Ketika cinta bertumbuh dan mulai mengakar, timbul pulalah rasa cemburu yang kuat dalam diriku. Aku ingin jadi nomor satu. Aku ingin hanya aku yang ada di hati mas Anto. Bahkan aku mulai jadi picik karena cemburu pada kedua anaknya.
Obrolan yang dulu hanya tentang kami, kini didominasi oleh pertanyaan-pertanyaan bodohku yang justru semakin mengundang rasa benci dan ketakutan berlebih. Memang salahku, ingin tahu tentang kehidupan lamanya tanpa menyiapkan mental dan hati yang lapang.
Aku pernah menanyakan alasan kenapa mas Anto sempat hilang seminggu setelah aku kembali ke Bekasi. Jawabnya sungguh membuat hatiku teriris. Aku belum pernah merasakan yang begini.
"Mas. Dulu pas awal tahun, kok kamu sempat menghilang seminggu, sih? Itu kenapa?" tanyaku pada satu obrolan melalui telepon.
Mas Anto diam sebentar. Lalu katanya, "dulu anak-anak nyari ibunya, Wuk."
"Terus? Kamu samperin ke rumahnya?"
"Iya ... anak-anak minta ibunya pulang."
"Oh, jadi aku ini cadangan, to. Pantes. Seminggu nunggu dia nggak ada kabar, baru deh beralih ke aku," bicaraku makin ketus.
"Ndak gitu, Wuk," ia mulai panik.
"Nggak gitu gimana? Kalau si Rima mau balik berarti aku nggak bakal dicari."
"Dia itu sudah nikah lagi, Wuk, sudah punya anak satu."
"Ya iya, bener aku cadangan. Kalau dia belum nikah, kamu nggak mungkin nyari aku. Nyarinya pasti dia."
"Wuk, sayang ..."
"Terus, kalau anak-anakmu nggak setuju kamu sama aku, kamu pasti bakal ninggalin aku, kan?"
"Aku sayang kamu, Wuk. Anak-anak manut (nurut) aku."
"Udahlah, jangan dibahas!"
"Iya, Wuk."
Sejak pembicaraan itu, aku jadi sering uring-uringan. Ada rasa sakit yang kadang kukorek sendiri saat membayangkan mas Anto bercinta dengan Rima, membelai rambutnya, memasak untuknya, dan melakukan semua hal bersamanya.
Aku merasa keberadaanku hanyalah duplikat dari kunci asli yang sudah terpatri di dalam hati mas Anto. Aku takut, saat melakukan sesuatu bersamaku ia ingat kepada Rima. Hmm ... Enak sekali jadi Rima. Menikmati semua yang pertama dari mas Anto.
Ternyata cintaku mulai dibumbui dengan rasa cemburu Yang kadang muncul tanpa melihat suasana. Itulah sebabnya aku sering berubah mood dalam sekejap.
Padahal dulu, saat ia bercerita tentang bagaimana Rima selingkuh, hatiku ikut hancur. Aku ingin jadi peri yang menyembuhkan sayatan demi sayatan dalam hatinya. Aku ingin merengkuhnya dalam dekapan, membelainya dan meletakkan kepalanya di dada, menatap matanya dan memberi telinga untuk setiap keluh kesahnya.
Kupikir Rima adalah manusia terbodoh di dunia. Ia rela menukar permata dengan sekarung beras. Lari dengan pengangguran pemuja nafsu, meninggalkan dua malaikat yang masih butuh ibu. Dan aku, aku adalah manusia paling beruntung bisa kejatuhan bintang yang terangnya tertutup mendung.
Sekarang, setelah aku berhasil memenangkan hatinya, aku justru sering membuatnya luka dengan memberikan ruang bagi energi negatif dalam diriku untuk berkembangbiak.