Pernahkah kalian memikirkan tentang berapa lama lagi orang tua kalian bisa hidup di dunia ini? Sampai kapan mereka mampu bekerja, berjalan, memasak, bercanda, dan berbagi tawa bersama kalian?
Kadang aku memikirkannya. Memikirkan Mama yang lanjut usia. Umurnya sudah kepala enam. Rambutnya beruban. Keriput mencuat di tangan, wajah, dan lehernya. Aku sampai menghitung jumlah usia yang memungkinkan bagi manusia di zaman ini untuk hidup. Tujuh puluh tahun? Delapan puluh tahun? Apakah sekarang manusia bisa hidup sampai satu abad lamanya?
Jika suatu saat nanti Mama meninggal dunia, bagaimana denganku?
Bagaimana jika aku merasa kesal dan sedih, lalu ingin mengadu? Tidak akan ada sosok yang mendengarkan keluh kesahku dengan sabar sembari memelukku penuh kasih sayang. Tidak akan ada yang mengutamakanku di atas segala hal dan menyayangiku tanpa pamrih. Tidak akan ada lagi yang rela bangun subuh untuk menghidangkan sarapan atau merawatku ketika sakit. Tidak akan ada lagi yang mengingatkanku jika belum makan dan mandi. Tidak akan ada lagi yang mengomel jika aku begadang. Tidak akan ada lagi yang menghubungiku jika aku pulang larut malam. Tidak akan ada lagi yang menantiku pulang ke rumah.
Tidak akan ada lagi orang yang paling mencintaiku di dunia ini. Dan tidak akan bisa lagi aku memanggilnya ‘Mama’.