah apa sampai Anda terlihat ketakutan, yang kami periksa disini tidak ada apapun bukti kejahatan.” Kesatria yang terlihat pemimpin keduanya itu terlihat bingung dan menunggu jawabanku.

Pada saat itu aku masih bingung dan merasa ini masih mimpi, dan pada saat itu aku pun menikmati mimpi ini lalu melanjutkan peran ini dengan sungguh-sungguh.

“Tidak, aku hanya melihat mimpi buruk saja,” jawab kusingkat dan berusaha menjadi bangsawan yang terhormat. Namun, yang tidak sangka mereka membuka mulut karena kaget dan tidak percaya. Kenapa mereka menjadi seperti melihat hal yang tahayul menjadi kenyataan sih? Apa karena bahasaku tadi tidak seperti bahasa bangsawan?

“Nona, maafkan kalau saya lancang, apa yang tadi Anda mimpikan?”

Pelayan itu menggenggam tanganku yang mungil ini dengan lembut.

Aku harus menjawab apa? Apa harus jujur dan mengatakan, “ini kan hanya mimpi, dan namaku Bunga. Salam kenal!”

Masa aku harus bilang seperti itu ...? Aku langsung menggelengkan kepala dengan cepat sampai pelayan itu semakin cemas dan membuat diriku segera menghentikannya.

Aku batuk sedikit dengan anggun. “Aku hanya memimpikan hal yang membuatku sedikit berubah” Ini kenyataan dan aku tidak berbohong, “namun, sayangnya aku tidak bisa mengingat mimpi tersebut. Maafkan aku ...” Kubuat wajah semelas mungkin.

Reaksi yang terjadi tepat sekali! Ini membuat pelayan dan 3 orang membawa pedang itu merasa bersalah, ada yang menurunkan alis, dan ada pula yang berwajah panik memucat melihatku. “Apa aku boleh menanyakan sesuatu kepada kalian?” Aku masih memasang raut wajah tadi.

“Iya ada apa, Nona?” jawab mereka serentak, setelah itu mereka saling pandang satu sama lain.

Aku kagum dengan kekompakan mereka dan hampir saja membuka mulut karena terlalu kagum, tapi kutahan dengan sekuat tenaga.

“Sepertinya aku sudah melupakan nama kalian, bisakah kalian memperkenalkan diri kalian lagi?”

Ini adalah pertanyaan yang membuatku berdebar kencang, karena bisa jadi mereka baru bertugas. Kemungkinan tersebut bisa saja terjadi, tetapi kalau melihat kekompakan mereka sepertinya mereka sudah bekerja lumayan lama. Eh? Tapi debaran ini sangat terasa nyata sekali.

Kusentuh dada yang berdebar dan mencoba menunduk menyembunyikan ekspresiku yang bahagia kepada mereka. Mimpi ini memang luar biasa! Mereka saling pandang lagi, berbicara lewat mata. Sepertinya tindakan tadi mengira bahwa aku ingin lebih akrab dengan mereka atau mereka bingung dengan diriku yang berubah secara mendadak ...

Lihat selengkapnya