I Love You, Mom

Deianeira
Chapter #1

Maaf, Saya Tidak Bisa Meninggalkan Ibu Saya

Sore itu hujan turun cukup deras. Seorang wanita 50 tahunan terjebak di dalam sebuah taksi online yang dipesankan anak perempuannya 15 menit yang lalu. Maklum, wanita peruh baya itu tak bisa menggunakan aplikasi selain WhatsApp.

Dari dalam mobil, wanita itu melihat tetesan hujan dari balik kaca di sampingnya. Terlihat samar bayang dirinya di kaca itu. Balutan kerudung warna salem membuatnya tampak terlihat lebih muda.

Suara wiper yang menyala mengalihkan perhatiannya. Sambil melirik jam tangannya, dia bertanya, "Apa masih jauh, Pak?" tanya wanita itu pada pengemudi di depannya.

Tanpa menoleh, pengemudi itu menjawab, "10 menit lagi, Bu," sambil melihat perhitungan waktu di google map yang terpampang di ponselnya. Ponsel itu terpasang di holdernya yang baru dibeli sebulan yang lalu.

Tiba-tiba ada suara ponsel. Wanita itu mengenali nada dering miliknya. Segera dia rogoh isi tas merahnya (merk?) dan dia angkat.

"Halo?" sapanya, "Iya, Nduk?"

Pengemudi itu melirik ke arah wanita itu dari balik spion di atasnya.

"Belum, masih 10 menit lagi," kata wanita itu sambil melihat ke arah luar jendela namun kurang jelas karena hujan deras.

"Yo wes, nanti telpon lagi yo," kata wanita itu lalu menutup ponselnya dan memasukkan lagi ke dalam tasnya.

"Telpon dari putrinya ya, Bu?" tanya pengemudi memulai pembicaraan supaya suasana mencair dan tak sedingin suhu di dalam mobil itu.

"Iya, Pak, bentar-bentar telpon, bentar-bentar telpon, tanya ini itu, kayak diinterogasi," jelas wanita itu.

"Itu tandanya putri ibu perhatian sama ibu," jawab pengemudi itu.

Suara ponsel berdering lagi.

Wanita itu merogoh lagi isi tasnya sambil berkata, "Bukan, ini nada WA masuk," lalu membacanya.

Ibu mau makan apa malam ini?

"WA dari putri ibu?" tanya pengemudi itu ingin tahu.

Wanita itu mulai mengetik sambil menjawab, "Bukan, ini dari anak laki-laki saya."

Wanita itu mengoreksi tulisannya sebelum dikirim.

Ndak usah, Ibu sedang perjalanan ke Resto Ocean Garden sekarang.

Pesan terkirim.

Tak lama ada balasan.

Hujan-hujan begini kenapa Ibu nekat pergi? Ibu naik apa?

Wanita itu mulai mengetik lagi.

Ibu naik grab. Tadi dipesenin kakakmu, Mira, wes yo le, Ibu udah mau nyampe.

Pesan terkirim.

***

Mobil berhenti tepat di lobby resto.

"Sudah sampai, Bu," kata pengemudinya.

"Maju sedikit, Pak," pinta wanita itu, "Saya nggak mau kalau baju saya sampai basah."

Setelah pengemudi menuruti, wanita itu membuka pintu kemudian langsung berlari memasuki resto sambil memayungkan tas merahnya ke atas kepalanya. Wanita itu mengenakan blazer peach dengan dipadu kulot batik motif parang kusumo.

Setelah memasuki resto, wanita itu menurunkan tasnya lalu membersihkan blazernya yang sedikit terkena tetesan hujan.

"Kartika!" panggil seseorang.

Wanita itu mencari sumber suara. Itu pasti suara temannya yang memanggil.

"Kartika!" panggil suara itu lagi.

Wanita itu melihat seorang wanita seumurannya tengah berdiri di sudut ruangan bersama seorang wanita lagi.

"Sini!" panggi wanita di sudut ruangan itu sambil melambai.

Kartika mendekati meja di sudut ruangan itu. Kedua teman wanitanya telah menunggu dan sudah ada dua gelas jus jeruk di depan mereka.

"Aduh, Laras, maaf," kata Kartika sambil menarik kursi di depan wanita yang memanggilnya tadi. "Jalanan tiba-tiba aja jadi macet karena hujan turun deres banget."

Lalu mereka bertiga bersalaman dan cipika-cipiki.

"Iya, nggak apa-apa," jawab Laras.

"Kalian udah lama nungguin?" tanya Kartika setelah duduk sambil memangku tas merahnya.

"Lintang datang lebih dulu," jawab Laras sambil mengerling ke arah wanita yang sedari tadi duduk sambil memegang Iphone-nya.

"Hai, Kartika," sapa Lintang dengan nada datar, "Lama tidak berjumpa," sambil mengulurkan tangannya.

"Lintang?!" sahut Kartika tak percaya bisa bertemu dengan primadona kampus sewaktu mereka kuliah dulu, "MasyaAllah, aku nggak nyangka bisa ketemu kamu," sambil menjabat tangan Lintang, "Aku dengar kamu tinggal di Brunei?"

Lintang menarik tangannya sambil membalas senyuman.

Lihat selengkapnya