I Love You, Mas Duda

Dina Ivandrea
Chapter #26

Tahta Dalam Hati

Tahun berganti dan kami masih jalan di tempat. Sekian lama aku berhubungan dengan mas Anto, seolah keindahan telah sirna, berganti dengan desakan kuat dari dalam diri untuk segera memberi ketegasan, sebab aku terpojok dari segala arah.

Akhirnya aku selingkuh juga, berkhianat terhadap cinta suci mas Anto. Pikirku kalau hati ini masih berpaut padanya, aku takkan bisa melepaskan mas Anto yang entah kenapa tak kunjung mengurus semua persyaratan untuk menjadi suamiku. Padahal waktu liburnya cukup panjang. Ia sering lebih lama di Solo ketimbang di Bekasi.

Sekiranya ia segera melamarku, mungkin gairah dan rasaku bisa bangkit kembali, atau sebaliknya, muncul keberanian dalam diri untuk menolak mentah-mentah permintaannya. Aku tak punya pilihan lain selain mencari cadangan, dan memberi ultimatum padanya untuk segera menikahiku sebelum ulang tahunku datang.

Sejak awal tahun 2012, aku mulai mencari lelaki mapan yang sedang mencari istri melalui aplikasi Facebook, yang kala itu belum punya banyak saingan. Tak heran, tumpah ruahlah segala macam manusia di situ, termasuk mereka yang mencari jodoh. 

Dan aku mulai sering membalas inbox dari mereka yang kulihat baik, mapan, dan sedap dipandang, namun belasan laki-laki datang dan pergi begitu saja, sebab aku telanjur menjadikan mas Anto sebagai tolok ukur.

Akhirnya aku benar-benar jatuh hati pada lelaki unik yang to the point sedang cari jodoh. Radit namanya, orang Kebumen. Usianya sepuluh tahun lebih muda dariku, namun ia penyuka wanita yang lebih tua---tentangnya tak bisa kuceritakan secara detail di sini, sebab ia punya cerita sendiri.

Ia mirip dengan mas Anto, dan punya kriteria untuk menghindarkanku dari tatapan aneh banyak pasang mata saat bersama.

Tentang bagaimana mas Anto menciumku di telepon, Radit melakukan hal yang sama bahkan lebih detail lagi. Kalau mas Anto cuma bilang "muach, mata," lalu lanjut ke hidung, pipi, dan lainnya, maka Radit akan bilang, "muach, mata kanan, muach, mata kiri," dan seterusnya.

Mas Anto itu suka bercanda, dan kalau ia geregetan padaku, ia akan bilang, "woo, cokot lambene (huu, gigit bibirnya)." Radit pun demikian. Ia suka bilang, "woo, cokot bokonge (huu, gigit bokongnya)." 

Lagi, mas Anto suka memujiku saat aku selesai potong rambut, saat pakai baju baru, atau saat aku sedikit berdandan. Mas Anto akan bilang, "ayune (cantiknya)." Radit pun sama. Ia akan bilang, "ayu men (cantik amat)."

Lihat selengkapnya