Detik kan jam dinding rumah ku pun berbunyi sama seperti biasanya, entah kenapa hari ini aku juga tidak bisa tidur dengan nyaman, ada rasa khawatir yang begitu besar di dalam diriku setelah mendengar cerita dibalik perempuan yang bernama Kurugaya Kuruna.
Jam sekarang menunjukkan pukul setengah enam pagi menandakan bahwa pada saat ini aku bangun terlalu awal, ini terlalu pagi bagiku sepertinya aku bangun terlalu cepat keluhku dalam hati.
Ya tidak apa - apa lah..
Shiori pun masih tertidur dengan lelapnya di sofa sebelah ku mungkin sesekali aku harus menggantikannya memasak itulah yang aku pikirkan saat melihat wajahnya yang terlelap.
Baiklah.. sebagai tanda terima kasih ku kepada nya kali ini aku yang akan memasak sarapan pagi tapi yang menjadi masalahnya adalah apa yang harus aku masak untuk sarapan pagi?.
Terserahlah.. pada saat aku menuju ruang dapur aku mendengar suara orang sedang memasak dan mau tak mau aku sempat sedikit terkejut dan akhirnya aku melihat seorang perempuan berambut hitam sedang memasak sambil bersenandung ria.
Apa gara - gara kemarin dia menjadi berubah drastis seperti ini? Bila dipikir-pikir lagi kemarin aku nampak seperti orang bodoh.. dan gara - gara itu semua.. aku mengkhianati motto tercinta ku.
" Dan jadi.., sedang apa kau disini?. " Aku pun langsung bertanya kepada perempuan berambut hitam ini dan mendekati nya.
" Selamat pagi Arata-kun seperti yang kau lihat.., aku sedang memasak sarapan. "
Dia memasak makanan itu dengan senyuman yang menghiasi wajahnya, aku tidak begitu senang dengan ini semua meskipun dia terlihat senang dengan apa yang ia lakukan.
" Kembalikan semangat juang ku tadi.. " Gerutu ku.
" Eh?, Apa kau barusan mengucapkan sesuatu?. "
" Tidak, lupakan itu, seharusnya kau tidak perlu memasak, kau tamu disini jadi biarkan aku yang menggantikan mu memasak. "
" Tidak perlu. " Dia menjawab dengan tangan kanan memegang pisau dan tangan kiri memegang satu buah bawang merah.
" Kalau sudah begini.., aku tidak bisa melakukan apa - apa rupanya..., baiklah akan aku tunggu di meja makan aku harap kau berhati-hati dengan pisau itu. "
" Eh?, Tidak siap - siap pergi sekolah?. "
" Jangan bercanda.., ini terlalu pagi bagiku. " Jawab ku dengan menguap, memang benar ini terlalu pagi untuk diri ku sendiri, jadi aku harus menghemat tenaga ku untuk menghadapi buku pelajaran dan ocehan sensei yang ada di kelas nanti.
" Aku dengar laki - laki suka dengan calon istri yang bisa memasak benarkan?. " Katanya dengan memotong bawa merah menjadi ukuran kecil - kecil.
" Jadi alasan anak perempuan memasak agar bisa menjadi seorang istri yang ideal bagi suami nanti?. "
" Ya.., apa itu salah?. "
Tidak, itu tidaklah salah kebanyakan para laki - laki lebih suka makan makanan buatan istri daripada masakan buatan seseorang atau makanan cepat saji.
Jadi menurutku itu tidaklah salah sepenuhnya.
" Tidak, tidak ada yang salah dari semua perkataan mu, tapi meskipun laki - laki itu tidak dapat perempuan yang bisa memasak dia tahu apa yang terbaik bagi keluarga nanti, laki - laki hanya ingin istrinya setia mendampingi nya senang maupun susah masalah memasak itu bisa diurus nanti. "
" He.. begitu ya, jadi kalau boleh tahu apa tipe perempuan yang kau sukai?. "
Hm.. tipe perempuan yang aku sukai ya, ah.. bagaimana kalau dengan itu.
" Sederhana sepertinya bagus juga, tapi yang paling penting dia mau menjaga orang sepertiku, yang tidak mempunyai apa - apa selain keyakinan yang ada di dalam dirinya. " Kataku dengan bangga.
" Apa seperti itu saja?. "
" Ya..., Dan juga.. aku mau dia juga pekerja keras, soalnya aku akan berdiam diri di rumah selama nya. "
" Be-begitu ya.. "
Mungkin harapannya seketika runtuh saat aku berkata seperti itu.
" Ya.. " Jawabku singkat.
Tipe pekerja keras itu hanya sebuah kebohongan belaka, lagi pula siapa yang mau istrinya menggantikan dirinya dalam mencari nafkah? Itu namanya pria yang tidak bertanggung jawab meskipun aku juga mau berdiam diri di rumah sedangkan seseorang menggantikan aku untuk mencari nafkah.
Tidak - Tidak, kalau begitu aku bisa gagal menjadi seorang suami kan?.
" Ah.., ini cukup sakit ya. "
Pemikiran ku tentang rencana kehidupan yang aku idamkan menghilang seketika saat aku mendengar suara rintihan kesakitan dari mulut Kuruna, sepertinya dia tergores pisau, tidak tinggal diam aku pun beranjak ke tempat Kuruna yang saat ini sedang kesakitan.
" Sudah aku bilang bukan? Biarkan aku yang memasak. " Aku pun memegang pisau yang sedang dipegang olehnya namun dia menahannya agar pisau itu tidak jatuh kedalam genggamanku.
" Tidak.., aku tidak mau. "
Hoi - hoi, ini rumah siapa coba? Sebagai seorang tamu juga ada batasan nya apa kau tahu?.
" Sudahlah.., diam disana dan obati luka mu itu. "
Aku pun mengambil pisau yang Kuruna pegang tadi secara paksa dan tangan kiri ku bergerak seperti orang yang mengusir kucing dari rumah.
Kuruna yang melihat ku bertingkah seperti itu hanya bisa menggelembungkan kedua pipinya, sepertinya dia marah, itu pikiran yang terlintas saat dia pergi dari dapur ini.
Aku yang melihat tingkah laku Kuruna hanya bisa menghela napas panjang dan berpikir kenapa dia begitu keras kepala? Apa ini Kurugaya Kuruna yang sebenarnya?.
Yang ku tahu kemungkinan besar dia ingin berterima kasih untuk yang kemarin malam, baiklah.. kalau kau yang memaksa akan aku minta balasannya.
" Setelah kau obati lukamu itu, cepatlah kemari dan bantulah aku.. sebenarnya aku hanya bisa memotong dan tak pandai dalam memasak, jadi mungkin aku akan membiarkanmu mengurus penggorengannya. " Kataku.
Sepertinya dia terkejut dengan apa yang aku katakan tapi itu tidaklah penting, kali ini akan aku buat makanan untuk adik dan tamu ku yang keras kepala itu meskipun aku bohong kalau aku tidak bisa memasak.
Setelah beberapa menit berlalu adik ku pun datang dengan mata yang masih mengantuk dan entah kenapa tiba-tiba rasa kantuknya menghilang saat melihat meja makan terdapat nasi goreng di ketiga piring.
" Jadi.., apa yang kalian berdua lakukan?. " Tanya nya sambil memastikan nasi goreng itu menggunakan sendok.
" Sudah jelas bukan? Kita membuat sarapan. " Jawabku.
" Oh, begitu.. "
Kuruna dan aku hanya bisa melihat adik ku Shiori yang sedang mengamati masakan yang kami berdua buat tadi.
" Siapa yang membuat ini?. " Tanya nya lagi.
" Kuruna yang mengurus nasi nya, lalu sisanya aku.. "
" Ya.. itu benar. "
" Begitu ya.., kalau begitu syukurlah. "
Tunggu sebentar Shiori seperti nya kau tidak ingin memakan sarapan yang aku buat sendirian, buktinya kau sama sekali tidak percaya dengan kemampuan memasak ku.
Saat aku melihat kearah jam dinding angka sudah menunjukkan ke pukul 7 dan itu sebenarnya sudah gawat, jika diteruskan maka tamatlah riwayat kami bertiga.
" Shiori.. "
" Ya? Ada apa Kakak?. "
" Sebenarnya aku tidak mau mengganggu urusan mu tapi lihatlah jam berapa sekarang.., kalau kita tidak bergegas pergi ke sekolah, kita semua bisa terlambat apa kau tahu?."
" Ah!!, Kau benar…. "
Shiori pun terkejut saat melihat jam dinding rumah menunjukkan angka 7 lebih 2 menit itu dan akhirnya kami bertiga sarapan dengan tenang.
Ending yang bahagia.
Setelah acara sarapan selesai kami berdua berjalan menuju ke tempat sekolah kami, terlihat beberapa bunga sakura berjatuhan dan diiringi dengan keceriaan murid - murid yang berlalu lalang.
Lain halnya dengan kami berdua.
di depan ku saat ini ada Kuruna yang berjalan dengan memandangi bunga - bunga sakura yang berjatuhan dengan wajah senangnya itu sedangkan aku hanya bisa mengamatinya dari kejauhan.
Jika kami berdua berjalan berdampingan, maka gosip akan beredar dengan cepat, Kurugaya Kuruna ternyata mempunyai kekasih secara diam - diam, dan akhirnya aku pun menjadi sorotan di kelas, itu seperti nya kehidupan yang sangat mengerikan, dan juga..
" Nee.., Arata - kun. "
" Sudah aku bilang jangan ajak aku bicara bukan?. "
" Ya.., maafkan aku jika aku salah tapi aku ingin berterima kasih.., dan aku juga bersyukur kalau kau telah membawa ku kerumah mu."
Hmm.., jadi begitu ya sepertinya aku telah memunculkan flag yang benar - benar bisa membuat ku kerepotan.
" Baiklah - baiklah.., kau bisa berterima kasih saat masalah mu sudah selesai. "
" Ya.., kau benar juga ya.. "
Pada akhirnya ini semua berjalan dengan lancar tapi ada sesuatu yang belum aku lakukan dan ini butuh bantuan Kuruna.
" Kuruna.. nanti istirahat makan siang, apa kau akan datang ketempat itu?. "
" Hm? Tempat apa?. "
Baiklah.. aku bersyukur kalau Kuruna tidak mendengarkan apa yang aku katakan tadi, aku benar-benar bersyukur.
" Ah.., tidak lupakan saja apa yang aku katakan tadi. "
Bila dipikir-pikir bukankah Itu kedengarannya seperti aku mengajak nya ke tempat favorit ku, semenjak dia datang ke sekolah ini aku merasa bahwa aku sekarang telah berubah sedikit demi sedikit.
Tidak.
Semenjak aku kenal dengan dia, sifat ku perlahan mulai berubah, terkadang motto yang selama ini aku junjung tinggi itu menghilang dari pikiran ku dan membuat ku memutuskan apa yang selama ini aku anggap repot tidak dipedulikan lagi.
Namun..
" Baiklah aku akan datang, apakah paman itu akan ada disana?. "
Dia pura - pura tidak mendengarkan ya tadi, aku benar-benar bodoh.. mau bagaimana lagi.
" Baguslah kalau kau akan datang tapi kau tidak seperti biasanya… "
" Hei Arata-kun.., bukankah aku akan datang meskipun kau tidak mengajak ku kesana?. "
Aku hanya tersenyum tipis saat dia mengatakan hal itu, ya apa yang dia katakan memanglah benar, meskipun aku tidak mengajak nya dia akan datang dengan sendirinya sama seperti yang waktu itu.
Ya.. sama seperti waktu itu.
Tetapi, mungkin hal itu tidak akan pernah datang karena saat ini dihadapan kami semua yang ada di kelas termasuk sensei sendiri dikejutkan oleh seorang pria yang memakai kemeja biru dengan celana hitam disertai sepatu kantoran nya sedang berdiri dihadapan kami semua.
" Ayah.. "
Itu yang dikatakan oleh Kuruna saat dia ada dibelakang ku, lebih tepatnya di bangku yang ia duduki saat ini, aku hanya bisa berdecak kesal bahwa aku lupa atas kemungkinan terjadinya event dadakan seperti ini.
Bodoh nya aku ini.
" Dimana Kurugaya Kuruna. " Tanya nya dengan wajah penuh kesal.
" Ah maaf, siapa bapak ini?. "
Sensei pun menanyakan tentang orang asing yang ada di hadapannya dengan gaya bicaranya yang sedikit formal itu.
" Aku adalah ayah Kuruna.., kemarin dia tidak pulang dan aku mencari di rumah teman - temannya yang aku kenal, tapi dia tidak ada disana. "
" Kurugaya Kuruna - san apa itu betul?. "
Sensei pun menanyakan kebenaran nya kepada Kuruna, namun Kuruna berdiri dengan cepat tapi disaat yang sama dia ketakutan nasib baiknya dia masih bisa menjawab pertanyaan sensei tersebut dengan baik.
" I-iya sensei. "
" Kuruna.., dari mana saja kau ayah mu ini khawatir apa kau tahu itu?. "
Dia berbicara dengan lembut dan tenang bisa disebut dia sedang memperlihatkan wajah poker face nya, apa dia sedang bersandiwara di depan semua nya? Di saat yang bersamaan para murid di kelas ku berbicara dengan nada pelan dan aku tahu betul apa yang mereka bahas saat ini.
Membuat orang tua datang ke sekolah dan membuat sedikit keributan itu memang kejadian yang jarang terjadi bahkan 10% tidak akan terjadi kejadian seperti ini.
Ini gawat, bisa - bisa reputasi Kuruna jatuh kalau begini terus.
" Sensei.., boleh kah aku mengajak pulang Kuruna saat ini? Ibunya sangat khawatir dirumah.. "
Namun sensei memikirkannya sejenak dan berkata dengan tenang.
" Saya adalah wali kelasnya, masalah boleh tidak boleh nya Kuruna pulang saya yang akan bertanggung jawab, ini mungkin juga akibat kelalaian saya karena tidak memperhatikan murid - murid saya, tapi sebelum itu bukankah kita harus tahu dulu siapa yang membawa putri bapak kemarin.. tidak mungkin kalau pelakunya bukan diantara mereka. " Sensei berkata seperti itu sambil menoleh ke arah kami semua.
Sensei.., kau serius?.
" Ya sensei memang benar agar tidak terjadi kembali kita harus bertindak secepatnya bukan?. " Tambahnya dari ayah Kuruna.
Dan dengan wajah yang memelasnya ia menoleh ke arah kami semua yang ada di kelas ini kecuali sensei yang menunjukkan raut wajah marahnya.
" Baiklah.., apa kalian dengar semua?. "
*Bruak* suara dari papan tulis yang di hantam dengan kepalan tangan sensei terdengar di seluruh kelas ini, sensei saat ini benar - benar marah besar kami semua hanya bisa terdiam dan tak bisa berbicara apa - pun, mereka yang tadi membicarakan Kuruna juga terdiam karena ketakutan.
" Siapa.., yang membawa Kuruna tanpa izin orang tua nya.."
Bagaimana ini? Apa aku harus berkorban atau bagaimana? Apakah ini akhir dari kehidupan ku yang tenang?.
Tapi setelah sensei marah, dengan cepat ayah Kuruna ini berkata..
" Sensei sepertinya saya tidak mau memperpanjang masalah ini jadi tidak perlu, yang terpenting Kuruna telah ditemukan itu sudah membuatku senang, ayo Kuruna kita pulang ibumu sangat mengkhawatirkan mu saat ini. "
" Kuruna.., pulanglah dan minta maaf kepada kedua orang tua mu saat ini. "
Kuruna hanya bisa mengangguk dan membuang pandangannya ke bawah dan disaat bersamaan dia mulai mengemasi barang - barang sekolah nya, aku hanya bisa mendengar suara barang - barang nya yang ia masukkan ke dalam tas, setelah ia mengemasi barang bawaannya, dia pun menghampiri ayah nya, satu langkah, dua langkah, dan tiga langkah Kuruna pun berhenti.
" Terima kasih. "
Itu yang aku dengar, kata - kata singkat itu membuat dadaku terasa sesak bukan main, dan mataku tertuju ke punggung Kuruna itu.
Apakah yang aku ucapkan itu hanya sekedar omong kosong yang keluar dari mulut ku? Apakah ini akhirnya? Bahkan aku sendiri tidak bisa bertindak untuk menyelamatkan Kuruna.
Padahal aku sudah bilang kepadanya, walaupun ada yang menggangu aku akan menerobos dan menghancurkan nya, dan menjadi seseorang yang pertama yang akan menyelamatkan nya.
Itulah tekad ku.
Aku merasakannya, jika aku tidak mengambil tindakan maka besok aku tidak akan pernah melihatnya kembali, Kuruna akan menghilang tanpa aku ketahui.