I'M Not A Psychopat

Mellysa
Chapter #6

Bab 5 Kehangatan

Amar merenggangkan otot tubuhnya, berusaha mengabaikan pikirannya yang kalut tentang kehadiran Amara yang terasa seperti mimpi, tapi juga sangat jelas dalam ingatannya. Ia perlahan melangkah ke luar lalu mengarahkan kakinya ke sebuah mini bar.

Byurrr....

"Nikmat sekali," gumamnya setelah menyiram sebotol air dingin ke kepalanya. Sekuat apapun ia berusaha, pikiran-pikiran tentang Amara tak pernah lepas dari ingatannya.

"Kamu terlihat jelek, gak seperti Amar yang aku kenal."

Amar sontak berbalik dengan pandangan tak percaya pada gadis yang berdiri di hadapannya dengan berkacak pinggang.

"Amara...."

"Yah, ini aku. Sekarang kamu mandi dan kita makan!" pinta Amara tegas. Dengan tangan mungilnya, ia mendorong bahu Amar hingga masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan lelaki itu, seperti masih berada di bawah alam sadarnya karena terlalu terkejut dengan kedatangan Amara.

Beberapa menit berlalu, Amar kembali ke hadapan Amara dengan pakaian santainya. Duduk tepat di hadapan gadis itu dengan pandangan yang terpusat pada beberapa jenis makanan yang merupakan menu kesukaannya.

"Kenapa?" Amar menggeleng mendengar pertanyaan gadis itu. Ia segera meraih semangkuk sop ayam yang terlihat masih panas dengan uapnya yang terasa sangat nikmat menyentuh wajah.

"Enak?"

Amar hanya bisa mengangguk, kemudian melanjutkan makannya yang lebih lahap dibanding biasanya. Entah karena sudah lama ia tidak memakan menu kesukaannya ini, atau karena sudah lama tak ada orang yang menemaninya makan dan memandangnya penuh cinta, seperti yang dilakukan Amara saat ini.

Drtt ... drttt....

Amar menghentikan aksi mengunyahnya. Melirik ke arah ponselnya di atas meja yang memperlihatkan nama Denis sebagai pemanggil.

"Angkat dulu!" pinta Amara yang langsung dituruti oleh lelaki itu.

"Yah, ada apa?" tanya Amar sebagai pembuka percakapannya dengan Denis.

"Sudah kubilang kau ambil alih semuanya!" tegas Amar dengan tangan yang terlihat mengepal. Perlahan, Amara meraih tangan lelaki itu lalu menggenggam dan mengelusnya perlahan. Membuat Amar yang tadi dipenuhi dengan emosi, kini terlihat mulai mencair seiring dengan senyum yang dilemparkan Amara padanya.

"Atur saja pertemuannya dan pastikan itu aman!" putus Amar tanpa mendengarkan penjelasan Denis lebih jauh. Bahkan lelaki itu mematikan sambungan telepon sepihak dengan pandangan yang tak lepas dari Amara yang juga melakukan hal serupa.

"Sekarang kamu selesaiin dulu makannya dan setelah itu siap-siap."

"Aku sudah kenyang, aku siap-siap dulu."

Tak berapa lama, Amar kembali ke hadapan Amara dengan jas yang membungkus dada bidangnya, terlihat sangat pas untuk tubuhnya yang memang terbentuk dengan sempurna.

"Aku antar kamu pulang dulu!"

"No! Kamu berangkat sekarang, aku udah terlanjur pesan taksi, kok."

Amar mengangguk kemudian tersenyum dan berjalan beriringan dengan Amara ke arah loby. Amar melambai pada gadis itu sebelum akhirnya benar-benar masuk dan melaju bersama mobilnya.

Saat sampai di sebuah restoran, Amar segera mengenakan masker dan juga topi kemudian melangkah memasuki tempat tersebut, terus berjalan hingga tiba di sebuah private room. Ia segera membuka penyamarannya ketika telah sampai di hadapan kliennya.

"Ternyata ... seorang Direktur Utama, Amar Wijaksana tidak tahu cara menghargai waktu."

Amar mengepalkan tangannya mendengar kalimat berupa hinaan yang dilontarkan oleh kliennya yang ia tahu bernama Dito Pramana tersebut. Ia mencoba tidak terusik dan tetap melanjutkan aksinya untuk duduk dengan pandangan dingin yang tertuju pada lawan bicaranya tersebut.

Lihat selengkapnya