Hari pertunangan kakak gue tiba. Semua penghuni rumah sibuk merapikan ruang tamu untuk menyambut calon abang ipar ( bule ) baru walaupun sebelumnya juga sama-sama bule. Hanya beda yang dulu dari distrik ketimuran dan yang segera terjadi ( insya Allah ) dari distrik kebaratan. Yang lama saudaraan sama Fawad Khan ( artis bollywood dari Pakistan) yang ini saudaraan sama Justin Bieber.
Gue dan kakak gue sibuk menata macam -macam makanan hasil karya gue, Oma dan Desy walau hanya sedikit terlibatnya di atas meja berukuran besar yang dipinjamkan dari ruang tamu Oma kemudian Desy merapikan sofa untuk para tamu lalu mengasah kepercayaan diri lagi untuk memimpin acara. Oma juga turut membantu dengan merapikan jendela dan halaman rumah.
Awalnya Om Sony yang diminta Oma memimpin acara tapi ia tidak bisa hadir karena urusan perusahaannya mendesak. Desy mengusul Oma untuk memimpin acara karena Oma yang paling dewasa dan pantas tapi Oma malah melempar ke Desy dengan alasan istri gue berwibawa. Oma hanya jadi penasihat.
Lalu, Caca dan Resha?
Hahahaha. Jangan ditanya. Resha sibuk dengan sarapan bubur tim ayam kesukaannya sedangkan Caca bermain sekaligus menemani Resha makan. Saat gue hampir selesai menata masakan, Desy menghampiri dengan wajah tidak nyaman. “Yank. Ikut aku ke kamar.” Desy kemudian menarik salah satu tangan gue tanpa menunggu pertanyaan gue dahulu.
Setiba di kamar Desy kembali bersuara. “Aku minta tolong. Bra aku kedodoran. Kayaknya aku pake yang kegedean deh. Bantu buka baju aku. Eh, kunci pintunya Ay.”
Ini sudah jadi hal biasa semenjak tangan Desy patah. Mau mandi, berpakaian bahkan bercinta. “Ya udah sini.” Gue perlahan membuka gaun bercorak batiknya. Ya Allah, setan di pikiran mulai menyerang. Gue tahu udah halal dan udah terbiasa tapi gak mesti sekarang juga. Tolong, jangan bangun, nanti malam saja.
Gue juga membantu pemilihan Bra di rak pakaiannya dengan bermacam-macam model dan warna. Mirip kue ape terbalik. Terkesan vulgar sih tapi ini bentuk pelajaran gue dalam mengenal karakteristik istri berdasarkan pakaian. “Udah ketemu belum bra-nya,” ucap Desy selesai bercermin.
Ada warna kuning dan putih. Semuanya mempunyai filosofi yang kuat berdasarkan warna. Kuning melambangkan kebahagiaan dan kepuasan sedangkan putih melambangkan kekuatan dan kesucian. Gue sekilas menerawang gaunnya yang terbuka setengah dari tubuh Desy.
Batik coklat. Batik itu melambangkan kebudayaan yang suci dan melambangkan kekuatan serta kebahagiaan. Kalo pakai warna putih jadi pas tapi kuning juga melambangkan kebahagiaan. Ah, bisa seharian mikirin warna BH orang.
“Ayang udah belum?” Desy mulai gregetan melihat gue melamun memandangi harta karunnya.
“Ya sudah putih aja lah. Yang penting muat.” Gue memberikan juga membantu memakaikannya. Tak lama pintu kamar terkutuk dan disusul suara kakak gue yang meminta Desy dan gue segera ke bawah. “Hey, ini acara penting. Mesumnya nanti malam aja. Entar keburu lemas. Laki gue dikit lagi nyampe.”
Gue dan Desy tak menyangka tuduhan kakak gue. Niatnya mau menjelaskan tapi gue menyuruh Desy memaklumi sikap kakak gue yang gak sabar ingin melepaskan status jandanya. “Udah, kamu udah lebih cantik dari sebelumnya. Ayok turun. Gak enak sama yang lain.”
“Makasih sayang,” ucap Desy.
Kami semua sudah berkumpul di satu ruangan. Keluarga pacar kakak gue sudah duduk dihadapan kami. Ibunya orang Indonesia ternyata dan ayahnya orang Kanada asli. Pacar kakak gue mengikuti darah sang ayah. Namun ayahnya tidak bisa bahasa Indonesia tapi untungnya ada anak dan istrinya yang menjadi penerjemah sehingga acara tidak terhambat karena saling tidak paham dalam berkomunikasi.
Tidak acara khusus seperti adat atau apalah. Kami hanya melakukan ritual sederhana tapi sesuai agama. Oh, iya bicara keyakinan ternyata kedua orang tua pacar kakak gue sudah muslim sejak lahir. Gue lupa cerita ini sebelumnya. Desy begitu berwibawa membuka acara sekaligus perkenalan keluarga gue ke keluarga mereka.
“ Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi. Namaku Desy Mahardika Sastroamidjojo. Disini aku mewakili kak Sabrina dan keluarga mengucapkan terima kasih sudah hadir ke keluarga kami yang begitu sederhana. Perihal acara yang sangat penting dunia-akhirat, kami sekeluarga berharap dengan adanya pertunangan ini semoga membangun keluarga baru, membangun silaturahmi sebagaimana kita manusia yang diagungkan Tuhan harus saling berhubungan baik dan merangkai persaudaraan yang harmonis melalui rumah tangga yang insya allahi akan terlaksanakan. Semoga Allah SWT memberikan jalan yang baik, dilancarkan semua urusannya, dipelihara kesehatan kita dan mendapatkan restu, rahmat dan keridhoannya.” Desy membuka acara penuh percaya diri dan anggun. Gue suka.
Acara terus berlangsung dengan lancar. Tawa dan canda dari keluarga kami dan pacar kakak gue menyatu dan akrab. Kami sudah saling kenal begitu cepat. Apalagi pas momen pemasangan cincin kedua calon pasangan. Kakak gue seperti wanita perawan yang belum terlalu kenal dunia pertunangan. Wajah malu-malu terpampang jelas begitu pacarnya memasukan cincin ke jari manisnya.