Terpaksa gue harus temenin kakak gue yang mau sidang putusan soal perceraiannya sama bule turunan Pakistan yang dulu amat ia idam-idamkan. Gara-gara saling cemburu terhadap rekan kantor kerja masing-masing mereka pisah dan mengorbankan satu anak hasil produksi sejak malam pertama pengantin sampai kakak gue dinyatakan berbadan dua. Anaknya sudah menginjak tiga tahun. Dia dititipkan di rumah Oma karena tidak boleh dibawa ke tempat sidang.
Ini akibat kakak gue yang tidak bangga produk lokal. Semasa lajangnya ia terobsesi dengan berondong-berondong bule. Katanya lebih gacor ketimbang barang lokal yang masih pake tambahan. Ketoprak kali ah minta ditambahin telor. Tapi apa? Cinta mereka tak seiring mesra. Hari-hari tiap ngadu ke gue soalnya berantem terus kayak Tom & Jerry pubertas. 27 tahun sudah jadi single mom. Raline Shah saja masih jomblo cuy.
Gue menelepon Ujo buat nitip absen kuliah hari ini. Dengan logat sunda yang medok kayak seblak kurang kuah, ia menuruti. Gue sangat beruntung punya teman yang rada-rada bobrok. Yah sebenarnya di kampus temen gue bukan dia aja. Ada Usep dan Sulistyo. Jamet-jamet kan namanya. Cuma gue di antara mereka yang punya nama kekinian.
Gue, Renaldy Aldian Alam. Bocah tampan 21 tahun. Anak ilmu komunikasi.
Tiga jam gue menyimak para jaksa mengoceh di hadapan para saksi dan terdakwa akhirnya berhasil mengetuk palu, memutuskan mereka berpisah secara hukum.
Ah, ada rasa lega dibenak gue melihat momen ini. Kadang gue juga kasihan sama kakak gue satu-satunya yang menempuh beban berat. Mana perempuan. Gue harap dia jadi gak sering nangis terus kayak anak kecil dan lebih bisa fokus mengasuh anaknya dan kerjaan kantor.
Kami sempatkan ke makam Ibu dan Bapak di wilayah Jeruk Purut. Setiba di sana tangisan kakak gue seketika pecah. Ia meminta maaf dan menyesali semua perbuatannya. Empat bulan sebelum meninggal, orang tua gue sudah menasihati kalo mantan suami kakak gue bukan orang baik. Mereka pernah pergoki dia lagi mabuk di bar sama perempuan-perempuan nakal tapi kakak gue gak percaya. Sayangnya, Bapak dan Ibu meninggal akibat kecelakaan sebulan yang lalu jadi semuanya berantakan.
Keesokannya gue kembali ke kampus. Mata kuliah hari ini public speaking dimana gue kurang menguasai itu. Gue gak tahu kenapa langsung keringat dingin ketika disuruh ngoceh di depan teman-teman sekelas gue sendiri padahal gue akrab sama mereka. Untungnya, hari ini hanya kuis tertulis.