Kania turun dari mobilnya dia masih terus mengecek ponsel, karena sampai sekarang Franz belum juga mengabarinya.
“Pagi bu,” sapa setiap orang yang berpapasan dengannya.
“Pagi,” sapa Kania balik. “Lan, Bapak ada?”
“Ada baru aja dateng kenapa bu?”
“Gak papa. Makasih.”
Drrrt~!
Kania langsung mengambil ponselnya dan dia melihat ada nama Franz disana.
Tok… tok…
“Masuk,” ucap orang yang berada di dalam ruangan.
Kania pun masuk tapi dia menerima panggilan Franz. “Ya Bang,” ucap Kania sambil menunduk pada orang di depannya.
“Nia, boleh deh kamu keluarin sekarang, atur supaya sebesar mungkin.”
“Oke, Nia bilang sama Bapak dulu.”
“Oke, Nia, hati-hati.”
“Siap bang, abang juga hati-hati. Sekali ini keluar, abang tahu ini gak akan ada akhirnya.”
Franz terdengar menghela nafas panjang, ya yang dikatakan oleh Kania memang benar. “Lakuin aja apa yang abang suruh.”
“Iya bang,” Kania mematikan ponselnya lalu memasukannya kembali ke kantong celananya.
“Wira?”
“Ya Pak, ini info yang saya dapat dari Bang Franz dan beberapa orang,” Kania memberikan dokumen yang dia dapatkan sebelumnya.
“Beberapa orang?” Toro membuka dokumen itu dan membacanya sekilas, dan ketika dia sampai di bagian terakhir, dia melihat stempel yang dia tahu itu milik siapa. “Kania, kamu yakin kita boleh pegang dokumen ini?”
“Saya di kasih secara resmi, mereka mau kita keluarin berita ini dan panggil mereka satu-persatu.”
“Ini kelanjutan dari bocoran berita waktu itu?”
“Iya Pak, ini kelanjutannya, tapi bukan Bang Franz yang bocorin berita itu.”
“Ya soal itu saya juga tahu, enggak mungkin dia yang bocorin. Jadi Franz mulai lagi?”
Kania mengangkat bahunya tidak ingin mengiyakan karena dia juga tidak yakin. “Saya cuma ngelakuin yang Bang Franz minta aja. Saya gak tahu soal itu.”
“Ya saya tahu kamu loyal ke dia, saya gak salahin kamu, lakukan saja yang menurutmu benar, saya mau nahan kamu juga percuma.”
“Baik, terima kasih pak.”
Kania keluar dari ruangan itu lalu menghubungi seseorang. “Hai,” sapanya.
“Kania? Apa kabar?”
“Baik, kamu masih kerja di N TV?”
“Masih lah, tapi udah gak jadi News Anchor lagi, sekarang aku produser untuk berita sore. Kenapa nih?”
“Wah, gak nyangkah kalau udah naik pangkat sekarang. Sore ini udah ada bahan bagus?”