Tiga bulan kemudian, aku mendapatkan email balasan dari penerbit. Naskahku diterima. Dari hasil review editor, banyak yang harus direvisi dan aku diberi jatah waktu sampai empat hari untuk revisi.
Ternyata menulis yang baik itu tidak mudah. Kadang apa yang kita anggap sudah bagus, belum tentu bagus menurut kacamata editor.
Mama senang sekali saat mendengar naskahku lolos seleksi. Berharap dengan dengan buku yang akan segera terbit bisa mempertemukan aku dengan Marsya. Entah kenapa, Mama menginginkan perempuan yang pernah aku sakiti itu, padahal Mama belum pernah bertemu. Oh ya, aku lupa. Lebih tepatnya belum bertatap muka secara langsung. Mama hanya melihatku dan Marsya sekilas saat jalan-jalan di Galaxy Mall waktu itu.
Tiga hari berselang, naskah revisi sudah selesai dan langsung kukirim ulang ke penerbit. Beberapa hari kemudian, aku mendapat balasan dari penerbit berupa surat perjanjian penulis dan penerbit atau MoU yang dikirim langsung ke rumah. Luar biasa. Allah memudahkan jalanku mencari Marsya.
Empat bulan kemudian, novel perdanaku launching. Ketika iseng main ke toko buku, ternyata novel karya perdanaku berjudul Kaulah Jodohku sudah nangkring di rak buku. Menurut penerbit, sambutan dari pembaca cukup antusias, terbukti dari data hasil penjualan yang melesat 3.000 eksemplar hanya dalam kurun waktu dua bulan hingga masuk kategori best seller dan akan dicetak ulang. Aku bersyukur sekali, dalam waktu beberapa bulan saja novel perdanaku laris di pasaran. Mama pasti senang mendengarnya.
Dalam hal ini, ada satu perempuan yang berjasa dalam kepenulisanku. Siapa lagi kalau bukan Annisa. Dia yang telah mendorongku menulis buku. Saat aku memberitahunya kalau novelku dicetak ulang dan masuk kategori best seller, dia senang sekali. Dia berharap dengan buku itu bisa membuatku bertemu dengan Marsya. Dia juga meminta aku mengirim foto Marsya. Aku tidak tahu alasannya mengapa dia menginginkan foto mantan istriku itu. Ah, sudahlah, aku tidak mau bertanya lebih jauh lagi. Mungkin saja dia ingin membantuku mencari keberadaannya. Siapa yang tahu. Sekarang banyak sekali aplikasi pencarian data. Annisa adalah seorang perempuan yang pintar. Selain dokter dan penulis, dia juga paham mengenai IT. Itu yang aku tahu saat berbincang dengannya. Aku sangat berharap semoga salah satu pembaca novelku adalah Marsya.
***
Pagi ini, aku ada acara bedah buku di salah satu kampus di Surabaya. Banyak yang hadir dalam acara tersebut. Tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa, tetapi juga ada beberapa wartawan lokal yang meliput dan pembaca dari luar kampus. Selama seminggu ke depan, aku bakal tinggal untuk sementara di Surabaya.
Aku tidak menyangka acara bedah buku berlangsung sukses, padahal novel Kaulah Jodohku adalah novel perdana. Usai acara, beberapa wartawan dari media cetak mewawancarai. Itu artinya, wajahku bakal dimuat di media. Aku berharap dengan adanya novel ini dan pemberitaan mengenai diriku di media dapat mempertemukan aku dengan Marsya. Aku sudah tidak sabar lagi.
Setelah menghadiri acara bedah buku, aku pergi ke mall terdekat. Jarak antara mall dan kampus tidak terlalu jauh. Hanya dua kilometer. Saat masih bersama Marsya, aku sering mengajaknya makan siang di food court yang terletak di lantai empat Galaxy Mall. Menu favorit kami adalah tempe penyet Bu Zuli.
Walaupun novelku sudah masuk kategori best seller, sampai detik ini belum ada tanda-tanda keberadaan Marsya. Padahal, di dalam biodata sudah aku tulis alamat email beserta nomor WhatsApp. Mungkinkah Marsya belum membaca novelku? Atau jangan-jangan dia sengaja tidak menghubungi walaupun sudah membacanya? Apakah dia belum memaafkanku?
Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Sudah hampir setengah tahun aku mencarinya, tetapi sampai saat ini belum ketemu juga.
Usai makan siang, aku menuju lantai atas, lebih tepatnya mampir ke toko buku di lantai lima Galaxy Mall. Aku butuh banyak buku bacaan sebagai referensi untuk karyaku berikutnya. Aku sudah bertekad, apapun keadaannya, aku harus menjadi penulis yang produktif. Jangan hanya berhenti dengan satu karya.