I Love You Beyond the Word

Rajasa Buana
Chapter #4

Bab 4 Perhatian yang tak terdefinisikan


> Kadang, perhatian datang bukan lewat kata cinta. Tapi lewat nasi hangat, obrolan ringan, dan seseorang yang diam-diam selalu ada—setiap pagi, setiap lelah, setiap kamu merasa sendirian.

Dan justru yang tak pernah mengaku cinta... bisa jadi yang paling mencintai.

---

Pagi itu, Aleksandra berdiri di depan pagar rumah kos Erik. Di tangannya, ada kotak makanan berbungkus kain bergambar polkadot sederhana. Hembusan angin pagi mengibaskan rambut panjangnya yang tergerai, memperjelas siluet wajahnya yang teduh namun penuh keyakinan. Ia tampak kontras berdiri di depan rumah kos kecil berlantai dua itu—terlalu anggun untuk latar yang sederhana, terlalu hangat untuk sekadar disebut tamu.

Namun di matanya, tak ada keraguan. Yang ada hanya satu tujuan: memastikan pria itu baik-baik saja.

Saat pintu terbuka, Erik muncul dengan rambut berantakan dan kaus lusuh yang sepertinya baru saja bertempur dengan mimpi buruk. Ia mengucek matanya.

“Aleksandra...? Kamu ngapain pagi-pagi banget datang ke sini?” tanyanya dengan nada setengah sadar, meski senyum gugup mulai membentuk di bibirnya. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.

“Aku mau pindah ke sini, sayang,” jawab Aleksandra dengan santai, menaikkan satu alis.

Erik terkekeh. “Ah, ada-ada aja kamu, Lex.”

“Kenapa? Kamu takut kita jadi tetangga sebelahan kamar? Aku suka lho, bisa dengerin kamu ngigau tiap malam.”

Erik tertawa kecil, menggeleng. “Mana mungkin seorang Aleksandra Rhea mau tinggal di tempat kayak gini.”

“Kata siapa? Aku malah seneng. apalagi ... ada kamu.”

---

Tanpa basa basi, Aleksandra mengangkat kotak makanan dan menyerahkannya ke tangan Erik. “Udah, jangan nanya-nanya. Nih, aku bawain sarapan. Kamu pasti belum makan, kan? Kamu tuh hobi banget nyakitin diri sendiri secara diam-diam.”

Erik terdiam sejenak, menatap mata Aleksandra. Ia tak menjawab, hanya menerima kotak itu seolah memegang sesuatu yang lebih dari sekadar makanan.

“Makasih ya... Tapi kamu nggak capek? Masak segala pagi-pagi gini?”

Aleksandra mengangkat bahu. “Capek sih... tapi entah kenapa, rasa capeknya ilang setiap kali aku nyiapin ini buat kamu.”

Lalu ia melirik dengan gaya menggoda. “Lagian, kalau bukan aku yang ngurus kamu, siapa lagi? Maria sering sibuk kan? Atau kamu pengen aku daftar jadi pacar full-time?”

Erik menahan tawa. “Kamu ni... bisa banget ya bikin aku gak bisa mikir.”

Lihat selengkapnya