Aku masuk kamar dan ... jantungku seolah berhenti berdegup. Aktivitas bernapas berhenti sejenak demi melihat sesosok perempuan yang molek. Dengan gaun merah marun itu, Marsya layaknya menjelma bidadari. Wajahnya terlihat berseri dan penampilannya begitu memukau hingga membuat desiran-desiran dalam dadaku.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu? Jelek, ya?" suara Marsya menggugah kesadaranku. Namun, mata ini tak bisa lepas dari wajahnya.
"Sandi?" Marsya melambaikan tangannya di depan mukaku.