Abdi berlari sambil menggendong ibunya diatas punggungnya, memasuki UGD di sebuah Rumah Sakit.
"Dokter!" panggil Abdi panik, "Dokter! Tolong Ibu saya, Dokter!" tambahnya pada beberapa orang berjas putih yang sedang duduk-duduk.
"Tolong baringkan di sini!" seru seorang dokter jaga berkerudung sambil menunjuk ke bangsal kosong di sampingnya.
Abdi mendudukkan ibunya di bangsal itu lalu perlahan memutar tubuhnya supaya bisa membaringkan ibunya.
"Apa yang terjadi?" tanya dokter itu sambil membantu membaringkan.
"Ibu saya pingsan saat sholat, Dok!" jelas Abdi masih panik.
Dokter itu segera mengenakan stetoskopnya dan memeriksa detak jantung Kartika.
"Masnya tolong tunggu di luar dulu ya," seru seorang perawat yang datang lalu menutup kain gorden bangsal itu.
Dengan gelisah, Abdi menjauhi bangsal. Dia melihat jam dinding menunjukkan pukul 19:35 WIB. Dia ingin menelepon kedua kakaknya tapi saat dia meraba sakunya, dia baru menyadari kalau dirinya masih mengenakan sarung. Dia lupa membawa ponselnya karena panik.
Dokter berkerudung tadi mendekati mejanya untuk menuliskan laporan dan resep.
"Oh, Gimana kondisi Ibu saya, Dok?" tanya Andi mendekati meja dokter itu dengan cemas. "Apa Ibu saya sudah sadar, Dok?"
"Alhamdulillah, sekarang Ibu Anda sedang tidur," jawab dokter itu.
"Oh, syukur alhamdulillah," sahut Abdi.
"Ibu Anda mengalami hipertensi," jelas dokter itu, "Tekanan darahnya cukup tinggi," tambahnya sambil terus menulis.
"Berapa tekanan darah Ibu saya, Dok?" tanya Andi penasaran.
"170/120," jawab dokter itu.
"Apakah serius, Dok?"
"Ya, kemungkinan terburuknya adalah gejala stroke."
"Stroke?!" Andi tampak lebih cemas.
"Apa Ibu Anda mengalami stress belakangan ini?" tanya dokter itu kini pandangan keduanya beradu.
Abdi merasa canggung dan segera mengubah arah pandangannya, sambil menjawab, "Ehm, sepertinya tidak."
"Kelelahan mungkin? Setelah melakukan pekerjaan berat?"
Abdi menggeleng.
Lalu dokter itu menulis lagi.
Abdi teringat sesuatu dan berkata, "Apa mungkin karena makanan?"
Dokter itu menatap lagi, "Apa makanan yang dimakan Ibu Anda?"
"Nasi kebuli dengan daging kambing," jawab Abdi.
"Suster!" panggil dokter itu pada seorang perawat di dekatnya, "Tes GCU!" tambahnya lalu bangkit dari kursinya.
"Kami akan cek kadar kolesterolnya dulu," kata dokter itu pada Andi yang kemudian mengangguk, "Permisi," tambah dokter itu lalu mendekati bangsal Kartika.
Abdi ingin mengabari kedua kakaknya, tapi dia harus pulang untuk mengambil ponselnya. Sedangkan ibunya di sini sendirian.
Tak berapa lama dokter itu membuka gorden dan melangkah ke mejanya. Tapi Abdi sudah tidak ada di situ.