Sambil menunggu pesanan datang, aku membuka ponsel. Banyak pesan masuk. SMS, BBM, WhatsApp, Line. Parah! Lebih dari seratus pesan dari Samuel. Dia marah-marah dan mengancam. Orang ini keras kepala. Dia tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang dia inginkan. Ah, sudahlah. Masalah Samuel, urusan belakangan. Yang penting sekarang, aku sudah menemukan tambatan hati.
Kuraih jemari Marsya dan menggenggamnya. "Sya, kamu belum menjawab pertanyaanku. Maukah kamu menjadi kekasihku?" Mendadak, sekujur tubuhku terasa panas dingin menunggu jawaban dari Marsya.
"Maaf, Sandi, aku tidak bisa," tolak Marsya sembari memalingkan mukanya.
Seperti ada suara petir yang menyambar jantung hatiku. Raut mukaku langsung berubah nanar. Bukankah itu artinya Marsya menolak cintaku?
"Maksud kamu? Kamu tidak mau menjadi kekasihku? Apa alasannya, Sya?"
Marsya menatapku lekat.
"Sekali lagi maaf, aku tidak bisa. Aku tidak bisa menolak cintamu karena sebenarnya aku juga mencintaimu," jawab Marsya sembari menarik kedua ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman yang indah.
"Jadi, itu artinya kamu mau menjadi kekasihku?" tanyaku memastikan.
Marsya mengangguk. Ah, syukurlah. Aku bahagia mendengarnya. "Aku ada sesuatu buat kamu," kataku kemudian.
"Apa itu?"
Aku merogoh saku celana, lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah jambu. Kuambil cincin bermata berlian itu dari dalam kotak, lalu memasangkannya di jari manis Marsya.
"Wah, bagus sekali. Pasti mahal, ya?"
"Buat kamu, harga tidak penting. Kamu suka?"
"Suka. Terima kasih," ucap Marsya sembari mendaratkan kecupan manis di pipiku.
Seketika, wajahku memerah seperti kepiting rebus.
***
Siang itu, aku meluncur ke apartemen. Sesampainya di apartemen, aku langsung menemui Marsya. Kupeluk dia dari belakang ketika sedang menonton televisi. Marsya cukup terkejut melihatku yang tiba-tiba memeluknya.
"Sya, kemasi barang-barang kamu sekarang. Kita akan pergi."
Marsya masih bengong. Dia pasti bingung karena aku tiba-tiba mengajaknya pergi.
"Ayo cepat!"
"Iya, iya. Memangnya kamu mau mengajakku pindah dari sini? Ada apa?" tanya Marsya penasaran.
"Pokoknya kemasi saja barang-barang kamu. Kita pergi. Kamu mau kan ikut denganku?"