Cerita ini Fiksi. Di buat hanya untuk hiburan semata.
***
Matahari telah terbit, namun dua orang di dalam ruangan ini belum juga memejamkan matanya, walau ruangan mereka termasuk layak untuk dijadikan kamar juga, tapi seakan mereka tidak bisa memejamkan mata karena banyak hal yang harus mereka periksa.
“Gas, lo mau tidur duluan gak? Kalau mau gak papa tidur aja duluan.”
“Abang aja tidur duluan, gue ntaran bang, tanggung dikit lagi.”
“Lo lagi nyari tahu yang mana?”
“Yang ini, masalah properti, sama gue lagi nunggu berkas kecelakaan konstruksi.”
Tama terdiam sebentar sambil berpikir mana jalan yang harus dia ambil. Semua tuduhan itu mendadak muncul begitu saja ke permukaan, bukannya dia tidak bersyukur, tapi ketika semua muncul secara bersamaan ini memang agak mencurigakan.
“Terus apalagi? Gue tahu informan lo gak cuma itu.”
Bagas tersenyum, “kalau abang temenan sama tim ‘mitos’ gue punya temen di BIN.”
“Apa hubungannya gitu? Seyna juga orang intelijen.”
“Seyna lebih ke intel kan? Kalau kenalan gue lebih ke orang yang tahu semua kasus hal.”
“Yaudah lo urus ajalah, gue tunggu kabar baiknya.”
“Abang mau ngapain?”
Tring~!
Belum Tama sempat menjawab, ponselnya berbunyi. Tama melihat ponselnya dan membaca pesan singkat yang muncul di ponselnya.
‘Kemarin malam, anggota berkumpul.’
“Siapapun orang yang ngebocorin berita itu, mereka berhasil buat bikin anggota utama Gala Dinner bertemu,” ucap Tama.
“Seriusan? Mereka ketemu semalem?”
“Informan gue bilang, mereka ketemu kemarin.”
“Bang, kalau memang kemarin mereka bilang kalau Andriandi terlibat, apa mungkin sebenernya, orang pertama yang bikin Gala Dinner itu dia, bukan Martha?”
“Menurut lo dia pencetus awalnya?”
“Bisa aja kan?”
“Bisa sih memang, tapi apa gak terlalu memaksa ya?”
“Emang sih agak maksa, cuma mungkin aja.”
“Iya sih memang-”
Tama berhenti bicara, ponselnya berdering, dia melihat layar ponselnya dan ternyata muncul nama Fiona disana. Senyum Tama langsung merekah, rasa kantuk dan lelah-nya pun hilang karena melihat nama itu terpampang di layar ponselnya.
“Ya Fin kenapa?”
“Kamu sibuk?”
“Lumayan sih, kenapa? Kamu butuh sesuatu?”