Tama berdiri di dekat pintu UGD, dia sudah menyuruh Bagas untuk pulang lebih dulu. Hari ini mereka berdua benar-benar sial, selain bertemu dengan preman dan bukannya informan, mereka berdua pun harus babak belur.
Tama dan Bagas merupakan penyidik KPK yang sedang mengawasi beberapa orang pengusaha yang terlihat mencurigakan beberapa bulan terakhir.
Hingga puncaknya, 2 minggu yang lalu.
Richard dan Nusa, om dan tantenya yang sudah mengasuhnya sejak kecil mengabarkan bahwa mereka berdua mendapatkan undangan untuk makan malam sesama pengusaha.
Makan malam itu diadakan oleh Martha pemilik perusahaan QF yang menjadi ‘broker’ untuk proyek-proyek vital pemerintah, tapi badan usahanya sendiri merupakan pencari vendor dan penyedia keamanan.
Jadi memang tidak salah disebut sebagai broker.
Seluruh orang di pemerintahan sebenarnya tidak asing dengannya, dan di kalangan orang-orang yang bersinggungan dengan pemerintahan pasti tahu, Gala Dinner yang dilakukan oleh QF adalah ajang mencari proyek baru.
Dimana mereka bisa saling menego harga, atau, melakukan proyek yang tidak perlu diselesaikan alias dengan sadar melakukan proyek mangkrak.
Sulit untuk mendeteksi mereka ataupun mencari bukti tentang itu, dan jika pun KPK berhasil menangkap dan mengungkap, belum tentu, belum tentu para petinggi yang melakukan kesepakatan bisa tertangkap.
Karena mereka, terlalu pintar mencuci uang.
Jika harus melakukan pemberantasan, mungkin Pemerintahan akan sedikit bergoyang karena memang pada kenyataannya, hal ini cukup sulit.
Mengetahui itu mudah, tapi menangkap itu sulit.
Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, harusnya Fiona sudah selesai hari ini, Tama menatap ke pintu UGD dan benar saja Fiona muncul dengan memakai kemeja dan celana jeans biru.
Fiona menyadari Tama masih berdiri depan rumah sakit dan dengan refleks kepalanya menggeleng karena kesal.
Namun Tama dia tersenyum sambil berlari dan memeluk Fiona, memang mereka berdua cukup aneh walau Fiona terkesan tidak peduli namun ketika Tama melakukan skinship dia tidak menolak hal itu.
“Kenapa gak pulang?” tanya Fiona dingin.
“Enggak, mau makan sama kamu. Bang Franz juga pasti sibuk kan?”
“Bang Franz emang udah pasti sibuk, makan dimana?”
“Tempat dulu, yuk?”
“Emang Bapak masih buka?”
“Masih lah. Kamu gak pernah kesana lagi?”
“Jarang.”
“Ayo, Bapak kemarin udah nanyain kamu terus.”
***
Sebuah kedai makanan chinese, tempatnya bersih rapi dan dipenuhi oleh wangi minyak wijen yang membuat selera makan naik hingga 20%. Suara penggorengan yang beradu dengan spatula, dan ketukan khas yang sering di dengar ketika datang ke rumah makan chinese.
Fiona merasa nostalgia ketika dia masuk ke tempat ini, selama 3 tahun dia pernah bekerja di tempat ini untuk mencari uang jajan.