"Ingat saja kisahmu, jangan ingat aku."
Begitu kalimat terakhir tadi malam antara perjumpaan Farla dan laki-laki misterius itu. Terbangun pagi ini dengan kilau cahaya mentari yang bagikan berlian. Farla, Jesika dan Reno tak mau ketinggalan dengan monent sunrise pagi ini. Mentari benar menampakan diri dengan senyuman indah. Menambah kisah indah bersama semesta.
Setelah usai menikmati pemandangan, mereka merapikan perlengkapan dan bersiap hendak turun dari gunung. Farla selalu melihat kearah sekeliling. Berharap matanya menangkap sosok laki-laki tadi malam.
"Farla, hello... sedang cari apa kamu?" Jesi menghampiri Farla yang terlihat sedang mencari seuatu hal yang hilang.
Tak mendapat jawaban apapun, Jesi menarik tanga Farla, mengajaknya untuk bergegas meninggalkan tempat itu. Rasanya enggan untuk beranjak dari lingkup penasaran itu. Farla tetap melanjutkan perjalanan turun gunung bersam Jesika dan Reno. Namun matanya masih tak dapat beralih dari sekitarnya, terus mencari laki-laki itu.
"La, kamu sakit? Mau aku bantu bawa perlengkapanmu?" Reno yang terus memperhatikan Farla sejak dari atas gunung tadi hingga sampai di bawah.
"Oh tidak perlu, aku bisa" tersenyum kepada Jesika dan Reno.
Jesika sendiri bahkan tak memahami apa yang sedang terjadi pada Farla, namun ia khawatir dengan keadaan Farla. Sebagai sahabat, walau belum mengetahui keadaan yang terjadi, pasti memiliki firasat mengenai apa yang sedang dialami sahabatnya.
"La, aku ingin buang air besar, bisa temani aku?" pintanya sambil memegang perut seolah merasa sakit.
Farla hanya mengangguk, tak berkata sedikitpun.
"Astaga, Jes please deh, makan apaan saja sih, makanya kalau makan bagi bagi" sahut Reno sambil tertawa kecil.
"Kalau makan aja minta bagi bagi, nih mules dibagi juga, mau gak?" kesal dengan Reno yang selalu bertingkah meledek.
Jesika dan Farla pergi meninggalkan Reno, mencari tempat yang tepat untuk buang air besar. Sedangkan Reno menunggu mereka kembali sambil duduk dan menjaga barang bawaan mereka.
"Je, kamu kenapa bisa sakit perut?" Farla membuka pembicaraan setelah diam selama hampir seharian.
"Akhirnya mau bicara, iyaa sakit perut nih, kamu sih tak mau bicara. Sebenarnya aku hanya ingin mengajakmu bicara, aku rasa kamu tak mau Reno tau masalahmu" jelasnya agar Farla tak salah paham.
"Benar, ih memang kamu paling jago memahami isi hatiku" Farla mulai ceria dan tertawa kembali.