~~ Sudut Pandang Kuruna ~~
Cahaya matahari sore menembus dari jendela kelas ku, para siswa maupun siswi bergegas untuk pulang dan mengistirahatkan tubuh mereka untuk esok hari.
Tapi tidak untuk anak itu.
Katsugi Arata... dia terlihat sangat tenang pada jam pulang seperti ini, rambut hitam cerahnya itu terlihat begitu indah saat terkena sinar mentari sore.
jika mengingat kejadian tadi siang tanpa kusadari aku tersenyum sendiri saat memandang nya dari belakang.
Meskipun dari belakang aku tidak dapat melihat wajahnya secara langsung, tapi mungkin saat ini dia sedang berpikir berbagai macam hal. Aku tidak tahu apa penyebab dia menjadi anak pendiam, tapi sifatnya yang berubah - ubah itu aku menyukainya.
Eh!? Maksud ku bukan menyukainya yang menjerumuskan tentang hal itu aku menyukainya karena...
Ah~ tidak... aku mengatakannya sekali lagi... Aku malu pada diriku sendiri.
" Kurugaya - san, pulang bareng yuk. "
Saat aku sedang melamun yang tidak jelas tentang Arata-kun, Natsumi teman sekelas ku menyadarkan ku dari lamunan ku itu.
Terimakasih Natsumi-san
" Ah maaf, hari ini aku tidak bisa. "
Aku pun menolak ajakannya hari ini, soalnya orang itu sudah pulang dari pekerjaan luar kota nya, jadi aku harap Natsumi-san mengerti meskipun aku tidak mengatakan hal yang sebenarnya.
" Baiklah, kapan - kapan kita pulang bareng lagi ya, aku duluan. "
" Ya... sampai jumpa Natsumi-san "
Setelah melambaikan tangannya dan menghilang dari balik pintu belakang kelas,kemudian murid laki - laki yang ada di depan ku ini pun berdiri.
Namun saat dia belum melangkahkan kedua kakinya, aku sempat menarik blazer hitam nya itu, seperti nya dia sedikit terkejut.
Tapi tunggu, kenapa aku mencegahnya untuk pergi!?
" Sekarang apalagi Kurugaya-san. "
Dia tidak menoleh kemari, tapi dia bertanya dengan nada bicaranya yang dingin sama seperti biasa, dan kali ini apa yang harus aku lakukan? Apa aku membuatnya marah?.
" Etto... aku hanya ingin melihat wajah mu saja, apa itu tidak boleh?. "
" Memangnya ada apa di wajah ku?. "
Tamatlah riwayat ku, mungkin Arata-kun akan menganggap ku aneh, aku harus mencegahnya agar dia tidak memiliki prasangka buruk terhadap ku.
" Entahlah... aku juga tidak tahu, tapi entah kenapa aku ingin melihat nya. "
Ah!!! Habis sudah!!!.
" Kurugaya-san, sehabis pulang sekolah ini aku ada urusan penting dirumah, jadi bisakah kau lepaskan genggaman mu itu?. "
Aku pun tersadar bahwa saat ini rupanya aku masih memegang blazer hitamnya itu, aku pun melepaskan genggamanku dan akhirnya dia pun melangkahkan kaki nya menuju keluar kelas meninggalkan ku sendirian.
" Ah... maafkan aku."
Ucapan maafku mungkin tidak terdengar olehnya. Tapi...
Dia punya urusan penting dirumah? Memangnya ada apa dirumahnya? Aku semakin penasaran dengannya, mungkin lain kali aku bisa membuntuti nya saat pulang sekolah.
Tidak!.
Tidak boleh Kuruna! Dia malah akan menganggap mu semakin aneh dan saat dia mengetahui kalau dia sedang dibuntuti maka aku tidak bisa menunjukkan wajah ku lagi kepadanya.
Ah...
Tanpa aku sadari sudah hampir larut malam, aku harus bergegas pulang.
" Aku pulang.. " itulah yang aku katakan setelah masuk ke dalam rumah, namun tidak ada jawaban sama sekali, tapi saat aku mulai menyusuri kedalam rumah aku malah mendengar suara pertengkaran yang berasal dari ruang tamu.
" Kenapa kau ini!!. "
" Hei bukankah kita sudah sepakat untuk tidak memasak makanan ini!! Kenapa kau selalu saja membuatku repot!!. "
" Apa!? Repot? Sejak kapan aku membuat mu repot hah!! Kau itu yang harusnya bersyukur karena aku sudah baik hati membuatkan makanan untuk mu!! Dasar laki - laki yang tidak mempunyai rasa terima kasih!!. "
" Apa!!. "
*Plak*
Suara itu terdengar saat aku hampir masuk kedalam ruang tamu, lalu aku pun berdiri di balik dinding ruang tamu dan hanya bisa mendengar pertengkaran mereka dari sini.
Mereka selalu bertengkar jika bertemu, setiap hari mereka terus seperti ini selalu saja ada alasan untuk mereka bertengkar meskipun itu masalah kecil atau hal yang sepele seperti lauk makan tidak enak atau kursi yang rusak, mereka selalu bertengkar.
Aku pun memberanikan diriku untuk muncul dan berkata.
" Ayah... ibu... Aku pulang... "
Itulah yang aku katakan di hadapan mereka berdua, tapi... saat mereka menyadari keberadaan ku kemarahan mereka semakin menjadi-jadi.
" Kuruna!! Apakah kau tidak melihat ayah dan ibu mu ini sedang sibuk!! Pergi ke kamar sana!!. " Dia mengusirku dengan menunjuk ke arah atas, mengisyaratkan untuk ke kamar.
" Ba-baik ayah... maaf kalau aku mengganggu kalian berdua... "
" Cepat pergi!!. "
Aku pun pergi menjauh dari ruang tamu, melihat mereka yang terus bertengkar setiap kali bertemu sudah membuatku menderita.
Aku sudah muak dengan ini semua... dan dengan cepat aku bergegas memasang kedua sepatu ku lalu pergi keluar rumah dan mengabaikan perintah ayahku. Aku tidak peduli lagi kepada mereka berdua... bertengkar terus saja sana.
~~ Sudut Pandang Arata ~~
Malam ini aku akhirnya mencapai suatu prestasi besar.
Ya...
Itu adalah bekerja paruh waktu setelah pulang sekolah, seharusnya saat ini aku sedang menyelimuti diriku dengan selimut tebal dan menonton TV dirumah.
Tapi karena Shiori yang mengancamku terus, akhirnya aku mencari pekerjaan yang bisa kukerjakan. Contohnya menjadi pelayan atau mencuci piring.
Setidaknya itu yang bisa kulakukan.
Aku harap tidak ada yang lebih buruk dari ini semua, tapi... entah takdir yang tidak memihakku atau apa, saat ini terjadi lah bencana besar.
Aku dikejutkan oleh seseorang yang tidak ingin aku lihat di hari pertama ku bekerja.
Kurugaya Kuruna, dia datang ke tempat aku bekerja paruh waktu. Kenapa dengan waktu yang pas ini, atau dia tahu kalau aku sedang bekerja disini!?.
Tidak mungkin, baru beberapa jam aku dipekerjakan di tempat ini jadi hal seperti itu tidak mungkin, atau jangan-jangan... mungkin dia sedang membuntuti ku?.
Be-benarkah?.
Saat aku melihatnya berjalan menuju salah satu meja kosong yang tersedia, terlihat raut wajahnya yang begitu sedih dan kacau, entah kenapa saat melihat nya sekarang dada ku terasa sesak, apa dia punya masalah?.
Tidak...
Masalah yang sedang dihadapinya itu bukanlah urusan ku, aku disini hanya untuk bekerja, bukan untuk menjadi pahlawan atau semacamnya. Sebaiknya aku tidak ikut campur dengan kehidupan yang ia miliki.
" Katsugi - kun... tolong layani perempuan yang barusan datang itu. " Seorang senior ku memberikan perintah yang tidak ingin aku dengar.
Geh! Senjata makan tuan, itulah yang bisa aku pikirkan saat ini.
Ucapan ku ternyata bumerang bagi diriku sendiri, sial.
" Eh? Ba-baik. "
Akhirnya aku hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Kenapa ini bisa terjadi kepada ku, semoga dia tidak tahu kalau aku ada disini. Benar-benar merepotkan.
Bisa - bisa hidup tenang ku menjadi berantakan saat dia tahu kalau aku bekerja disini.
" Permisi... apa yang ingin anda pesan. "
Aku putuskan untuk merubah logat bicara ku.
Benar begitu Arata, ubahlah gaya bicara mu, dia tidak akan tahu kalau itu kau, rencana yang sempurna.
Tetapi aku pun mulai menyadari sesuatu, kalau kaca cafe ini bisa memantulkan bayangan orang yang ada di dalam nya, disaat bersamaan aku melihat wajah Kurugaya-san yang terkejut dari pantulan kaca jendela cafe. Disitulah aku mulai berpikir " pasti.. akan terjadi hal yang tidak diinginkan."
" Arata – kun... "
Itu yang terucap saat dia tahu kalau aku ada disampingnya, dan dengan cepatnya ia memeluk ku dengan erat.
Aku terkejut saat dia tiba-tiba memelukku, seketika aku sedikit memberontak darinya namun aku pun mulai berhenti bergerak.
Basah... baju kerjaku saat ini terasa basah, dan juga napasnya yang sedikit berat itu membuatku semakin yakin bahwa saat ini dia...
Sedang menangis.
Kenapa? Kenapa dia menangis? Sudah kuduga kalau dia sedang mengalami masalah yang cukup berat.
" Kurugaya-san... apa yang terjadi?. "
Dia diam membisu saat aku menanyakan apa yang sedang terjadi dengannya, mungkin masalah yang sedang ia hadapi saat ini sangat bersifat pribadi, jadi aku tak boleh masuk lebih dalam lagi.
Bisa dikatakan kenapa harus aku yang membantunya disaat seperti ini? Seharusnya seseorang yang mempunyai kriteria tokoh utama seperti Takagawa lah yang harus berada disini, bukan aku.
" Baiklah Kurugaya-san... aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi tunggu lah sebentar disini, lalu bisakah kau melepaskan pelukan mu? Kita sedang diperhatikan banyak orang... "
Ya memang benar, saat ini banyak orang yang sedang memperhatikan kami berdua, ini masalah yang lebih gawat dari pada masalah Kurugaya-san.
" Tidak apa... aku tidak keberatan. " Ucapnya dengan masih memelukku.
Akulah yang keberatan jika dilihat seperti ini.
Manajer ku pun melihat apa yang kami berdua lakukan saat ini, bisa gawat kalau terus begini? bagaimana kalau ada teman sekolah kita yang melihat hal ini, bisa - bisa aku mati seketika.
" Kurugaya-san... "
" Kuruna... "
Eh? Dia bilang apa? Apa aku tidak salah dengar? Dia tadi menyebut nama depannya kan? Tapi kenapa?.
" Etto... Kurugaya - san. " Aku pun mencoba memastikan bahwa aku tidak salah dengar.
" Kuruna... "
Apa kau minta aku memakai nama depanmu untuk memanggilmu? Bila dipikir-pikir lagi sejak kapan dia memanggilku dengan nama depan ku, dan juga kenapa aku tidak menyadarinya?.
Untuk lepas dari situasi ini aku harus mengikuti apa yang Kurugaya-san ini minta.
" Ku-kuruna... bisakah kau lepaskan pelukan mu? Jika ada murid dikelas yang sama dengan kita melihat ini, urusannya malah panjang, setidaknya aku ingin kau mengerti sedang di posisi apa kita sekarang. "
Lalu tak lama kemudian, si Kuruna ini melepas pelukannya meskipun dia menundukkan kepala tapi aku masih yakin, dia masih menangis sekarang.
Aku pun melihat seragam kerja ku yang basah karena tangisan yang tak bersuara itu, ah.. seragam kerja pertamaku basah oleh tangisan perempuan ini keluh ku.
Dan sepertinya aku harus mengganti tempat untuk berbicara dengan perempuan yang satu ini. Aku pun meninggalkan Kuruna sendirian dan langsung menghampiri manajer ku, aku pun meminta izin kepadanya untuk keluar sebentar mengurus masalah ini sebentar.
Dan manajerku pun memperbolehkannya asal tidak terlalu lama untuk mengobrol dengan Kuruna dia bilang seperti itu kepadaku.
Aku pun mengangguk dan langsung membawa pergi Kuruna keluar dari cafe ini dan mencari tempat untuk bicara dengannya.
" Jadi... kenapa kau menangis tadi?. "
" Tidak ada apa - apa… " jawabnya singkat.
" Baiklah... aku tidak akan menanyakan lagi. "
Saat ini kami berdua sedang duduk di bangku taman yang berada di dekat cafe tempat ku bekerja, padahal ini hari pertamaku bekerja tapi aku malah meminta izin untuk menemani perempuan ini.
Kami berdua pun hanya diam membisu dan tak ada yang berani memulai obrolan, angin terasa dingin pada malam hari ini dan aku sadar kalau Kuruna saat ini sedang menahan dinginnya malam.
Dia memang perempuan yang merepotkan.
Siapa suruh dia keluar malam-malam tanpa persiapan dan coba lihat? Dia saat ini masih memakai seragam sekolah dan kenapa juga dia datang ketempat ramai seperti tadi, setelah ini jangan merepotkan ku lagi Kuruna itulah yang sempat aku katakan didalam hatiku ini.
Aku yang sudah menyadarinya langsung melepas syal merah yang kukenakan dan memberikan nya kepada Kuruna.
" Meskipun musim semi, panas, gugur, ataupun dingin, malam tetaplah dingin sama seperti biasanya, jadi kalau kau ingin keluar pada malam hari persiapkan apa yang perlu kau bawa. "
" Terima kasih... besok aku akan mengembalikan nya. "
Setelah itu dia langsung memakai syal yang aku berikan, meskipun saat ini sangat dingin, aku menahannya sebisa mungkin demi perempuan yang ada di sebelah ku ini.
Catatan, aku sama sekali tidak pernah berpikir akan terjadi seperti ini, mungkin seterusnya aku akan membawa syal yang lebih jika itu diperlukan.
" Lalu... bagaimana si Kurugaya Kuruna yang terkenal dalam sehari di sekolah bisa menangis seperti tadi?. "
Aku pun memberanikan diri untuk memulai obrolan.
" Entahlah... aku juga tidak tahu. "
Apa - apaan dia ini? Aku sudah baik memberikan syal itu dan juga memberanikan diri untuk bertanya dan sekarang ini balasannya? kembalikan sekarang juga syal yang ku berikan itu, aku saat ini juga kedinginan.
Itulah yang ingin aku katakan, tapi aku mengurungkan niat buruk seperti itu.
" Tapi yang lebih penting, bagaimana si Katsugi Arata anak pendiam itu bisa bekerja paruh waktu di cafe tadi?. "
" Banyak yang terjadi setelah pulang sekolah. "
Sebenarnya, saat Shiori sudah ada di rumah, dia menyuruh ku untuk mendapatkan pekerjaan paruh waktu, katanya ini demi masa depan ku nanti dan di setiap akhir kata selalu ada kata ancaman seperti...
Jika aku tidak mendapatkan pekerjaan paruh waktu, aku tidak boleh memasuki rumah, bukankah dia sangat kejam.
" Sebenarnya... "
" Hm?. "
" Aku sudah ditolak… "
Awalnya aku tidak terkejut, namun setelah aku mencerna apa yang dia katakan akhirnya aku tersadar, dia bilang di tolak kan? Aku tidak salah dengar bukan?.
" A-apa!!? Bagaimana mana bisa!?. " Jawabku dengan terkejut.
" Ya... ada banyak hal yang terjadi tadi, tapi itu tidak apa - apa. "
Memang bagi dirimu sendiri tidak apa- apa tapi akulah yang sekarang sedang ada apa - apa, jika dilihat lagi ini kondisi bagaimana sang karakter sampingan menghibur karakter utama dan akhirnya bisa menjalin hubungan pertemanan atau asmara, yang bisa disebut dengan event dadakan!.
Ah... itu tadi pemikiran dari kamus Katsugi Arata, aku harap tidak ada yang meniru sifat ku ini.
" Aku mau kemabli bekerja... "
Itulah yang aku katakan setelah mendengarnya kalau saat ini dia sedang patah hati. Jika aku terus berada disini lalu mengobrol dengannya, bisa - bisa apa yang aku pikirkan tadi itu jadi kenyataan tanpa aku sadari.
" Ah... ya hati - hati di jalan. " Jawabnya.
" Jangan lupa di cuci dulu sebelum dikembalikan. "
Ini sungguh aneh dia tidak seperti biasanya, biasanya dia akan bertanya kenapa buru-buru pergi atau apalah yang berhubungan dengan itu tapi ya biarlah, lagi pula ini bukan urusan ku jadi untuk apa aku repot - repot membantunya, aku hanya tokoh sampingan saja dan tidak lebih dari itu.
Kemudian aku pun pergi dari meninggalkannya sendirian di bangku taman itu, dan sampai persimpangan, aku sepertinya melupakan sesuatu, oh iya.. ini soal kemarin, aku harus tanya kepada Kuruna tentang anak pendiam yang ia tolak waktu itu.
" Kurun--. "
Belum sempat aku memanggil nya, aku melihat seorang pria yang sedang memarahi Kuruna di tempat aku dan Kuruna duduk tadi, memakai kemeja ungu dengan dibalut dasi bercorak belang oranye dan memakai celana kain warna hitam sedang berada di depan Kuruna, apa dia ayah Kuruna?.
Aku hanya bisa melihat Kuruna dan paman itu berdebat dari kejauhan, lalu paman itu menampar Kuruna hingga membuatnya tersungkur di tanah.
Aku pun terkejut dengan apa yang dilakukan oleh pria itu kepada Kuruna, aku berniat menolong nya namun jika aku menolongnya sekarang. Maka aku akan mengkhianati Motto yang sudah lama aku bangun setelah kejadian yang menimpaku dulu.
Twelihat syal yang dipakai Kuruna terlepas akibat tamparan yang keras dari paman tadi, dari kejauhan aku bisa melihat lebam di pipi kiri nya.
Akhirnya tak lama kemudian sang paman itu menarik tangan Kuruna, tapi yang membuat ku lebih terkejut lagi adalah syal yang aku pinjam kan tadi, Kuruna ambil kembali dan memeluknya dengan erat menggunakan tangan kanan nya itu.
Melihat kejadian itu entah kenapa dada ku terasa sakit, apa ini? Apa karena aku merasa kasihan ketika melihat nya yang dianiaya?.
Dan memang nya siapa paman itu? apa benar itu ayah nya? Aku tidak bisa berasumsi seperti itu, bisa saja dia paman atau kerabatnya.
Tapi...
" Kuruna... sebenarnya... apa yang terjadi dengan mu. "
Keesokan harinya, Kurugaya Kuruna absen tidak masuk dengan alasan demam, tapi aku tidak bisa percaya begitu saja karena kemarin dia terlihat baik - baik saja.
Pasti terjadi sesuatu kemarin malam, aku tidak mau memikirkan kemungkinan terburuknya.
2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari selanjutnya, Kurugaya Kuruna tak kunjung sembuh, saat para murid menanyakan alamat rumah Kuruna kepada guru, para guru pun tidak ada yang bisa memberitahukan alamatnya dengan alasan kedua orang tuanya tidak mengizinkan teman sekolahnya menjenguk saat ini.
Mereka takut kalau demamnya bisa menular, akhirnya mereka pasrah dan tak bisa berbuat apa - apa lagi.
Tapi setelah aku melihat kejadian waktu itu, entah kenapa aku merasa gelisah sendiri, aku tidak bisa menunggu lagi, aku harus mencari tahu sendiri tentang Kurugaya Kuruna ini.
" Tapi... bagaimana caranya?. "
Dengan bergumam sendiri aku pun menyandarkan tubuhku ke pohon besar yang ada dibelakangku.
Bersandar di bawah pohon taman belakang sekolah adalah rutinitas ku setiap jam istirahat makan siang, kali ini aku dibuatkan bekal oleh adik ku, ya... meskipun bekal yang sederhana, tapi terdapat rasa ketulusan dalam masakan nya, aku sangat bahagia.
" Bahagia... ya. "
Dalam seumur hidup ku aku tidak pernah merasakan apa itu kebahagiaan yang sebenarnya, semenjak kejadian 4 tahun yang lalu, peristiwa itu merenggut semua nya dari ku.
Aku yang mengenang masa lalu justru malah aneh, kenapa ingatan masa lalu yang muncul? Apa karena aku memikirkan cara bagaimana untuk bisa bertemu dengan Kuruna?.
" Ah... aku memikirkan apa coba, jika begini terus aku akan masuk di lingkaran kehidupan milik Kuruna bukan?. "
Beberapa alasan aku gunakan untuk menenangkan diriku yang gelisah ini. Tapi tetap saja perasaan gelisah ini tidak mau menghilang, aku ingin tahu apa yang terjadi kepadanya.
Dan akhirnya aku pun mengeluh.
" Kenapa aku selalu dihadapkan oleh masalah yang tidak bisa aku hindari, dasar menyebalkan. "
" Oya? Kemana teman perempuan mu itu nak?. "
Aku menoleh ke arah suara tersebut, ternyata suara itu berasal dari paman pemotong rumput yang selalu kulihat setiap hari nya. Dengan memakai topi yang terbuat dari jerami dan alat pemotong di belakang nya, dia pun duduk dan bersandar di pohon yang sama dengan ku.
" Enak juga ya disini... "
" Ya.., ini adalah tempat dimana aku bisa menenangkan diri paman. "
" Benarkah? Paman juga biasanya pada waktu istirahat bersandar di pohon ini. "