I Love You, Marsya

Ikhsan Ardiansyah
Chapter #36

Fitting Baju

Tak lama lagi akad nikah Samuel dengan Marsya akan digelar. Pagi itu, Samuel memintaku untuk menemaninya fitting baju. Kata Samuel, Marsya tidak bisa ikut sehingga aku yang menemaninya. Kami pergi ke butik langganan Samuel di pusat perbelanjaan di kawasan Surabaya Timur.

"Aku ke lantai atas dulu, mau ke toko buku," kataku ketika sudah berada di butik langganan Samuel.

"Oke, tapi jangan lama-lama," kata Samuel sembari masih sibuk memilih-milih jas yang dipegangnya.

"Ya," kataku sambil berlalu. Kemudian, aku menuju ke lantai atas dengan menggunakan lift.

Aku mondar-mandir di katalog novel. Tersenyum sendiri ketika sederet novelku terpajang di sana. Beberapa orang, remaja hingga dewasa masih memburu novel perdanaku. Tak lama berselang, gawaiku berdering. Aku lihat di layar ponsel tertera nomor interlokal dengan kode 021. Kode telepon wilayah Jakarta dan sekitarnya. Kedua alisku bertaut. Telepon rumah? Siapa?

"Halo. Apa benar ini Pak Ari Sandiago?" suara seorang laki-laki dari seberang.

"Ya, betul. Ini siapa?"

"Saya Hermansyah, sutradara film dari Jakarta. Saya tertarik untuk mengangkat novel Anda yang berjudul Kaulah Jodohku ke layar lebar," akunya.

Sebentar. Aku ditelepon sutradara? Apa aku tidak salah dengar? Setahuku Pak Hermansyah adalah sutradara terkenal yang menghasilkan film-film berkualitas. Melalui sentuhan tangannya, beliau bisa menghasilkan karya-karya yang banyak mendapatkan penghargaan. Sekarang, Pak Hermansyah sendiri menghubungiku? Ada angin apa, ya? Kejutan yang datang tiba-tiba. 

Aku bangga sekali dan bersyukur. Kalau bukan karena kehendak-Nya, semua ini tak akan terjadi. Terima kasih, Tuhan. 

"Maksud Bapak, novel saya mau difilmkan?" tanyaku mengulang, masih belum percaya.

"Iya. Ceritanya menarik sekali. Saya suka. Saya harap kerja samanya. Kira-kira, kapan kita bisa ketemuan untuk membahas proyek ini?"

"Tergantung Bapak. Saya siap kapan saja." 

"Kalau begitu, bagaimana kalau besok? Lebik cepat lebih baik."

"Bisa-bisa. Kita ketemuan di mana?"

"Posisi Pak Ari di mana sekarang?"

"Kebetulan saya sekarang ada di Surabaya."

"Bagaimana kalau ketemuannya di Surabaya saja. Tempatnya terserah Pak Ari."

"Baik, Pak. Saya tunggu kedatangan Pak Hermansyah. Kalau sudah sampai di Surabaya, hubungi saja saya, nanti biar saya jemput."

"Tidak usah repot-repot. Nanti biar saya naik taksi saja."

"Tidak apa-apa, Pak. Saya justru senang bisa menjemput sutradara terkenal seperti Bapak."

"Pak Ari bisa saja. Saya hanya sutradara biasa. Pak Ari terlalu berlebihan."

Aku tersenyum tipis. Orang ini rendah hati sekali. Aku jadi tidak sabar ingin cepat bertemu dengan Pak Hermansyah. Sepertinya orangnya baik dan tidak sombong. Senang kalau bisa bekerja sama dengan beliau. "Senang bisa berbicara dengan Anda."

"Apalagi saya. Malah senang sekali bisa berbicara dengan penulis best seller seperti Anda. Novelnya menjadi fenomenal di Indonesia."

Telepon terputus. Aku menyeringai. Rasanya ingin sekali aku meluapkan kegembiraanku dengan berteriak. Aku benar-benar tidak menyangka, bahkan tidak pernah terpikirkan novelku akan difilmkan.

"Aku harus memberitahukan kabar ini kepada Mama," gumamku. 

Aku bergegas ke lantai bawah sembari menghubungi Mama melalui sambungan telepon. Diangkat. Mama senang sekali saat aku memberi tahu bahwa novelku akan segera difilmkan. 

Setelah keluar dari toko buku, lantas aku menuju ke lift yang berjarak sekitar lima belas meter. Aku juga akan memberi tahu Samuel soal kabar ini. Dia juga pasti senang mendengarnya.

Karena tergesa-gesa, aku bersenggolan dengan seseorang yang baru saja aku lewati.

"Maaf, Mbak," ujarku sambil menoleh.

"Sandi. Ups, maksudku Ari," kata Marsya meralat. 

Kenapa dia ikut memanggilku Ari? Aku mendengus kesal.

"Namaku Ari Sandigao Revan. Aku lebih suka dipanggil Sandi. Tapi terserah kamu mau memanggilku apa," protesku.

"Kamu sedang apa di sini?" tanya Marsya ketus.

"Kamu sendiri sedang apa?" Aku tanya balik. Tak kalah ketusnya. 

Kenapa tiba-tiba Marsya ada di mall? Bukannya Samuel bilang kalau Marsya tidak bisa ikut fitting baju. Terus apa yang dia lakukan di sini? Mau memberi kejutan kepada Samuel atau apa? Berbagai macam pertanyaan tebersit di otakku.

Lihat selengkapnya