I'm Going Back To Venice

Ang.Rose
Chapter #6

Chapter 4: Revealing

Seperti biasa Fiona bangun pagi dan bersiap-siap namun dia selalu memasak terlebih dahulu hari ini, karna Franz tidak makan semalam. Biasanya Franz akan membeli makan diluar atau terkadang Kania akan datang untuk sekedar memberi Franz makan.

Bukan karena dia tidak punya uang untuk makan, tapi Franz tidak akan makan jika dia harus berjalan dulu, memesan, membeli dia akan kehilangan tenaga terlebih dahulu sebelum itu.

Dan Fiona tahu betul kebiasaan itu, karena itu dia memasak dulu sebelum akhirnya pergi kerja, bahkan selera makan Franz jauh lebih sulit daripada Tama. Franz harus memakan nasi baru dan panas sedangkan Tama seluruh tempat dia makan harus bersih.

“Bang!” teriak Fiona dari depan kamar Franz.

“Ya?” teriak Franz dari dalam kamar.

“Makanan udah gue siapin buruan makan keburu dingin!” teriak Fiona lagi.

Franz keluar dari kamarnya. “Makan apa?”

“Sayur asem sama ikan asin cepetan.”

“Woww!!! Thank you,” ucap Franz sambil berlari ke meja makan, tapi dia kembali menoleh melihat adiknya. “Lo bukannya masuk siang hari ini?”

Fiona menghela nafasnya. “Harusnya gitu, tapi gue tadi di telfon di suruh dateng.”

“Masalah kemarin?”

“Ya iyalah, dia kan ngancem gue kemarin bilang gue di SP hari ini, kalau pun iya gue gak takut.”

“Saran boleh?”

“Apaan?”

“Marah boleh, kesel boleh tapi-”

“Gue tahu, gue punya bukti kok, gue gak bodoh banget. Kalau pun dia manipulasi absen gue punya bukti.”

“Widih, adeknya abang pinter banget emang.”

“Dih najis, mandi lo sono, cukuran juga.”

“Bawel.”

“Kak Nia kesini gak hari ini?”

“Ngapain lo nanyain Nia? Kemaren udah kesini.”

“Gak papa, gantian lah kalau gitu gue nanya, lo kenapa sama Kak Nia gak jadian? Cocok gitu.”

“Kania sama lo tuh sama, sama-sama bikin pusing kepala gue, kalau ada masalah masih aja nyari gue.”

“Terus lo pengen cewek yang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri gitu? Mandiri?”

“Iya kalau bisa.”

“Cewek yang kayak gitu mah gak butuh laki bang, dia bisa ngapa-ngapain sendiri termasuk duit, laki kaya abang mah gak guna, apalagi lo kan miskin.”

“Adek kurang ajar emang ya.”

Fiona hanya melemparkan juluran lidah pada kakaknya lalu keluar dari rumah. Dia berjalan selama 5 menit sampai akhirnya menemukan halte Transjakarta, dengan durasi 30 menit perjalanan dia sudah bisa sampai ke rumah sakit tempatnya bertugas.

“Lo ngapain jam segini udah masuk?” begitulah yang diucapkan Yura ketika melihat Fiona sudah sampai di rumah sakit.

“Gue dipanggil katanya ada yang mau diomongin.”

“Perkara kemarin ya kayaknya?”

“Apalagi kalau bukan kemarin.”

Fiona masuk ke ruang ganti dan langsung mengganti seragamnya dan pergi keruangan Kepala Bagian.

“Permisi bu,” ucapnya.

“Masuk Fin.”

Benar saja, di ruangan itu sudah ada atasannya, Rani dan perawat yang selalu ijin Wanda. “Saya diminta kesini sebelum jam sif ada apa ya?”

“Saya dengar kamu menolak sif malam kemarin?”

“Ah soal itu. Emang jadwalnya ganti ya?” tanya Fiona santai.

“Maksud kamu jadwalnya ganti apa? Ini jadwalnya saya lihat kamu memang harusnya masuk malam.”

“Sebentar bu,” ucap Fiona sambil mengambil ponselnya dan membuka galerinya. “Jadwal perawat di-update dua minggu sekali, ini jadwal dua minggu lalu,” ucapnya sambil memberikan ponsel itu.

“Dan, ini bukti saya masuk malam selama dua minggu, dan kemarin jadwal baru udah muncul ini saya foto jam 12 waktu jadwal untuk dua minggu kedepan muncul,” Fiona menggeser layar ponselnya.

“Kalau berubah itu artinya ada yang ubah setelah keluar jam 3 sore,” sambung Fiona lagi.

“Rani, Wanda ini maksudnya apa? Kalian bilang kalau Wanda yang menggantikan Fiona dua minggu berturut-turut.”

‘Wah bocah gila,’ ucap Fiona dalam hati.

“Bu, saya ada saran, ibu tarik aja semua absen, dari finger print, desk, sama login sistem, kalau perlu CCTV sekalian, kan keliatan, ibu juga manggil saya tanpa ngecek itu semua?” tukas Fiona tegas.

“Saya minta maaf soal itu, kamu boleh pergi Fin, saya akan buat jadwal baru supaya kamu bisa istirahat.”

“Oh, saya gak masalah bu, asal saya gak semena-mena di suruh ngegantiin, orang saya gak papa, bagi aja yang adil, itu cukup buat saya.”

“Yaudah kamu balik kerja gih.”

“Saya permisi.”

Fiona rasanya ingin mengamuk dan menjambak cepolan Wanda jika dia bisa, tapi dia tidak bisa, jangan sampai kehilangan integritas. Dia langsung kembali ke UGD tempatnya bertugas.

Aneh, ada yang aneh dengan kondisi UGD hari ini, bukan karena sepi. Sepi adalah kata terlarang di UGD, karena jika sampai terucap, UGD akan ramai saat itu juga.

Jinx, memang, ada yang percaya, ada yang tidak percaya, tapi dia pernah mengalaminya, saat dia baru menjadi perawat di tempat ini Yura tidak sengaja mengatakan hari itu sepi dan benar saja, 5 menit kemudian, rumah sakit mendapat telpon bahwa ada kecelakaan bus transjakarta menabrak sebuah mobil, penumpang Transjakarta banyak yang luka ringan akibat benturan dengan tiang dan kaca.

Ya, sejak itu, para pemula benar-benar menjaga mulutnya.

Tapi kali ini mereka terlihat bersemi-semi seakan baru saja melihat sesuatu yang bagus.

Kenapa? Ada artis?

Lihat selengkapnya