I'm Going Back To Venice

Ang.Rose
Chapter #10

Chapter 8: The Work

Franz terlihat menjelajahi sebuah gang kecil mengikuti seorang laki-laki paruh baya yang menjadi targetnya hari ini.

Istri dan anaknya datang ke kantornya mengatakan bahwa orang ini bertingkah aneh dimana dia yang biasanya tidak pernah pulang malam kini sering pulang malam dan kadang tidak pulang.

Sang istri beranggapan sepertinya suaminya memiliki selingkuhan dan memang jika itu terbukti dia ingin mengajukan perceraian.

Franz sebenarnya tidak setuju jika sang ibu datang ke kantornya dengan membawa anaknya yang masih sekolah, walau dia sudah dewasa sudah SMA tapi tetap saja, jika memang benar ayahnya berselingkuh, akan sangat menyakitkan untuknya, tidak baik untuk kondisi mentalnya.

Si ibu harusnya lebih peka dengan hal itu. Walau baginya mungkin dia beranggapan ‘biar anaknya tahu, seperti apa kelakuan ayahnya.’

Tetap itu bukan keputusan yang bijak sebagai orang tua.

Sang ayah terlihat menyusuri gang gelap yang panjang ini cukup lama, hingga Franz akhirnya dia menyadari dia sudah melewati gang itu dua kali. Dan orang yang dia ikuti menghilang dari hadapannya.

“Sial!” 

Franz berlari kedepan mencari jalanan besar, tapi gang itu seakan labirin yang tidak ada habisnya.

“Duh, kenapa gue gak liat-liat sih!”

Dia terus mengerut sembari mencari jalan keluar, Franz dihadapkan dengan dua arah, kanan dan kiri. Dia pun memilih kiri dan dia menyesali pilihannya. Laki-laki paruh baya itu menunggunya di depan sana.

Dan dia tidak hanya sendiri tapi bersama beberapa orang lainnya, bahkan Franz di todong senjata, tapi Franz tidak takut melainkan dia terkejut, ini artinya… 

Franz mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

“Salah target gue, kenapa gak nanya dulu sama Roy kemaren, ah bangke.”

Gerutunya dalam hati, ya orang-orang yang berhadapan dengannya ini adalah orang pemerintahan. Franz tanpa bicara langsung bergerak ke tembok terdekat dan menaruh tanganya di belakang kepala.

Salah seorang mulai mendekat dan memeriksa badannya, dia mengambil dompet Franz yang ada di celana. Ditariknya dia lalu memaksanya untuk berlutut.

Targetnya mendekat dan jongkok menyamai jarak pandang mereka berdua.

“Kamu siapa ngikutin saya dari kemarin? Kamu siapa bisa tahu saya?”

Franz menghela nafasnya. “Saya tahu bapak dari ibu Naya dan Joana.”

Orang itu terkejut sendiri dengan jawaban Franz.

“Pak. dia Franz Angkasa Wira, mantan perwira,” ucap orang yang mengambill dompet Franz.

“Ah, saya denger kamu jadi detektif swasta ternyata bener.”

“Saya gak tahu kalau bapak ternyata intel, tapi jangan salahkan saya juga pak, harusnya bapak bilang ke istri bapak.”

“Lepasin dia,” perintahnya. Dia mengembalikan dompet Franz dan mengajaknya berjalan berdua.

“Kalau saya bilang ke istri saya, saya menyalahi aturan berarti. Maaf soal anak buah saya.”

“Enggak masalah pak, saya paham kok. Jadi saya harus melaporkan apa ke keluarga bapak?”

“Bilang aja saya kerja di dua tempat nanti saya bicara dengan istri saya. Maaf sudah merepotkan kamu.”

“Gak masalah pak, tenang aja. Saya juga minta maaf kalau udah mengganggu pekerjaan bapak.”

“Franz, maaf kalau saya lancang, tapi boleh saya tahu alasan kamu keluar? Saya udah coba cari tahu waktu masalah kamu heboh tapi saya gak percaya sama apa yang saya dengar.”

Franz terdiam sebentar. Dia menengadah ke langit seakan menimbang sesuatu, atau memang dia hanya berusaha untuk melihat pemandangan.

“Saya gak mau inget masa itu lagi, tapi mungkin saya bisa bilang, mungkin lebih baik saya yang keluar dari sana, saya seharusnya tahu saya juga gak akan bertahan lama disana.”

Bapak itu tertawa mendengar jawaban Franz.

“Bapak kenapa ketawa?”

“Enggak papa, maaf. Saya tiba-tiba ingat ucapan teman saya yang sama banget dengan ucapan kamu. Dia merasa bahwa lebih baik dia keluar dari lingkaran setan daripada berkompromi dengan setan.”

Franz terdiam, siapa orang yang dimaksud, kenapa pemikirannya benar-benar sama dengannya.

Lihat selengkapnya