Buntu ..., jalan buntu. Pikiran buntu. Aku menghela napas panjang. Pikiranku ada dimana-mana. Entah. Aku tak pernah merasakan perasaan sekacau ini. Semenjak hadir dirinya yang datang mengganggu. Dirinya yang selalu terbayang oleh hatiku, dirinya yang selalu terlukis di otakku.
Anggap saja aku gila, mungkin memang aku gila. Sekali lagi, kuhembuskan napas panjang. Terlihat jelas semua memoriku dengannya, seolah-oleh film yang sedang diputar. Apa kabar kamu yang disana?
Aku berada di kabin siar sendirian, memandang kosong layar monitor dan mikrofon serta seperangkat alat lainnya. Sebentar lagi aku harus on air siaran, namun aku belum bisa mengatur perasaanku. Sementara lag uterus berputar, aku masih saja termenung.
Seorang penyiar harus professional, tak peduli perasaanmu sedang galau, kacau ,kalut karena diputus pacar, atau ditolak cintanya. Ketika membawakan acara yang ceria, senyummu harus mengembang, meski itu senyum tiga senti karena terpaksa.