Setelah kemaren Nita dan kawan-kawan dibikin pusing, deg-degan, dan semaput tiga kali gara-gara ulangan dadakan. Ternyata sekarang kejadian itu terulang lagi, tapi bukan ulangan, dan yang ngalamin cuma Nita sendiri.
Jadi gini.
Hari ini kebetulan Nita berangkat sendiri pake angkot ke sekolahan. Itung-itung belajar bersosialisasi sama masyarakat luas pengguna angkot. Pas nyampe sekolahan, dia nggak langsung masuk kelas. Tapi nongkrong dulu di warung depan sekolah. Warung itu memang udah jadi tempat nongkrong wajib buat anak-anak situ. Dan ternyata, temen-temen satu timnya Nita lagi pada nongkrong. Ada Astuti, Dewinda, Mila, Windy. Bergabunglah mereka dan langsung bergosip.
Mereka ngomongin apa ya? Jangan-jangan ngomongin saya? Aduh, jadi nggak enak, pagi-pagi udah diomongin.
Pas mereka lagi asyik ngobrol. Tiba-tiba mata mereka disilaukan oleh sesuatu. Atau lebih tepatnya, seseorang. Cowok berbadan tegap, putih, rambut berdiri, kuping jongkok. Dia jalan dengan gaya ala anak tiktok, slow motion. Cuma mereka slow motionnya bukan karena efek aplikasi, tapi memang gerakannya slow motion, gerak lambat secara harfiah. Dia berangkat sekolah dari hari Minggu, nyampe Rabu karena gerak lambat itu tadi.
Namanya Lembang. Selebgram, followernya banyak, kebanyakan juga cewek, kalo liat DMnya, udah kayak asrama putri! Dia udah terima endorse, dikit lagi bisa swipe up dia. Nggak Cuma di dunia maya, di dunia nyata juga konon ceweknya banyak. Tapi dia nggak pernah ngaku. Dia sih ngakunya kalo dia itu cowok ramah dan supel, jadi temennya banyak. Termasuk juga cewek...
Ih… cuih! Sori, saya kebawa sebel.
Melihat kehadiran cowok yang memang mencuri perhatian itu, Nita langsung salting, dia kan cewek normal kan ya, liat cogan macam itu ya doyan juga.
"Eh, ada Lembang lho!" kata Astuti.
"Iya tahu, kamu jangan gagap gitu dong. Biasa aja! Biasa aja!" kata Nita.
"Ini juga biasa! Kamu yang salting!"
"Salting gimana?"
"Nah itu, lutut gemeteran, gigit-gigit sapu tangan aku. Itu sapu tangan kan bau keringet, dari pertama beli belum dicuci," kata Astuti.
Tapi emang si Nita lagi gagap edan, dibilangin gitu juga, tetep aja dia gigitin sapu tangan Tuti. Kegagapannya malah nambah dua kali lipat! Soalnya ternyata si Lembang ini jalan kearah mereka.
"Dia datang, dia datang, dia datang!" jerit Nita tertahan.
"Iya, tahu. Tapi leher aku nggak usah dipiting gini dong! Lepasin, aku nggak bisa napas," kata Tuti meronta-ronta. Tapi kayaknya Nita nggak bisa denger lagi saking groginya.
"Hai," sapa Lembang begitu nyampe di depan mereka.
"Haiii..." kata Nita sambil lemes. "Gantengnyaa..." kata Nita.
"Apa?" Tanya Lembang.
"Nggak apa-apa," kata Nita. Untung nggak denger. Kata Nita lagi, tapi kali ini cukup dalam hati aja.
"Eh, itu si Tuti nggak apa-apa?" tanya Lembang begitu ngeliat keadaan Tuti yang mengenaskan. Mukanya udah membiru, rontaannya melemah.
"Oh, nggak apa-apa," kata Nita sambil ngelepasin Tuti. "Dia emang gitu setiap pagi, morning sickness,"
"Wajahmu trapesium, morning sickness!” kata Tuti yang sekarang sudah berada di dalam perawatan temen-temennya yang lain.
Berhadapan sama Lembang membuat Nita merasa bumi berhenti berputar. Dia seakan nggak ngeliat siapapun di sekitar mereka. Di mata Nita cuma ada Lembang.
"So, kemaren itu keren banget! Kalo maen kayak kemaren lagi, gue yakin kalian bisa jadi juara nasional," kata Lembang.
"Makasih..." kata Nita.
“Gue aja sampe deg-degan nontonnya, gue salut sama kalian,"
Nita nggak ngomong apa-apa. Cuma ngeliatin aja dari tadi. Dasar alay, kayak nggak pernah liat cowok cakep aja.
"Oke deh, kalo gitu gue duluan ya," pamit Lembang sambil pergi ninggalin Nita menuju temen-temennya yang udah nungguin di gerbang.
Nita ngeliatin punggung Lembang yang pelan-pelan makin menjauh. Ditatapnya dengan tatapan penuh kekaguman, nggak lupa sambil ngiler tanpa ada maksud untuk ditahan. Begitu Lembang hilang dari pandangan, Nita langsung lemes. Dia terduduk di tempat, nyaris pingsan.
"Wah, kesurupan ni anak," kata Mila. Dia lalu mencoba menyadarkan Nita. "Nit, sadar. Eling, eling, Nita,"
"Sungguh sempurna ciptaan-Nya. Nyaris tanpa cela," igau Nita di siang bolong. Kirain cuma petir doang bisa muncul di siang bolong, ternyata ngigau juga bisa.
"Nit, bangun. Masuk kelas gih, udah bel," gantian Dewinda yang nyoba nyadarin Nita.
"Kelas? Jangankan kelas, ke langit ketujuh juga aku mau. Asal sama kamu. Oh, Lembang, kamu memang ganteng banget. Jangan jauh-jauh dari aku ya," kata Nita, masih mengigau.
"Aduh, apa-apaan sih! Nita, lepasin! Tampol nih!" ancam Dewinda sambil meronta-ronta. Rupanya Nita masih ngigau. Nggak tahu gimana caranya. Dewinda tiba-tiba jadi mirip sama Lembang yang mau ngajak Nita terbang ke surga. Makanya, Dewinda yang narik tangan Nita langsung ditarik balik sama Nita, terus dipeluk-peluk, terus dicium-ciumin.