Cerita ini adalah fiksi. Di buat hanya untuk hiburan semata.
***
“Berita hangat hari ini datang dari sebuah forum dimana pada forum tersebut disebutkan bahwa ada seorang pejabat yang memiliki wanita simpanan dan memiliki properti yang tidak dilaporkan pada Laporan Harta Kekayaan. Hal ini menimbulkan polemik, dan tidak berhenti disana pejabat ini diduga memiliki usaha penambangan kayu ilegal.”
“Berikutnya, kasus pemberian kompensasi untuk para pekerja CK-Construction yang mengalami kecelakaan kerja juga ternyata tidak mendapatkan kompensasi yang sesuai, bahkan ada dugaan korupsi bahan baku dan membuat pondasi gedung tersebut tidak kuat dan runtuh ketika gempa datang.”
“Forum ini juga mengatakan bahwa ada kasus suap yang sedang berjalan dalam kantor walikota. Namun kali ini belum disebutkan kantor walikota mana.”
“Terakhir mereka mengatakan akan ada pengumuman menarik dalam beberapa hari terakhir nanti. Kami sudah berusaha untuk menghubungi orang ini namun sampai saat ini kami tidak bisa menghubunginya.”
Sebuah ruangan yang besar dengan meja lonjong melingkar, duduk beberapa orang yang sedang menonton berita tersebut.
“Ini ulah siapa?” tanya orang yang duduk di tengah-tengah.
“Sampai saat ini kami belum bisa memastikan.”
Seseorang di pojok ruangan yang tidak duduk bersama dengan orang-orang itu terus menunduk, dia tidak bisa berhenti berpikir apa yang sebenarnya sedang terjadi, dia yakin dia tidak melakukan apa-apa. Bahkan panggilan untuknya saja belum dia terima.
“Semuanya keluar!” teriak orang yang duduk di tengah.
Refleks orang yang duduk di pojok ruangan pun ikut berdiri. “Wen, kamu tetap disini,” ucapan itu membuatnya menghentikan langkahnya.
“Siap Pak.”
Orang-orang lain keluar dari ruangan itu namun Wendi masih tetap berada di ruangan itu. Dia mendekat ke depan layar dimana orang itu duduk.
“Ini ulah mereka?”
Dia menggelengkan kepalanya dengan cepat.
“Jawab.”
“Saya gak yakin itu perbuatan mereka, karena biasanya mereka akan nanya ke saya dulu sebelum mereka blast ini ke publik.”
“Tapi mereka emang lagi nyari ini?”
“Saya belum kontak mereka sejak 3 minggu lalu.”
“Kalau begitu kamu, tanya mereka sekarang.”
Wendi terdiam, dia tersenyum dalam hatinya. “Kalau gitu, bisa kasih saya akses?”
“Kamu masih juga minta akses? Kurang akses apalagi kamu?”
“Saya gak bisa nyari data dari 15 tahun lalu, saya mohon pak, kasih saya akses.”
“Terus kalau saya kasih kamu akses kamu mau pakai apa?”
“Bapak percaya sama saya kan?”
“Bisa kamu mainin kata-kata saya,” ucapnya sambil menghela nafas keras. “Baiklah, saya kasih kamu akses.”
“Terima kasih pak, kalau gitu saya ijin pulang.”
Orang itu mengeluarkan sebuah device yang mirip dengan dongle USB namun lebih kecil. “Inget, kamu hanya boleh buka ini kalau di kantor. Saya bakal pindah ruangan kamu supaya gak bareng sama yang lain.”