"Terkadang, kita manusia dewasa perlu belajar tentang ketulusan dari hati seorang anak kecil. Cinta dan maaf mereka masih begitu jernih."
-------
Tawanya sungguh membuat ku merinding. Bukan, dia bukan kuntil anak, ini bukan kisah horor. Namun, aku merasa dia lebih menakutkan dari pada kuntil anak.
"Ka, kamu laki-laki?" Tanya ku dengan lugu.
"Cih. Aduh, nyonya sudah menghina saya. Saya itu waria, hargailah saya." Jawabnya begitu centil.
"Maaf." Aku tersenyum ragu menatapnya.
"Terus tadi bilang apa, saya kekasih tuan Dave? Mana doyan tuan Dave sama saya. Meskipun ratusan kali saya merayunya, yang ada saya dilempar pakai sepatu, dilempar juga pakai buku. Pernah itu dia saking jengkelnya nyuruh pengawalnya buat nyemplungin saya ke kolam renang. Aduuuh, bulu mata Inces kan jadi rusak. Sebal kalau ingat."
Kali ini aku benar-benar tersenyum mendengar celotehannya. "Siapa nama mu?"
"Panggil saja Susan." Dia mendekati ku dan mengulurkan tangan.
"Susanto? Hahahahha." Tawa ku pecah sembari menjabat tangannya.
"Ih, Susan sedih lho ini. Jangan terang-terangan gitu dong." Pintanya. "Nyonya cantik deh kalau senyum."
Susan tiba-tiba tampak sedih memandang ku.
"Kenapa wajah mu sedih begitu?"
"Inces sedih, karena nyonya melupakan Inces. Kita sudah kenal sebelumnya, tapi sekarang nyonya menanyakan nama ku seolah baru pertama bertemu."
"Maafkan aku. Ingatan ku sedikit kacau." Jawab ku sendu.
"Inces berharap nyonya kembali mengingat masa-masa sebelum ingatan nyonya pulih."
"Memang kenapa?" Rasa penasaran tiba-tiba timbul dalam hati ku.
Susan sejenak terlamun, lalu menatap ku dengan senyuman. "Tidak. Hahaha. Tidak kenapa-kenapa."
"Terus kamu ngapain disini?"
"Mulai sekarang saya asisten pribadi nyonya. Nyonya kalau mau pergi-pergi nanti sama saya. Saya juga bertanggung jawab untuk penampilan nyonya. Riasan, busana, semua harus sesuai dengan selera tuan Dave."
Aku pun menghela napas. Menyebalkan sekali kalau semua harus sesuai dengan keinginan pria jahat itu.
"Cepat Nyonya ganti baju, saya sudah pilihkan baju yang cantik-cantik buat Nyonya," ucapnya antusias sambil menunjuk ke arah tempat tidur.