I Love You, Marsya

Ikhsan Ardiansyah
Chapter #23

Harus Memilih

"Papa sudah meninggal setahun yang lalu,” terangku kepada keluarga Annisa saat makan malam.

Tadinya aku tidak berniat menceritakan masa laluku. Aku ingin melupakan semuanya, lalu memulai hidup baru.

Abah, Umi, dan Annisa tercengang sembari memandang satu sama lain. Meskipun Annisa lebih dulu tahu aku sudah ingat masa laluku, tetapi aku belum cerita tentang kedua orang tuaku.

"Innalillahi wainailairojiun," ujar mereka serempak.

“Abah, Umi, dan Annisa. Terima kasih atas semuanya. Walaupun saya bukan siapa-siapa di sini, kalian sangat baik, mau menerima dan merawat saya sampai sembuh. Maaf, kalau selama saya tinggal di sini, saya banyak merepotkan.”

“Tidak apa-apa, Nak Ari. Kamu sudah kami anggap sebagai anak sendiri. Mulai sekarang kamu menjadi bagian dari keluarga kami. Bukan begitu, Abah?" kata Umi sembari menoleh ke arah Abah.

Abah mengangguk sambil tersenyum.

"Terima kasih Umi, Abah. Sekarang saya merasa memiliki keluarga baru."

"Lalu, bagaimana hubunganmu dengan Annisa. Sepertinya kalian cocok." Umi lalu melirik Annisa.

"Umi apa-apaan." Annisa tersipu malu.

"Umi sudah tahu kalau kalian dekat. Umi tidak mempermasalahan soal hubungan kalian berdua. Namun, tidak baik juga nanti bisa menimbulkan fitnah. Ya, kan, Abah,” tutur Umi sembari menoleh kepada Abah lagi.

"Ya kalau Nak Ari mau dengan tawaran Abah waktu itu, Abah akan siapkan semuanya." Abah menggoda.

Aku menelan ludah. Kenapa Abah membicarakan soal tawaran itu di depan Annisa? Aku benar-benar malu.

"Tawaran apa, Abah?" Annisa langsung menyahut. Tampaknya dia penasaran. Namun, Abah tidak memberikan jawaban sehingga membuat Annisa manyun.

Aku paham dengan tawaran Abah yang dimaksud. Soal perjodohan. Waktu itu aku belum memberikan jawabannya. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Aku belum siap memberikan jawaban.

"Abah saja setuju." Umi menimpali.

"Umi jangan menggoda terus. Aku kan malu." Annisa menyahut.

Secara tidak sadar aku dan Annisa saling beradu pandang. Kepalaku langsung tertunduk. Aku tidak tahu apa yang aku rasakan sekarang. Bahagia atau .…

Lihat selengkapnya