I Hate You

Desi Restiana A
Chapter #1

Prolog

"Kita belum saling kenal, tapi kita sudah bertengkar." —Libra Gabriella Andara.

"Ma, Kaos kaki Teteh di mana sih?"

"Di tempatnya lah, Teh."

"Gak ada Ma, Teteh udah cari-cari gak ada."

"Coba cari di tukang asin, Teh."

"Ma ... Serius."

"Kamu sih suka kebiasaan, yang nyimpen itu kan kamu. makanya siapin dari kemarin-kemarin, bukannya mau berangkat baru nyari ini nyari itu. Riweh pisan."

Hal yang sudah menjadi tradisi ketika masuk sekolah setelah libur panjang, perlengkapan sekolah selalu hilang entah kemana. Dasi, kaos kaki, topi, bahkan sepatu sekali pun terkadang mendadak bersembunyi, seolah mereka tau bahwa tuannya masih ingin menikmati masa rebahan panjangnya.

"Kamu nyari kaos kaki, atau nyari tokonya. Nih, ini apa? Kaos kaki kamu kan." Dan hal yang paling aneh lagi, dengan mudah Ibu pasti menemukan apa yang kita cari. Seharusnya ini masuk dalam keajaiban dunia ke 8 nih, kemampuan setiap Ibu mencari barang. Mantap jiwa.

"Padahal aku udah nyari di seluruh penjuru kamar dan nihil gak ketemu, tapi kok Mama bisa sih?"

"Mata kamu aja yang bolor," ucap Mama membuat gue melotot.

"isshh, Mama doain anaknya bolor gitu?" ucap gue kesal.

"Teh, belum berangkat? Udah jam setengah tujuh lho," ucap Ayah sambil menuruni tangga. Gue refleks melihat jam tangan dan benar ini udah setengah tujuh, jarak dari rumah ke sekolah lumayan jauh.

"Ya Allah, iya. Yah, Ma aku berangkat ya, Assalamualaikum." Gue cium tangan mereka lalu berlari keluar, mencari angkutan umum di depan gang rumah gue.

Pokonya hari ini gue gak boleh telat, masa hari pertama udah kena hukum, gak lucu kan. Untungnya ada angkot lewat, gue emang biasa naik angkot ke sekolah.

Oh iya hampir lupa, gue belum perkenalan. Nama gue Libra Gabriella Andara, siswi kelas sembilan SMP Taruma bangsa. Lahir dan tinggal di Bandung, anak pertama dari tiga bersaudara.

"Kiri, mang."

Akhirnya gue sampai di sekolah kebanggaan gue, tapi boong. Gue sebenarnya pengen sekolah di SMP Negeri, SMP Pheonix. tapi mau gimana lagi, Tuhan menakdirkan gue sekolah di sini.

Gue sedikit berlari menuju mading, mencari kelas gue. Libra Gabriella Andara, IX B. Wait, kok temen-temen gue gak ada sih, lah-lah mereka kelas IX C. Oh my god, gue kepisah sendiri masa.

"Untuk seluruh siswa, dimohon untuk cepat berbaris di lapangan karena sebentar lagi upacara akan dimulai."

Suara dari pengeras suara itu menyadarkan gue. Dengan segera gue menuju kelas untuk menyimpan tas dan langsung berlari ke lapangan.

Gue baris paling belakang karena memang gue hampir kesiangan, gue nyari temen-temen gue dan ya gue liat mereka.

"Naila, hey." Gue melambaikan tangan pada Naila, dia liat gue lalu pindah ke barisan belakang agar lebih dekat dengan gue begitupun Sifa, Tari dan Dira.

"Libra." Naila meluk gue.

"Ehh lepas, mau dimarahin lo sama anak Osis," ucap gue melepas pelukan dia.

Lihat selengkapnya