Esok harinya, aku menjemput Pak Hermansyah yang baru datang dari Jakarta di bandara. Kami mengadakan pertemuan di hotel untuk membahas kelanjutan dari proyek novelku yang akan difilmkan.
Aku setuju dengan kesepakatan yang dibuat. Dalam kesepakatan tersebut, aku diminta untuk terlibat dalam proses pembuatan film mulai dari penulisan skenario, pemilihan aktor dan aktris yang akan memerankan tokohnya, serta pemilihan lokasi syuting. Lusa aku akan diajak Pak Hermansyah untuk menemui produser film untuk menandatangani kontrak kerja.
Usai meeting, Pak Hermansyah memintaku untuk survei lokasi syuting. Ada beberapa tempat yang akan dijadikan lokasi syuting. Salah satunya adalah Kota Blitar, tepatnya di Pantai Jebring, sebuah pantai eksotis di kawasan terpencil di pesisir paling ujung selatan Kota Blitar.
Pak Hermansyah takjub melihat pemandangan di sekitar pantai. Ombak tinggi mengibas bebatuan besar di pesisir pantai. Sebuah batu yang cukup unik menyerupai payung raksasa. Kalau dilihat-lihat, lebih tepatnya seperti tenda pedagang kaki lima di pinggir jalan.
Selain pantai, kebun kelapa sawit milikku tak luput dari incaran yang nantinya menjadi tempat lokasi syuting. Tak lupa pula, aku mengajak Pak Hermansyah ke rumah bertemu dengan Mama. Tentu saja Mama sangat bahagia mendapat tamu sutradara tersohor di negeri ini.
Setelah meninjau lokasi syuting, kami kembali ke Surabaya. Masih ada tempat lain yang akan ditinjau. Aku mengajak Mama untuk ikut bersamaku supaya tidak bosan di rumah. Lagi pula, Mama sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan kursi roda. Alhamdulillah, Mama dinyatakan sembuh dari penyakitnya. Sebuah keajaiban yang patut untuk disyukuri.
Sejenak, aku bisa melupakan masalah dan kesedihanku. Namun, tetap saja di tengah kesibukan hari ini, Samuel terus saja mengganggu dengan menelepon berkali-kali. Baru tadi sore dia meneleponku lagi. Kali ini aku mengangkatnya. Aku memberitahunya bahwa novelku akan difilmkan. Dia senang sekali mendengarnya.
"Lalu, bagaimana dengan pernikahanku yang tinggal sebentar lagi? Bukankah kamu berjanji akan membantu mempersiapkannya?" tanya Samuel di tengah percakapan kami melalui telepon.
"Kamu bisa, kan, mengurusnya sendiri? Sekarang aku ada di Blitar bersama Pak Hermansyah untuk meninjau tempat yang akan dijadikan lokasi syuting. Besok aku baru kembali ke Surabaya dan lusa akan terbang ke Jakarta untuk menemui produser film."
"Lusa? Akad nikahku lusa, Ari! Bagaimana mungkin kamu akan pergi di saat akad nikahku berlangsung? Apa kamu sengaja tidak mau menghadiri pernikahkanku? Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus menjadi saksi dalam pernikahanku nanti. Titik!" ujar Samuel tegas.
"Aku mohon, Sam. Kamu jangan membuatku serbasalah. Pak Hermansyah sudah memesan tiket untuk kami berdua dan keberangkatannya lusa. Pak Hermansyah sudah membuat janji dengan produser."
"Kamu kan bisa membatalkannya. Ari, jika kamu tidak datang, aku tidak akan pernah memaafkanmu!" Telepon terputus. Sepertinya Samuel benar-benar marah kepadaku.
Oh Tuhan, bagaimana ini? Apa yang akan aku katakan kepada Pak Herman dan produser? Aku sudah membuat kesepakatan dengan mereka. Mana mungkin aku membatalkannya begitu saja? Ah, sudahlah. Lama-lama aku stres memikirkan masalah ini. Besok saja aku akan menemui Samuel.
***
Sehari kemudian ....
Pintu apartemen diketuk. Aku baru sampai di apartemen pukul delapan malam, tetapi sudah ada tamu yang datang. Apakah itu Samuel? Bukankah aku sudah menemuinya tadi. Aku juga sudah berjanji akan hadir menjadi saksi pernikahannya walaupun aku sendiri masih sangsi. Syukurlah, Samuel bisa mengerti.
Sekali lagi pintu diketuk.
"Ya, sebentar," jawabku dari dalam. Saat membuka pintu, mataku terbelalak. "Marsya? Kenapa kamu ada di sini? Bukankah besok kamu akan menikah? Mana Samuel?" tanyaku sembari menoleh ke kanan dan kiri.
Di dalam kamar ada Mama beristirahat. Aku takut Mama akan terbangun karena kedatangan Marsya dan ini tidak boleh terjadi.
Kisah cintaku bersama Marsya sudah selesai. Tidak boleh lagi ada drama. Semua sudah berakhir.
"Aku sendirian. Aku ingin ngomong sesuatu sama kamu. Boleh aku masuk?"