“Lan!” Danta berseru, “kapan ibu pergi ke Pertemuan Sore?”
“Dua hari lagi, Tuan.”
“Bagus,” gumam Danta dengan kedua tangan yang ditautkan dan ditumpukan di atas meja, “suruh Nera mengantar adikku ke pasar barat setelah ibu pergi, dan sampaikan hal ini pada adik.”
“Baik, Tuan.”
“Kau boleh pergi.”
Lan membungkukkan badan sebelum keluar meninggalkan ruangan Danta. Langkahnya bergerak melalui lorong, menuruni tangga, dan melangkah ke bagian kiri bangunan; tempat kamar Marta.
Tok Tok
“Saya Lan, Nona.”
Untuk beberapa detik, tidak ada jawaban dari dalam, sampai terdengar suara, “Masuklah.”
Lan membuka pintu dengan perlahan lalu membukuk. Ia melihat Marta yang duduk memunggunginya dengan tangan yang dilipat di atas meja rias. Lan menatap Marta melalui cermin karena Marta berlaku demikian.
Lan bergerak satu langkah ke depan dan berkata, “Saya di sini untuk menyampaikan pesan dari Tuan Danta, Nona.”
“Pasar barat?” tanya Marta dengan alis yang dinaikkan. Dilihatnya melalui cermin bahwa Lan mengangguk membenarkan.
“Itu benar, Nona. Nona akan berangkat lusa, saat Nyonya sudah pergi.”
Pertemuan Sore, ya… waktu yang tepat. Walaupun terkesan tidak peduli dengan Marta, Celia selalu saja mengawasi pergerakannya dan, seringnya, memberi komentar sarkas. Jika wajahnya terlihat di padangan ibunya, rasanya tidak mungkin jika tidak mendengar pertanyaan dan komentar yang muncul dengan wajah sinis, meskipun yang dilakukan adalah hal-hal sepele. Waktu di mana Celia tidak ada adalah waktu yang tepat untuk pergi tanpa repot bersembunyi darinya.
“Seperti biasanya, Nera yang akan mengantar Nona melalui gerbang belakang. Saya akan mengabari Nona saat waktunya berangkat.”
“Baiklah,” jawab Marta enteng. Hal ini sudah diperkirakan terjadi setelah Danta tahu apa yang diinginkan pria itu. Selain pasar barat, tidak ada lagi tempat yang menurutnya menjual tanaman dan barang ilegal seperti keinginannya. Apalagi bukan hanya sekali Marta disuruh pergi kesana, tempat itu cukup sering ia datangi untuk urusan seperti ini. “Ada lagi?”
“Tidak, Nona, saya akan pamit.” Lan membungkuk sebelum mundur dan menutup pintu. Marta tidak merespons apapun, matanya masih memandang ke tempat Lan tadi berdiri lewat cermin sedangkan telinganya mendengar langkah kaki yang kian mengecil.
Apa yang kakak tawarkan sehingga mereka bisa menjadi suruhannya?
Lan dan Nera. Hanya mereka berdua yang mengetahui semua kelakuan Danta di bangunan ini selain Marta. Dahulu Lan adalah bawahan Darius yang setia, dan entah mengapa, saat Darius memindahkan posisi Lan menjadi bawahan Danta, dia menuruti semua keinginan tak masuk akal Danta tanpa protes.
Lalu Nera. Dia juga merupakan salah satu pekerja yang dipilih oleh ayah, dan kini dia juga menjadi orang suruhan Danta. Bukan bekerja mengantarkan Danta untuk urusan bisnis, melainkan mengantar Marta, yang disuruh Danta, pergi ke tempat-tempat yang tidak memiliki lisensi dan terpencil.
Bukankah seharusnya mereka merasa aneh atau bersalah saat mendapat suruhan tidak wajar seperti itu? Dan setidaknya, mereka melakukan penolakan kecil atau apapun itu dan tetap setia kepada Darius ketika ada kejadian seperti ini. Dengan melapor, hal-hal berbahaya yang dilakukan oleh anggota keluarga dapat dicegah oleh Kepala Keluarga sehingga semua orang di bangunan ini dapat terhindar dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan muncul. Bila melihat mereka sekarang, tidak ada protes atau penolakan yang mereka lakukan. Mereka melakukan semua suruhan itu dengan respons normal. Apakah dia memiliki kelemahan mereka lalu mengancamnya? Atau menawarkan sesuatu sehingga mereka tergiur dan menuruti semua keinginannya?
Marta jadi teringat kejadian dua tahun lalu saat malam sebelum ulang tahun Danta. Mereka sedang makan malam dan kedua orang tuanya dengan gembira berceloteh tentang hari esok. Pertanyaan tentang keinginan Danta untuk dijadikan hadiah ulang tahun terlontar dari bibir ayah dan ibunya.
“Tidak banyak yang aku mau, tetapi kalau bisa, aku menginginkan satu kereta kuda yang biasa digunakan oleh rakyat, bukan yang selalu kita pakai.” Itu jawaban Danta untuk pertanyaan hadiah. Walau tidak memfokuskan diri ke percakapan itu, Marta masih ingat bagaimana suara yang keluar. Dengan suara yang dipelankan dan terkesan tidak enak hati, Danta meminta itu. Tanpa melihatpun Marta sudah menduga wajah kebingungan ibu dan ayahnya.
“Kenapa menginginkan kereta kuda? Dan yang biasa?” Darius menatap heran dengan alis yang terangkat. Sejujurnya keinginan putranya ini terdengar aneh di telingnya karena keluarga mereka memiliki jumlah kendaraan yang cukup sehingga tidak perlu ditambah lagi, tetapi sekarang putranya meminta satu kereta kuda dengan penampilan biasa; sungguh aneh.
“Selama ini aku berpikir mengenai metode untuk mengetahui keinginan rakyat dengan cara melebur bersama mereka. Aku menyamar menjadi rakyat biasa dan melakukan obrolan ringan dengan mereka mengenai sesuatu selera dan lainnya yang dapat dijadikan inspirasi dalam memunculkan produk baru di bisnisku. Oleh karena itu, aku tidak hanya membutuhkan pakaian, tetapi kendaraan yang bisa mengantarku untuk lebih dekat dengan mereka.”
Darius tertawa renyah setelah mendengar penjelasan Danta. Tawanya bergabung dengan tawa Celia yang terdengar anggun. Setelah tawanya reda, Darius memandang Danta dengan tatapan bangga, satu tangannya terangkat untuk diletakkan di atas pundak Danta.
“Kau memang genius dalam pengetahuan berbisnis. Selera dan keinginan adalah sesuatu yang harus kita fokuskan saat berbisnis.”
Tepukan di bahu Danta dapat membuatnya tersenyum lebar. “Ayah berlebihan,” ucap Danta yang malah terus melebarkan senyumnya.
“Fufu, dia memang sangat mirip denganmu.” Celia tertawa kecil seraya menutup mulut dengan tangannya.
Pujian-pujian dan tawa bahagia terus muncul setelahnya. Waktu makan ini tidak henti-hentinya menjadi ajang melemparkan pujian kepada Danta. Kedua orang tuanya dengan bangga melemparkan sanjungan yang malah terdengar berulang-ulang; tidak ada niatan berhenti dan mencari topik lain.
Bohong, pikir Marta. Marta terus memfokuskan diri untuk menghabiskan makanannya, namun telinganya mendengar percakapan itu dengan jelas. Perkataan Danta sudah ia tahu pasti adalah kebohongan; pasti digunakan untuk keperluan yang dibutuhkan secara rahasia. Lihatlah sekarang, kendaraan itu dipakai Marta untuk perjalanan rahasia yang tidak diketahui banyak orang di bangunan ini, meskipun si Kepala Keluarga sendiri.
***
“Ah,” Celia menoleh tidak tertarik saat Marta menghampirinya di pintu utama; Danta yang berdiri di depannya juga menoleh, “kau sudah di sini. Nona Darkin mengundangku ke Pertemuan Sore siang ini. Pelayanmu sudah memberi tahu tentang itu kan?”
Marta berdiri di samping Danta dan mengangguk.