I Love You, My Cousin

Ravistara
Chapter #4

Sawala Semenjana

"Hai, Angielucifer."

Suara sendok berdenting keras saat Arla meletakkan piring berisi karedok di atas meja kantin. Dia kemudian duduk tanpa permisi di sebelah Angel. 

Angel terpaku memelototinya. Kaget karena sahabatnya itu tiba-tiba muncul setelah kejadian kemarin. Dia enggak menyangka Arla akan kembali secepat ini. Datang-datang malah bikin kupingnya sakit dengan memelesetkan nama aslinya, Angelicia. Alasan untuk marah ke Arla pun makin komplet.

"Apa kabar? Hm, enak banget nih karedok," seloroh Arla sambil menjilati bibirnya. Dia sedang diet dan gak kepingin makan apa-apa selain selada dan saus ala nusantara ini. 

"Gue yang mestinya bertanya. Gimana kabar elo setelah hari penting lo kemarin, Carlyle?" 

Angel heran ketika Arla malah tergelak. Biasanya gadis itu paling enggak suka kalau dipanggil Carlyle, tapi baru kali ini Arla tidak tersinggung dan malah menganggapnya lucu. Duh, sahabatnya yang satu ini jadi aneh, deh. Mungkin gara-gara overdosis digombali cowok.

"Anghie, thumbhen lloh engghak mharah ghue phangghil Angghiehusife?" 

"Plis, deh, Ar! Cantik-cantik elo jorok banget. Habiskan dulu tuh karedok di mulut!" Angel mengomel.

"Asyik ... Angel bisa marah lagi! Gitu, dong, Jel. Gue sempat khawatir tadi elo kenapa-kenapa, tiba-tiba aja kok jadi baik hati sama gue. Hihihi!" Arla malah kegirangan. 

"ARLAAA!"

Mereka pun jadi pusat perhatian. Dan Angel jadi maluuu banget karena kredibilitasnya sebagai pemuka organisasi di Peninsula terancam karena dia bergaul lama-lama sama Arla. Kenapa ya dia selalu saja lepas kontrol kalau bicara sama Arla. Punya dosa apa dia di masa lalu sampai mesti menanggung penderitaan seberat ini? 

"Eh, Jel, jangan jauh-jauh dari gue, dong!" Arla mencekal lengal Angel karena gadis itu beringsut dari tempat duduknya.

"Kenapa lagi, sih, elo datang dalam hidup gue, Ar? Elo enggak pernah rela, ya, membiarkan gue tenang?" tanya Angel sinis dengan muka bosan.

"Angel segitunya, deh. Gue cuma kepingin dibagi es kopyor lo, soalnya dompet gue ketinggalan di rumah dan uang yang ada di saku gue cuma cukup buat beli makan ...."

Apa? Kok bisa Arla berkata sepolos itu. Perasaan kesal, gemas, sekaligus geli, bercampur jadi satu di perutnya. Angel menghela napas.

"Ya ampun, Ar .... Elo itu childish banget, sih." Angel geleng-geleng kepala heran.

"Iya, nih, Jel. Kayaknya gue telat puber, ya? Makanya gue mau punya pacar biar berasa cewek beneran," keluh Arla nelangsa.

"Hah? Kalau elo selama ini merasa cewek jadi-jadian, trus gue apaan, dong, Ar? Setengah manusia, gitu?" Angel kaget.

"Yee, maksud gue selama ini kan gue cuma dianggap cewek kemarin sore, anak baik-baik. Gue kepingin mengubah status gue menjadi dewasa kayak orang-orang." Lagi-lagi Angel menggelengkan kepala. Rupanya Arla sudah menjadi korban tren pacaran. 

"Elo itu seharusnya bersyukur, Ar. Bersyukuuur ... cewek polos macam elo itu sekarang udah jadi komoditas langka. High quality jomblo!"

"Yee ... elo jangan sinis gitu, dong, ama gue! Pujian lo nyelekit, tau?" 

"Udah, deh. Enggak usah pura-pura. Elo lagi kepingin konsultasi sama gue soal sayembara itu, 'kan?" tebak Angel curiga karena Arla sudi membuang-buang waktu baca bukunya yang berharga untuk mengganggu acara makan siangnya. Pasti ada something kalau Arla tiba-tiba muncul tanpa diundang. Dia sudah hafal sifat Arla yang selalu mengandalkannya setiap kali ada masalah. 

"Audisi, Jel ...." Arla meralat ucapan Angel.

"Mau sayembara-audisi-kontes-apa kek!" tukas Angel dengan kecepatan luar biasa. 

"Bukannya gue peduli sama elo, ya, Ar. Gue cuma prihatin," selorohnya cuek. 

"Yang ikut kemaren ada 109 dan tersisa tiga orang buat gue seleksi lagi."

"Wow!" Mau tak mau Angel berseru kaget ketika Arla langsung bercerita. 

"Gue enggak bisa bayangkann elo bisa milih tiga dari 109 cowok cuma dalam waktu satu hari!" komentar Angel takjub. Kalau dia yang jadi Arla pasti bingung dan tinggal pakai jurus cabut lidi.

"Rasanya masih mendingan daripada milih baju satu toko!" kilah Arla pendek.

"Hahaha. Elo pikir enak milih cowok sambil keroyokan gitu? Repot? Elo juga, 'kan, yang pusing? Arla, Arla. Lagian masih banyak tuh cowok hebat yang naksir kamu. Elo malah pake cara yang berisiko gini. Sekalian aja lo pasang iklan di dunia maya dan live show!

"Nyari cowok juga ada seninya, Angel," celetuk Arla sok tahu. 

Seni apaan? Elonya aja yang enggak kreatif, Angel mencibir dalam hati. Anak bayi itu malah memberi nasihat sama ratu pacaran kilat level dia? Enggak terbalik, tuh? 

"Elo dengar alasan gue dulu, Jel. Maksud gue bikin audisi terbuka biar semua cowok punya kesempatan. Cowok yang hebat juga belum jamin gue bakal suka. Siapa tau yang gue cari itu malah cowok yang biasa-biasa aja. Cinta itu kan tulus dan nggak memandang kriteria? Lagian kalau langsung tatap muka, gue bisa tau gimana kondisi rambutnya atau gimana kebersihan giginya. Jadi sekalian aja gue menilai kepribadiannya, enggak ribet, hemat biaya, lagi!" tutur Arla penuh keyakinan.

Lihat selengkapnya