I Love You From Darkness to Light

Mesach Kartika
Chapter #6

Ruang Rindu

"Kamu tidak akan mengetahui benar dan salah jika hanya mempertanyakannya, tanpa mencari tahu jawabannya."


-------


Mbok Alfi yang terus sesenggukan saat menyajikan makanan membuat Dave jengkel.


"Jangan sampai makanan saya penuh dengan air mata ya, mbok!"


"Hiks ... hiks ... maaf tuan."


"Mama ayo makan. Sean pingin deh disuapin sama mama."


"Iya sayang," aku menyeka air mata ku yang sulit untuk dibendung.


Kami pun duduk, mengambil nasi goreng yang sudah dimasak oleh mbok Alfi. Aku pun mulai menyuapi Sean dengan sesekali masih berlinang air mata. Sean membuat ku tersentuh karena sesekali tangan mungilnya menghapus air mata di pipi ku. 


"Mama kenapa nggak suapin papa Dave juga?"


"Uhuk ... uhuk ... uhuk," Dave tiba-tiba tersedak lalu mengambil segelas air putih dan meminumnya.


Mata ku teralihkan untuk memandang Dave yang tampak salah tingkah. "Kamu panggil dia papa?" Tanya ku pada Sean.


Sejenak Dave menatap ku lalu berpaling melanjutkan makan nasi goreng. 


"Kan Mama sudah menikah dengan papa Dave. Sean kemarin dateng kok, ma. Mama pasti tidak lihat Sean." 


Lidahku hampir saja menanyakan tentang mas Okta pada Sean. Namun setelah berpikir panjang, rasanya kasihan kalau anak sekecil itu harus terlibat dengan kekacauan orang tuanya. "Sebaiknya aku cari tahu sendiri saja," ucap ku dalam hati. 


Beberapa saat kemudian ponsel Dave berdering.


"Halo. Baiklah, persiapkan semua dokumennya." Jawaban singkat Dave mengakhiri panggilan tersebut. 


Dave pun beranjak dari tempat duduknya membawa ponsel dan tabletnya.


"Daa ... papa," ucapan Sean mengiringi langkah Dave yang hanya diam dan berlalu.


Setelah kepergian Dave, aku dan Sean pun melanjutkan sarapan kami. Kemudian kami berbincang-bincang di dekat kolam renang. Susan hanya sebentar menemani kami, lalu pamit pergi ke kantor Dave setelah menerima panggilan darinya. 


Ini adalah saat yang tepat untuk ku melepas rindu pada Sean. Kami duduk di ayunan pinggir kolam, sambil ku rangkul pundaknya yang mungil. 


"Waktu mama hilang ingatan, kamu sering ke sini ya?" 


"Iya, ma. Sejak mama pulang dari rumah sakit, setiap satu kali seminggu oma mengajak ku ke sini."

Lihat selengkapnya