"Hal yang paling menyebalkan dalam kamus kehidupan gue adalah, bertemu dengan cowok paling resek kayak dia!"
~Bella Manda Oliver~
***
Botol Aqua itu sudah kosong, lebih tepatnya sudah habis. Sadar tidak ada air yang tersisa, ia mendengus lalu membuangnya sembarang arah.
Tukk!! "Aww.." eh? Sepertinya cewek itu mendengar sesuatu... Ah bodo amat! Bella mengangkat bahu acuh tak acuh.
"Eh lo! Kalo buang sampah yang bener!" Langkahnya berhenti, lalu membalikkan badan malas. Raut wajahnya mengatakan, bukan, lebih tepatnya bertanya 'apaan lo?!'
Alan memungut botol dari lantai lalu mendengus kasar. Ia melangkah cepat mendekati Bella, bukan mendekat lebih tepatnya menghampiri.
Sekarang jarak mereka begitu dekat, hanya terpaut 2 langkah saja. Mungkin.
Bella meneguk salivanya, njir! Gue bisa-bisa mati di tatap kayak gitu!
DEG!
Tatapan mereka berserobok, tampaknya tidak ada yang ingin memutuskan kontak mata mereka. Hingga..
"Ini. Punya. Gue. Dan, lo! Dengan enaknya ngabisin air di dalem botol punya gue!" Nadanya menaik beberapa oktaf, ia berucap penuh penekanan pada setiap kata-katanya. Alan mengangkat botol yang sudah kosong tepat di depan wajah Bella. Lalu menyeringai sambil membuang botol aqua itu ke tempat sampah dengan sasaran yang tepat tanpa hambatan.
"Lo! Tanggung jawab!" Sentak Alan yang membuat Bella bergidik ngeri, berusaha kabur. Akan tetapi, ia dihadang oleh kedua lengan kekar Alan yang mengurungnya. Ia tersudut.
"Gue gak mau tahu! Dalam 5 menit, lo udah ada di sini sambil bawa botol baru—dan tidak menerima penolakan!" Titahnya. Bella hanya mengangguk pasrah,
"good girl!"
***
Lorong terlihat sepi, benar-benar sepi. Murid-murid SMA Cendikia sedang mengikuti kegiatan pembelajaran. Ia melangkah terburu-buru. Bukan ingin kabur, bukan! Pengecut namanya, Bella hanya menghindar, sudah hanya itu.
Ogah banget gue gantiiin botol.. batin Bella memberenggut kesal. Lebih baik dihukum daripada harga diri dipertaruhkan, benar begitu? Apa ucapan orang? Cewek disuruh-suruh sama laki-laki yang tidak dikenal sedikitpun? Huh! Menyebalkan!
Dasar laki-laki resek, pemalas!
Punya tangan, punya kaki, punya otot, punya tulang, punya sendi.. kerjaannya nyuruh-nyuruh cewek. Situ laki atau apa? Bella terus merutuk dalam hati, ia menghentak-hentakkan kakinya sebal. Memang, perlu diakui, Bella yang salah. Tapi, bukan seluruhnya kesalahan Bella bukan? Tadi ia hanya kehilangan akal sesaat. Hanya sesaat.
Dalam segi permasalahan kali ini, yang salah itu seharusnya si cowok resek. Siapa yang menyuruh menyimpan botol di sembarang tempat, kan masalahnya tidak akan berabe seperti ini. Wajah cantiknya ia tekuk sedemikian rupa, antara kesal, marah, geli, ketiganya bersatu menjadi campur aduk. Bukan es campur ya!
Drrtt...drrtt..
Ponsel Bella bergetar nyaring didalam saku rok selutut itu. Ia menggerutu kesal sambil meraih benda pipih yang mengganggu ketenangan dalam kekesalannya.