I'm Going Back To Venice

Ang.Rose
Chapter #3

Chapter 1: <Open-Unity>

Apa yang menyatakan bahwa hari ini kita masih hidup?

Bernafas?

Bergerak?

Atau bisa membuka mata?

Ada orang yang bisa membuka matanya namun tidak bisa bernafas dengan leluasa.

Ada yang bisa bergerak namun matanya tidak bisa melihat apapun.

Ada juga orang yang bisa bernafas, bisa melihat tapi tubuhnya tidak bisa bergerak.

Keberuntungan, kemampuan dan kerja keras, mana yang tidak akan menghianati hasil?

Semua itu memang tidak akan menghianati kita pada saat kita hidup, tapi sesama manusialah, yang saling menghianati.

Bersaing bahkan hingga menjatuhkan, itulah yang biasanya manusia lakukan.

Tapi hari ini, semua bukan tentang itu, aku berdiri di puncak kekuasaan atas informasi legal maupun ilegal yang ada di dunia ini.

Dinobatkan dalam kegelapan sebagai salah satu dari beberapa hacker terbaik di dunia dan bahkan mendapatkan aku mendapatkan title Ratu, walau aku sebenarnya sudah melepaskan title itu sejak lama.

Aku tidak mau terjebak dalam masa lalu dimana aku terus di junjung tinggi oleh orang-orang disekitarku hingga akhirnya, aku dikhianati dan diserahkan kepada Pemerintah.

Jika tidak ada kedua orang itu, mungkin saja aku sudah terpenjara dengan bungkusan sebuah kata ‘direkrut oleh pemerintah’...

Aku mengambil kacamata yang ada di samping tempat tidur, sudah 15 menit sejak aku membuka mata tapi aku enggan untuk bergerak.

Hari ini adalah hari dimana aku cukup enggan untuk melakukan sesuatu, karena hari ini adalah hari perayaan perginya kedua orang itu.

Orang yang aku anggap sebagai orang tuaku, walau hanya sebulan lamanya. Kepergian yang ku maksud juga bukan hanya pergi, tapi mereka mengorbankan nyawanya untukku.

“Vence!” teriakan itu terdengar dari lantai bawah.

Ya, aku tidak hidup di sebuah rumah sederhana ataupun mewah, tapi ini merupakan ruko 3 lantai dengan sebuah papan di depannya bertuliskan Toko Service Laptop murah.

Dan orang yang berteriak itu bernama Chian, dia merupakan orang yang kuanggap sebagai adik, walau begitu, walau aku yang memberinya makan dan tempat tinggal, terkadang kelakuannya benar-benar kurang ajar.

Dia tiba-tiba menemukan tempat ini, ketika bahkan aku sungguh percaya diri bahwa tidak akan ada yang bisa menemukan posisiku.

3 tahun lalu, seorang laki-laki memakai seragam putih abu-abu berdiri di depan ruko dengan kondisi basah kuyup, sampai sekarang aku masih ingat betul bagaimana wajahnya dan apa kata-katanya saat itu.

Wajahnya yang awalnya terlihat murung dan kedinginan, matanya seakan tidak memiliki cahaya kehidupan, namun ketika dia melihatku. Senyumnya terangkat, matanya bersinar, dan dia terlihat begitu bahagia.

“Akhirnya! Venice!”

Seakan dia baru saja menyelesaikan sebuah quest tersulit dari sebuah game. Tapi saat itu aku justru tersenyum melihat anak itu, dia bilang bahwa dia ingin tinggal bersamaku sambil menyelesaikan sekolahnya.

Dan tahun kemarin dia sudah lulus dari SMA, aku seperti membesarkan seorang anak.

Akhirnya, setelah mengumpulkan niat aku bangun dari tempat tidur memakai sendal berwarna pink yang senada dengan warna rambutku yang juga berwarna pink pastel.

Aku turun ke lantai 2 dengan tenang, tidak peduli dengan ocehan Chian yang selalu kesal jika aku bangun terlalu siang.

Tapi ketika aku melihat persediaan kopi sudah habis. Aku mau tidak mau menoleh ke arahnya dan menghampiri Chian yang masih setia duduk di depan komputernya.

“Kopi abis, lo gak ada niatan beli apa gimana?”

“Gantian, lagian yang bangun telat hari ini siapa? Kan lo.”

Lihat bagaimana dia menjawabku, dia benar-benar terang-terangan dan tidak menyaring kata-katanya, seakan dia bicara pada teman sebaya dan bukan yang lebih tua.

Tapi, aku sudah terbiasa.

“Ngelunjak, mulai.”

“Sekali-kali lah ya? Capek gue jalannya.”

“Makanya jangan begadang mulu, heran susah banget di bilangin.”

“Eh, ini jadwal gue buat mantau.”

Aku terdiam sebentar sambil mengambil jaket dan dompet. “TCT ada kabarnya?”

“TCT lagi nonton aktif, udah mau seminggu, itu lho, karena kasus yang itu mencuat lagi.”

“Mereka bikin apalagi?”

“Bukan dia, tapi adiknya.”

“Gila tuh keluarga, gak ada bosen-bosen bikin masalah.”

“Vence, tapi emang bener si adiknya itu punya hacker?”

“Tahu Lian kan?”

Chian tercengang mendengar itu, dan aku cukup senang mendengar dia terkejut seperti itu. Jarang melihatnya bisa terkejut karena dia punya saingan yang lumayan. Karena jika bicara di Indonesia, saingannya hanya dua orang.

Seorang Polisi Siber dan aku.

Aku meninggalkannya di toko, pergi membeli kopi di dekat tempat tinggal kami, tidak perlu pakai motor hanya perlu berjalan kaki 15 menit dan aku sudah bisa sampai disana, sembari aku mengamati jalanan Jakarta yang mulai lengang.

Bicara tentang TCT. Sebagai orang yang mendedikasikan hidupnya sebagai orang yang melindungi dunia kegelapan, TCT merupakan salah satu tempat yang mungkin ingin diajak bekerja sama.

Tapi, tidak denganku, aku tidak ingin sama sekali terlibat dengan pemilik ataupun asosiasi dari mereka.

TCT merupakan kepanjangan dari The Chicago Tower. Termasuk menjadi bagian dari sebuah perusahan Public Relation terbesar di Los Angeles. Diamond Fun Krei atau DFK.

Orang awam hanya atau tahu bahwa DFK mempunyai cabang di Chicago yang mengurus tentang resort dan hotel tapi nyatanya… 

Cabang Chicago itu sungguh sangat amat berbeda dari dalam.

Didirikan oleh anak laki-laki dari keluarga Kang. Banyak yang pernah mendengar cerita bahwa ketika kedua orang tuanya masih menjabat, Michael, anak laki-laki dari keluarga itu bekerja sama dengan FBI, entah untuk urusan apa, tapi tiba-tiba namanya tidak lagi pernah terlihat, hingga tak lama setelah namanya menghilang, gedung Chicago itu dibuat dan setelah ayahnya meninggal beberapa tahun yang lalu muncullah nama The Chicago Tower.

Secara harfiah, The Chicago Tower merupakan pusat lintasan informasi yang dikelola hanya oleh Michael sendiri.

Dimana mereka bisa dengan mudah mendapatkan informasi dari manapun, dan bahkan terkadang, ada beberapa orang yang melihat FBI sering mendatangi mereka untuk meminta informasi.

Mereka seakan menjadi kontraktor untuk pekerjaan kotor pemerintah. Tapi yang paling lucu bukanlah tentang itu.

Mereka adalah keluarga mafia, orang tuanya memiliki bisnis sampingan berupa, penjualan senjata ilegal, peredaran narkoba, casino ilegal dan legal, bahkan sampai penjualan alkohol.

Setahun yang lalu anak terakhir mereka muncul ke Los Angeles dengan membuat keributan, memaksa SWAT, CIA bahkan LAPD untuk mengawal kedatangannya, tapi dia masih terluka karena tertusuk.

Lihat selengkapnya