Kakak gue ulang tahun yang ke 28 tahun. Gue dan Desy diminta masak makanan yang enak. Jujur, gue sama Desy belum jago masak tapi kita harus bisa menuruti perintah kakak gue. Gue inget kalo kakak gue doyan seblak. Buatin itu aja !!!
Desy setuju dengan ide gue. Dia sedikit paham soal resep seblak jadi pas pulang kuliah kita bergegas ke pasar modern. Beli bahan-bahan seperti bumbu dapur dan bahan utamanya kayak kerupuk, makaroni dan sosis besar. Setelah semuanya selesai, begitu tiba di rumah gue bergegas mengelola bahan-bahan tersebut menjadi hidangan yang pasti akan enak luar biasa.
Untungnya kakak gue lagi temani Resha yang asik main di taman kompleks sore-sore. Desy kebagian mengelola bumbu dapur sedangkan gue bagian masak. Ada raut kebingungan di wajah Desy. Gue sebagai calon suami yang baik mencari tahu masalahnya dan harus bisa memecahkan.
“Ren. Aku gak yakin sama benda ini. Ini kencur atau jahe yah. Soalnya pas tadi aku cari bumbu dapur aku menunjuk benda ini tanpa bertanya,” ucap Desy menodongkan beda yang berwarna agak putih kemerahan, mengerut dan bercabang.
“Kamu gak tahu mana kencur, mana jahe?” tanya gue.
Desy menggelengkan kepala. “Hanya satu bahan ini saat aku bikin seblak selalu tanya Ibu.”
Aku mengamati benda itu layaknya peneliti handal. Sebenarnya gue gak tahu banyak soal bumbu dapur. Cabe rawit sama cabe merah aja gue susah bedain. Dengan penuh keyakinan akhirnya gue bilang...
“Iya. Itu kencur.”
Desy setuju-setuju saja dan langsung memasukkan benda itu ke blender bersama cabe dan bawang-bawangan lalu dihancurkan menjadi satu kesatuan.
Kok baunya beda. Warnanya pun merah jingga. Desy beneran masukin kencur atau jahe? Kita saling bertanya-tanya. Gue meraih sendok lalu mencicipi seblak yang panas menggolak di atas wajan