Kandungan Desy berjenis kelamin perempuan. Doanya terwujud sejak empat bulan yang lalu. Dia juga mulai rajin ibadahnya. Shalat 5 waktunya, tahajud nya bikin gue bangga dan kadang minder. Minder karena gue sebagai suami masih jarang berdoa sama Allah. Gue doa ruku’ sama sujud aja masih terbalik dan itu alasan gue mikir buat sholat.
Subhanalah. Jam setengah lima pagi gue menemukan Desy sedang Shalat subuh dengan posisi duduk di atas bangku soalnya ia bilang sama gue, dirinya susah buat salat normal.
Imam macam apa kau ini?
Tiba-tiba suara hati gue menegur.
Sumpah, malu gue.
Hari sudah cerah. Dua mangkok bubur ayam buatan Desy tersaji di atas meja. Rasanya luar biasa enak begitu gue coba. Gue memuji hebat keahlian istri gue dan ia tersenyum mekar sebagai responsnya.
Dalam dialog pagi ini Desy ingin mengadakan tujuh bulanan yang sederhana. Gue juga terlintas ide yang sama.
“Kalo hari Jumat gimana Ay?”
“Jumat besok?”
Desy mengangguk, gue berpikir sejenak.
“Mau undang siapa saja?
“Yah keluarga dan teman-teman kita aja deh.”
Giliran gue mengangguk.
Kita melanjutkan pembahasan di kampus. Gue pengen Ujo dan Tyo bantuin gue persiapan nanti