I LOVE YOU MY BAD HUSBAND

Muslimah
Chapter #3

TRUE FRIEND

Aina mendekap erat tubuh Mila yang bergetar. Sekarang mereka berada di rumah sederhana, yang hanya memiliki dua kamar kecil. Ya, itulah rumah Aina. Sangat jauh berbeda dengan rumah Mila, bahkan kamar pembantunya lebih besar dari rumah ini, tapi Mila sangat bersyukur, setidaknya masih ada yang bisa ia tempati. Mila mengembangkan senyum manisnya, melihat Aina yang tertunduk lesu karena tidak enak kepada Mila.


"Na, kamu kok gitu?"


"Maaf, ya, Mil. Rumahku kecil banget, beda jauh sama rumah kamu."


"Ya ampun, Na, seharusnya aku yang gak enak sama kamu, karena aku udah nyusahin kamu.”


“Nggak kok, Mil, justru aku seneng banget dan sekarang aku gak kesepian lagi."


"Na, makasih banyak, ya, aku gak tau lagi gimana caranya ngebalas kebaikan kamu."


"Mil, ini gak sebanding dengan apa yang kamu dan keluarga kamu kasih ke aku, Kalo bukan karena kalian, aku gak akan mungkin bisa sekolah sampai detik ini."


"Mulai sekarang, kita jalani hidup kita dan lupakan masa lalu. Setuju?" ucap Aina menyemangati.


"Setuju!" Mila menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Aina. Mereka tertawa bersama. Mila bersyukur, bisa mengenal sosok teman yang setia seperti Aina.


Dulu Aina satu sekolah dengan Mila, tapi Aina memilih pindah, karena mendapatkan beasiswa yang dicarikan orang tua Mila. Tentu saja atas dasar bujukan dari Mila. Mila prihatin karena Aina, dulu sering menjadi korban bullying, jadi Mila menyuruh Aina untuk pindah. Kebetulan, pamannya Mila adalah pemilik sekolah Aina yang dulu. Tentunya bukan hal yang sulit bagi Mila melakukan hal itu.


"Mil, ayo bangun, aku udah masak, nih." Mila mengucek-ngucek matanya, kemudian berjalan menuju dapur mengikuti Aina.


Tumis kangkung dan tempe goreng terhidang, di atas meja kayu berukuran 4×4 meter di tengah ruang dapur. Mila duduk di atas kursi plastik.


Mila mengamati makanan itu saksama. Sedari dulu, Mila tak pernah memakan makanan sesederhana itu, tapi cepat-cepat Mila mencicipi hidangan tersebut. Mila merasa tidak enak hati kepada Aina, mungkin saja rasanya tak seburuk yang Mia pikirkan.


Mila memakan-makanannya dengan rakus. Ternyata benar! Tidak seburuk yang Mila pikirkan, justru masakan itu sangat enak menurutnya. Apalagi sambal terasi yang Aina buat sungguh lezat, Aina tertawa melihat Mila yang makan dengan tergesa-gesa, seperti sedang dikejar hutang.


"Mil, makannya pelan-pelan aja. Makanannya gak akan lari ke mana-mana, kok.” Aina menertawakan kelakuan Mila. Menurutnya itu sangat lucu. Sementara Mila, tersenyum kikuk menahan malu.


Lihat selengkapnya