I Laughed But I Cried Too

Siji Getih
Chapter #7

Chapter VI

Pada malam hari Yusuf tengah sibuk merapikan pakaiannya, ia sebentar lagi akan pergi ke Seoul, Korea Selatan untuk menemui seseorang.

Alice berdiri di dekat Yusuf sembari menikmati secangkir kopi, "Apa kau yakin?" Alice kembali meneruskan. "Setelah sekian lama kau menghilang."

Iya, Yusuf mengambil paspor palsu yang telah dibuatkan oleh Alice. "Jika terjadi apa-apa, bicarakan saja dengan Darman dan Laskar."

Yusuf berjalan keluar sembari menarik koper menggunakan tangan kanannya. Ia sedang menunggu taksi yang sudah dia pesan tadi. Saat mobil taksi telah tiba di depan rumahnya, tiba-tiba Alice mengatakan sesuatu yang membuat Yusuf tersenyum lega.

Alice menyuruh Yusuf untuk pergi merekrutnya tetapi langsung ditolak oleh Yusuf. Yusuf mengatakan, jika wanita yang kemarin ia temui itu untuk masa depan.

Masa depan? Alice sama sekali tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Yusuf. Selang 30 menit kepergian Yusuf, Alice merasakan ada kegelisahan di dalam hatinya.

Yusuf menyandarkan tubuhnya dengan nyaman di dalam bus, mencoba untuk tertidur. Tak terasa bus yang ia naiki telah sampai di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.

Seorang petugas membangunkan Yusuf yang sedang tertidur pulas, "Permisi pak, anda telah sampai di tujuan," ujar petugas tersebut dengan berkali-kali.

Yusuf membuka matanya dengan perlahan, "Sudah sampai?" Yusuf merentangkan kedua tangannya, lalu beranjak berdiri. "Oh sudah sampai ya, terima kasih."

Dia telah sampai di bandara pada jam 4 pagi sedangkan waktu pemberangkatan ke Korea ialah jam 6, jadi dia masih memiliki waktu 2 jam.

Untuk mengisi kebosanannya itu, ia memutuskan untuk kembali tidur dengan memasang headset sehingga alarm dalam ponselnya dapat terdengar dengan jelas.

2 jam kemudian Yusuf terbangunkan oleh suara alarm, ia melepaskan headset nya dan mendengar bahwa pesawat yang akan terbang ke Korea Selatan, akan segera berangkat.

Yusuf langsung beranjak berdiri, ia menarik kopernya dengan tergesa-gesa. Di dalam pesawat dia duduk di kursi dekat jendela, di sampingnya ada seorang pria berbadan kekar berambut botak.

Pria itu tiba-tiba memberikan Yusuf sebuah permen, "Kau mau?" berbicara dalam bahasa Inggris.

Bule? tapi gak yakin, dilihat dari wajahnya saja mirip kayak orang-orang lokal. Yusuf menerima permen pemberian dari pria itu. "Terima kasih."

Di perjalanan Yusuf terus menerus melihat ke arah luar jendela. Susan? bagaimana kabar dia sekarang? aku sudah tak sabar ingin bertemu dengannya. Itulah yang di pikirkan Yusuf saat ini.

Pria di sebelah Yusuf merasa heran, apakah orang ini sudah gila? dari tadi senyum-senyum gak jelas. Saat hendak mengambil sesuatu dari dalam sakunya, tak sengaja sebuah tiket terjatuh dan tergeletak di lantai.

Pria itu langsung mengambilnya kembali, tak sengaja Yusuf melihat apa yang dijatuhkan oleh pria tadi, ia melihat pria itu sedang mengambil sebuah tiket konser The Secret.

Dengan mata bersinar, Yusuf bertanya pada pria itu. "Apa kau juga fans The Secret?"

I...iya, jawab pria itu malu. Mendengar hal itu membuat semakin bersemangat, setelah itu sampai mereka tiba di tujuan, mereka terus-terusan membicarakan tentang The Secret.

"Menurut mu siapa yang paling cantik?" tanya pria itu pada Yusuf.

"Aku rasa Rin,"

Mata pria itu terbelalak tak menyangka. Ia sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Yusuf, meskipun ia sendiri cukup dilema untuk memilihnya.

"Jadi, apakah kau juga akan menonton pertunjukan mereka?" tanya pria itu.

Yusuf menggeleng dengan tersenyum kecil diraut wajahnya. "Aku memiliki urusan lain."

"Sayang sekali," kata pria itu dengan lesu. Pria itu mengambil sebuah tiket di kantongnya, ia menawarkan tiket itu pada Yusuf secara cuma-cuma. "Siapa tahu kau juga ingin pergi menonton."

Yusuf ingin menerima penawaran dari pria itu tapi tidak bisa. Ia tahu seberapa mahalnya harga tiket untuk menonton konser The Secret. "Tidak, tidak apa. Tak usah repot-repot."

Pria itu terus memaksa Yusuf agar menerimanya, meskipun sudah beberapa kali Yusuf menolaknya. Bahkan ia langsung memasukkan tiket itu ke dalam saku baju Yusuf dengan paksa.

"Apa kau yakin memberikan tiket ini padaku?" Yusuf Kembali meneruskan. "Bukannya harga tiket ini sangat mahal?"

Iya. Dengan tersenyum, "Hibur lah dirimu! lupakan dulu masalahmu sebentar." pria itu kembali meneruskan. "Jika kau sudah merasa lebih baik, selesaikan semua masalahmu dengan baik!"

Pesawat yang mereka tumpangi telah sampai di tujuan, sebelum berpisah pria itu menanyakan nama Yusuf. "Siapa namamu? aku Ucok."

Yusuf beranjak berdiri. "Yusuf, namaku Yusuf."

Pria itu pergi terlebih dahulu sembari melambaikan tangannya. "Oke Yusuf, sampai berjumpa di konser!"

Begitu keluar dari pesawat, Yusuf langsung pergi menuju tempat mengambil koper miliknya. Saat sedang menunggu ia tak sengaja melihat Susan sedang berjalan dengan memakai pakaian seperti seorang ground staff.

Yusuf mengambil kopernya dan langsung pergi menghampiri Susan. Dengan terburu-buru ia menarik kopernya. Saat hendak berbelok tak sengaja ia bertabrakan dengan seseorang.

Terdengar suara wanita yang sedang meringis kesakitan. Yusuf merasa suara wanita itu terdengar tidak asing. Yusuf beranjak bangun dan secara tak sengaja wajah mereka saling bertatapan.

"Yusuf." Susan mengatakan itu dengan ekspresi tak menyangka. Selama ini Susan mengira bahwa Yusuf telah lama mati, tapi ketika melihat Yusuf masih hidup badannya lemas, giginya mengeras, "K...kau masih hidup?" dengan menggunakan bahasa inggris.

Lihat selengkapnya