I Love You, Mama

delionquin
Chapter #9

Chapter 8: Perempuan Penggoda

Kata orang, lelaki berselingkuh karena beragam alasan. Ada yang bilang karena istri mereka tidak melayani dengan baik, atau karena fisiknya tidak lagi menarik. Ada pula yang bilang karena perlakuan istri mereka yang buruk, dan berbagai alasan lainnya. Tapi percayalah, alasan papaku berselingkuh adalah karena semata-mata dia tidak setia. Dia tidak bisa menahan nafsu dan lebih mementingkan kepuasan dirinya sendiri dibanding keluarganya.

Selingkuhan Papa adalah seorang Sales Promotion Girl. Janda beranak satu bernama Dewi. Karena Papa berada di divisi marketing, mereka sempat bertemu beberapa kali di event kantor dan kerap berkomunikasi terkait pekerjaan. Sikap Papa yang genit dan gelagat manja perempuan itu pada akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam hubungan gelap.

Dewi tidak begitu rupawan, tapi selalu berdandan dengan riasan tebal. Jika dibandingkan Mama saat muda, aku yakin tidak akan ada yang menyangkal bahwa Mama jauh lebih cantik darinya. Mama sendiri memiliki paras yang molek. Saat remaja, rambutnya panjang sepinggang, kulitnya cerah serta mulus terawat. Banyak orang bilang wajahnya mirip artis Tiongkok. Tak sedikit pria yang menyukai dan mengejar-ngejarnya. Sifatnya kalem, sederhana, dan keibuan. Semua orang yang mengenal Mama saat muda sepakat mengatakan bahwa Mama adalah tipe gadis yang diidam-idamkan untuk menjadi seorang istri.

Lalu apa yang membuat Papa tertarik dengan Dewi? Karena usianya jauh lebih muda? Karena kulitnya masih kencang dan belum berkeriput? Kupikir tidak masuk akal jika semua pria di dunia ini berselingkuh hanya karena alasan itu. Aku yakin penyebab terbesar mereka berselingkuh adalah karena mereka tidak setia dan tidak bisa menahan nafsu.

Sejak Papa berselingkuh, aku baru tahu bahwa dia sudah pernah bermain api dengan perempuan lain sebelumnya. Tepatnya saat aku masih berumur tiga tahun. Selama ini Mama tidak pernah menceritakannya karena tidak ingin membuatku kecewa, dan saat itu aku masih terlalu kecil untuk memahami urusan orang dewasa. Memang benar setelah tahu kenyataan itu, aku merasa sangat kecewa dan jijik dengan papaku sendiri. Tapi di saat yang sama aku tidak habis pikir mengapa dulu Mama mau memaafkannya.

Ya, Mama memaafkan dan menerimanya kembali. Itu karena dia percaya bahwa dulu Papa diguna-guna. Papa mengaku tidak menyukai perempuan itu, tapi entah mengapa terus saja menyambanginya. Mama percaya padanya, bahkan berdoa setiap hari agar Papa mendapat pertolongan Tuhan untuk bisa lepas dari kuasa jahat itu. Memang pada akhirnya Papa bisa mengakhiri hubungan terlarang itu dan bertobat. Tapi lihat sekarang, dia kembali berselingkuh. Jadi apakah waktu itu Papa benar-benar terkena pelet atau pada dasarnya dia memang gemar menyeleweng? Entahlah.

Dibanding dulu, perselingkuhannya kali ini jauh lebih menyengsarakan Mama. Pertama, karena Papa memiliki rasa suka pada perempuan itu. Kedua, karena Papa tidak terkena guna-guna. Mereka dengan sadar dan sengaja bertemu di berbagai tempat seperti hotel dan kafe. Tak jarang Papa juga menginap di rumah perempuan itu. Pernah suatu hari Mama mengamuk karena Papa tidak pulang ke rumah tanpa kabar. Mama sampai mengepak barang-barang Papa ke dalam koper dan membuangnya ke halaman rumah. “Pergi sana ke rumah gundikmu! Jangan balik lagi ke sini!”

Tapi tentu saja Papa, seorang pria yang tebal muka, tidak mau angkat kaki dari rumah kami. Rumah itu sialnya dibeli atas namanya, jadi dia merasa berhak tinggal di sana. Padahal hampir seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membeli rumah itu adalah dana dari Mama. Bodohnya, Mama membiarkan Papa yang menandatangani surat rumah mereka. Mama terlalu naif dan percaya pada suaminya sendiri, sampai pernah membiarkan Papa mengetahui nomor password ATM miliknya. Bisa kalian bayangkan apa yang terjadi dengan isi tabungannya, bukan? Ya, Papa pernah mengambil isi tabungannya tanpa izin senilai belasan juta Rupiah. Entah digunakan untuk apa, yang jelas dihamburkan untuk kepentingannya sendiri.

Mama terlalu baik, tapi orang yang terlalu baik sering dibodohi dan dimanfaatkan oleh orang lain.

Dia bahkan masih sanggup bertemu dengan Dewi dan berbincang empat mata dengannya. Mama mendengarkan cerita perempuan itu dengan simpatik, seperti sedang menyimak cerita sedih dari seorang korban malapetaka. Perempuan itu dengan mulut manisnya mengatakan bahwa dia sebenarnya tidak ingin menjadi orang ketiga di rumah tangga Mama dan Papa. Berkali-kali dia ingin hubungan itu berakhir, tapi Papa kerap mendatanginya dan tak mau menyerah. Dewi juga bercerita bagaimana dia memiliki seorang anak perempuan dari pernikahan sebelumnya, dan Papa menyayanginya seperti anak kandung sendiri. Mama mendengarkan semua omong kosong itu dengan tabah, bahkan mentraktirnya makan dan mereka berbincang seperti dua teman yang saling akrab. Tidak masuk akal, bukan? Jika itu aku, mungkin perempuan itu sudah masuk rumah sakit dengan banyak luka lebam. Tapi mamaku sungguh luar biasa. Dia tidak mengamuk, tidak memaki, hanya duduk diam dan memohon pada perempuan itu agar berpisah dari suaminya.

Namun percuma bicara baik-baik dengan seorang perempuan jalang, karena hubungan keduanya tidak kunjung berakhir. Mama akhirnya menyerah dan tidak pernah lagi menemui Dewi ataupun meminta Papa berpisah darinya. Yang dia inginkan hanya hidup tenang bersama anak-anaknya. Dia menutup mata atas perselingkuhan itu demi menghidupi kami yang masih bergantung dengan uang gaji Papa.

Lihat selengkapnya