I'm Going Back To Venice

Ang.Rose
Chapter #31

Chapter 29: Last Step

Cerita ini adalah fiksi. Di buat hanya untuk hiburan semata.

***


Kenapa aku justru tiba-tiba mengingat hal itu lagi, kenangan indah sekaligus kenangan yang buruk, ya tidak bisa di bilang buruk, kenangan itu adalah kenangan dimana mama dan papa menyetujui apa hubungan kami berdua.

Ya tapi semuanya terkesan berbeda dengan apa yang terjadi setelahnya. Ketika aku menceritakan apa alasanya, mama ternyata sudah tahu tentang keberadaanku, dan bahkan dia mengatakan bahwa tidak seharusnya Unity tertangkap begitu saja.

Ya, memang tidak seharusnya, jika ada orang yang tahu tempat persis dimana keberadaanku, ya memang cuma mereka yang dia yang tahu dimana tempatku.

O-U L:

Jadi bisa atau tidak aku bicara dengannya?

Cool as a kid:

Dia tidak mau bicara denganmu.

O-U L:

Kalau begitu, apa lo tahu apa yang sedang kita kerjakan?

Cool as a kid:

Iza knows everything.

O-U L:

Well yeah, I know that, tapi tetap, dia gak tahu kalau gue udah dikit banyak tahu tentang dia.

Cool as a kid:

Gak usah berharap banyak, lo gak tahu apa-apa tentang Iza. Dia jauh lebih baik daripada lo.

O-U L:

Walaupun dia lebih baik dari gue, apa iya lo bisa yakin bahwa dia gak akan menghianati lo? Gue aja yang di bilang partner sama dia udah ngehianatin gue.

Cool as a kid:

Lo gak tahu apa-apa tentang Iza.

O-U L:

Capek ngomong sama lo, bilang sama dia kalau gue nyari dia.


Bicara dengan Collins memang sebenarnya percuma, sebenarnya, dalam hati pun aku tahu bahwa dia tidak akan bicara apapun tentang Iza tapi masalahnya aku masih tetap ingin berusaha.

Bagaimanapun aku harus bisa bicara dengan Iza, ada hal yang harus aku tanyakan, dan pertanyaan terbesarku adalah, kenapa dia menjual informasi tentangku.

Apa dokumen rahasia milik negara terlalu menggiurkan untuknya?

Ah, dasar maniak konspirasi.

Collins dan Iza bahkan membuat komunitas besar di Radws mereka secara berkala selalu mengeluarkan teori-teori tidak masuk akal, makin lama aku melihatnya aku makin merasa bahwa dia adalah anak 12 tahun yang kecanduan konspirasi.

Tidak semua benar dan tidak semua harus diberikan ke publik. Tidak semua orang mengerti apa yang namanya spekulasi dan analisa.

Atau memang dialah yang tidak mengerti itu semua.

Tring~!

Kali ini sekali lagi, entah sudah keberapa kali aku berkomunikasi dengannya, sepertinya ini bisa dikategorikan sebagai sebuah pencapaian, setelah mengenalnya sejak beberapa tahun baru kali ini, aku berkomunikasi hampir 3 kali dalam sehari.

“Ada apa lagi?”

“Bagas salah satu penyidik KPK bawahannya Tama, dia minta riwayat panggilan 4 ketua KPK.”

“Apa? Serius dia minta itu?”

Lihat selengkapnya