I'M Not A Psychopat

Mellysa
Chapter #3

Bab 2 Korban Berikutnya

"Enghhh...." Gadis itu mengerjapkan mata dan mencoba mengumpulkan kesadarannya. Seingatnya, dia duduk di halte kemudian lelaki tampan yang tak sengaja ia tabrak itu menghampirinya dan setelah itu ia tidak mengingat apapun lagi.

Seketika gadis itu panik dan berusaha bangkit, namun usahanya tertahankan kala menyadari bahwa kedua tangan dan kakinya terikat pada sisi kasur. Ia mengedarkan pandangannya, ternyata ia tengah berada di sebuah kamar dengan corak hitam putih yang mendominasi.

"Tolong! Siapapun itu, tolong akuuu!" pekiknya berusaha meminta pertolongan.

Ceklek....

"Sudah bangun, Dania?"

Gadis yang dipanggil Dania itu mengalihkan pandangannya ke arah lelaki yang baru saja muncul dari balik pintu. Lelaki yang sama dengan yang menemuinya di halte.

"Kak, tolong lepasin saya," pintanya lirih.

"Lepasin? Kata itu tidak ada dalam kamus seorang Amar Wijaksana," balas Amar dengan seringai yang tercetak di wajahnya.

"Kak—"

"Sejak kapan aku menjadi kakakmu, hm?" tanya Amar dengan tangan yang kini menekan kedua pipi Dania membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Kau hanya seorang gadis tidak tahu diri!" lanjutnya kemudian menghempas wajah gadis itu dengan keras.

"Arggghh..."

Amar tersenyum miring menatap Dania yang kini memandangnya penuh kebencian. Ia melangkah perlahan ke arah sebuah nakas. Menatap satu per satu pisau yang tampak mengkilap di bagian ujungnya. Lelaki itu mengambil sebuah pisau yang terlihat paling tajam di antara keduanya, kemudian beralih ke sebuah tumpukan pistol dan juga mengambil salah satunya.

"Dania, kau ingin yang mana?"

Dania menggeleng keras, tak mampu berkata kala melihat Amar yang menatap pisau dan pistol secara bergantian dengan seringai yang tak pernah lepas dari wajahnya.

"Bukankah gadis sepertimu selalu mengharapkan lelaki tampan menembakmu? Benar, kan?"

Dania kembali menggeleng dengan keras, keringat dingin mulai bermunculan di wajahnya. Bahkan air matanya kini mulai merembes di pipinya.

"Tapi saya tidak sekejam itu, bagaimana kalau kita bermain-main dulu, hm?"

Amar memasukkan pistol itu di kantong celananya dan mendekat ke arah Dania dengan pisau yang terus ia elus perlahan.

"Boleh saya tahu, bagian mana dari tubuhmu yang paling kau suka?" tanya Amar dengan mengelus wajah Dania dan turun ke arah tangannya menggunakan pisau tanpa melukai gadis itu.

"Wajah?"

Lelaki itu kembali menarikan pisau di atas wajah Dania membuat gadis itu menahan napas dengan air mata yang terus mengalir.

Srettt...

"Arggghh...."

Amar tersenyum miring setelah menyayat pipi gadis itu yang mengerang kesakitan.

"Atau ... leher?"

Srettt ... srettt....

Lihat selengkapnya