I Love You, Marsya

Ikhsan Ardiansyah
Chapter #28

Tahlil

Setelah mengantar Annisa ke bandara, karena sudah malam, aku mencari penginapan. Esoknya baru kembali ke pondok pesantren untuk mengadakan pengajian sekaligus memenuhi janji kepada Adit mengajaknya keliling kampung dengan menaiki mobilku. Dia senang sekali. Katanya, ini pertama kalinya dia naik mobil sport.

Malam harinya, diadakan tahlil untuk mendoakan Papa dan Mama sesuai dengan janji Abah. Aku bersyukur bisa mengenal mereka, terutama keluarga Annisa. Abah, Umi, dan semua yang ada di pondok pesantren adalah orang-orang yang membuatku seperti sekarang ini. Jauh lebih baik dibandingkan dulu. Anggap saja, hijrah. Ya, itu kata yang cocok dengan perubahanku sekarang.

Setelah ini, sesuai dengan janjiku kepada Mama, aku akan mencari Marsya dan membawanya ke hadapan Mama.

Aku teringat pesan Abah siang tadi sebelum meninggalkan pondok pesantren.

"Nak, jika kamu merasa bahwa Marsya adalah jodohmu, maka kamu harus berjuang untuk bisa bersama dia lagi."

Esok paginya, setelah pamit kepada Abah dan Umi serta para santri, aku meluncur ke rumah kontrakan, berharap Marsya kembali ke sana meski kemungkinannya kecil sekali.

Beberapa jam kemudian, sampailah aku di tempat tujuan. Sayang, tidak ada tanda-tanda keberadaannya. 

Aku menghela napas panjang sembari berjalan gontai ke rumah kontrakan. Memasuki halaman rumah, memori otakku langsung bekerja. Teringat akan kenangan saat bersama Marsya. Pohon jeruk yang tumbuh di sudut halaman kini tumbuh besar. Aku dan Marsya yang menanamnya dengan penuh cinta.

Sampai di teras rumah, kenangan itu kembali mengusik pikiranku. Biasanya, aku dan Marsya duduk santai di kursi depan teras sambil minum teh. Saat membuka pintu, otakku mulai berhalusinasi. Seorang perempuan berlesung pipi berada di hadapanku saat pintu sudah terbuka lebar. Ya, perempuan itu adalah Marsya. Sambutannya begitu hangat dengan senyum yang menawan. Manis sekali. Seketika aku sadar, semua itu hanya ilusi semata. 

Aku terduduk di sofa ruang tamu lalu meluruskan kaki di kolong meja. Tanpa sengaja, kakiku menendang sesuatu.

Bukkk!

Lihat selengkapnya