Tidur semalam rasanya sudah cukup untuk melepas lelah setelah pendakian dan petualangan di puncak gunung.
Wajah seorang gadis kecil muncul dari balik pintu kamar. "Anak alam sudah bangun rupanya" tutur adiknya meledek Farla yang baru selesai memulihkan tenaga dan merenggangkan tubuhnya.
"Loh anak kandang tak pergi sekolah pun?" sahut Farla yang kian kembali meledek.
Azahra Syifa Ferlina, seoarang gadis kecil yang merupakan adik dari Farla. Biasa dipanggil "Syifa" namun Farla tak memanggilnya seperti itu, melainkan "Anak kandang" karena adiknya yang jarang sekali keluar rumah. Sedangkan Syifa memanggil Farla dengan sebutan "Anak alam" karena Farla jarang di rumah dan sering bermain di alam bebas. Meski berbeda bagai langit dan bumi, namun mereka layaknya lapisan atmosfer, saling menjaga, mleindungi dan tetap dekat terlihat sebagai saudara.
"Hello, please deh, ini tuh hari minggu. Oh iya di alam tak ada tanggalan dan jam sih" tertawa kembali meledek kakaknya.
"Hello, mana ku tahu. Aku kan baru bangun. Lagi pula ngapain sih hari minggu di rumah, main sana" sahut Farla kesal dengan ledek sang adik.
"Dari pada main, mending di rumah, adem, gak bikin kulit hitam" berlari keluar kamar karena takut sang kakak berontak.
Farla pun mengejar adiknya, namun ketika di luar sang ibu malah memarahi mereka berdua.
"Umur sudah besar masih saja main kejar kejaran, seperti kucing sama tikus" ujar ibunya sambil meneruskan pekerjaan rumahnya.
Seketika Farla dan Syifa berhenti kejar kejaran, bukan karena dimarahi ibunya, namun karena ada hal yang menurut mereka aneh.
"Hmhm... wait, ma bukannya biasanya pepatahnya bilang begini ya 'umur sudah besar masih saja kejar kejaran, seperti kucing sama anjing' iya kan kak?" koreksi sang adik kepada ibunya.
"Hah, iya juga sih, baru dengar aku kucing sama tikus"
Merek berdua diam sejenak berpikir apa yang seharusnya benar. Kemudian datang sang ayah membela ibu mereka.
"Katanya anak jaman sekarang, masa gak update sih. Sekarang kucing sama anjing udah gak kejar kejaran lagi, yang lagi hits itu kucing ngejar tikus. Kucing sekarang realistis, ngejar anjing bikin capek, kalau dia ngejar tikus, ketangkep bisa di makan." Jelas ayahnya dengan sangat rinci.
Farla dan Syifa bergegas ke kamar, mereka tertawa dengan tingkah ayah dan ibunya. Dan berujung mereka berbaikan, tak saling meledek kembali.
Syifa selalu penasaran setiap kali kakaknya pulang berpetualang. Sering kali Syifa memaksa Farla untuk bercerita. Namun kali ini Farla tak membuka mulut.
"Kenap sih kak? Biasanya kamu heboh cerita" tanya sang adik meminta kakaknya untuk cerita.
"Tapi janji" pinta Farla pada adiknya.
"Janji apa?" sahut adiknya mulai tertarik dengan tawaran kakaknya.
"Janji jangan bilang mama atau papa tentang hal ini" bisiknya kecil pada telinga Syifa.
Farla mulai bercerita dari awal hingga akhir. Namun sama sekali tak ada yang aneh menurut Syifa. Semuanya terlihat wajar.
"Biasa aja, gak ada yang rahasia" tutur Syifa yang sedikit terjatuh karena telah berharap cerita kakaknya akan bagus.
"Satu lagi, tapi janji bantu aku ya" pinta Farla sekali lagi pada adiknya.
"Yaelah, kebanyakan janji, kemakan janji terus ini mah aku, kakak seperti laki-laki di kelasku, janji manis bukti pahit" cetus adiknya dengan ketus, merasa kelas telah dibohongi.
"Anak kandang tau - tauan janji laki - laki. Emang pernah di janjiin manis sama siapa sih?" ledek kakaknya kembali.