~~ Sudut Pandang Kuruna ~~
Hari ini sama seperti hari yang biasa aku lalui, namun terkadang terlintas awan hitam yang melayang di atas kota ini.
Ya.. mau bagaimana lagi, ini sudah masuk musim panas jadi melihat awan hitam yang berterbangan di udara bukanlah hal yang patut untuk dikejutkan.
Buktinya kota sebelah telah dilanda hujan kemarin malam.
Setelah mengantar adik kelas yang bernama Yohiko Rina, aku pun melangkahkan kaki ku ke arah pohon yang berada di taman belakang sekolah, disana tidak ada siapapun kecuali seorang laki - laki yang sedang menyandarkan tubuhnya ke pohon besar tersebut.
Sepertinya dia sudah menunggu cukup lama, pikirku, lalu tak lama kemudian aku pun berjalan dengan mengendap - endap, lalu saat aku berada di belakang samping laki - laki itu, aku pun langsung menutup kedua matanya dengan menggunakan kedua tangan ku ini.
" Coba tebak.. "
" Hm.., tangan selembut ini tidak mungkin dimiliki oleh Kuruna..., Siapa kau?. "
Dia tidak mengenali suara ku? Dan apa - apaan coba.., dia bilang tangan ku tidak selembut yang dia kira?.
Ah.. entah kenapa aku dibuat kesal oleh anak laki - laki ini.
Namun, sebelum aku mengatakan kalau yang sedang berada di dekat nya ini aku, dia pun langsung menggenggam erat kedua tangan ku.
Aku pun terheran dengan apa yang ia lakukan saat ini, ada apa dengan nya? Apa dia sedang terkena masalah?.
" Tapi ya.., bagiku tidak ada orang yang memiliki tangan selembut ini selain pacarku, benarkan Kuruna. "
" Ah.., kau rupanya sudah tahu.., aku tadi sempat terkejut saat kau bilang tangan ku tidak selembut yang kau kira. "
Saat aku hendak melepaskan kedua tangan ku dari matanya entah kenapa genggaman nya malah bertambah kuat, aku pun dibuat nya bingung oleh tingkah lakunya ini.
Jarang sekali Arata melakukan hal seperti ini.
" Arata-kun, bisakah kau melepaskan genggaman mu?."
" Aku selalu mencintaimu Kuruna.., jadi.. maukah kau membuatkan ku bekal makan siang setiap hari?. "
Jadi begitu.. aku kira ada masalah yang sedang menimpanya, tapi apa yang dia katakan patut ditanyakan karena aku tidak tahu maksud dari ucapannya saat ini.
" Apa yang kau katakan Arata-kun? Bukankah ada Shiori dirumah? Kau bisa meminta kepadanya bukan?. " Jawabku.
" Kau benar, tapi setelah Shiori pergi siapa yang akan membangunkan ku setiap hari? Lalu siapa yang akan membuatkan ku sarapan dan bekal makan siang untuk ku? Lalu siapa yang akan memasak makan malam di rumah ku?. "
" Ah.., kau banyak mau nya ya Arata-kun, baiklah aku akan menjagamu jika Shiori telah berangkat ke luar negeri nanti."
Lalu dengan cepat Arata-kun tersenyum tipis kearah ku dan sembari berkata.
" Ah sekalian jika kau mau tidur bersa-
" Tidak akan. "
" Sepertinya itu sudah pasti kau tolak, mungkin aku terlalu berlebihan untuk yang kali ini, tapi setidaknya terima kasih karena telah mau mengurus pria yang tidak berguna ini. "
Dia mulai lagi.
" Arata-kun.. "
Aku pun memaksakan tangan ku agar bisa terlepas dari genggamannya dan akhirnya berhasil.
Lalu aku pun menyentil jidatnya perlahan.
" Aku sama sekali tidak keberatan untuk mengurus mu, meskipun jika kita bukanlah sepasang kekasih aku akan mengurus mu. "
" Kalau kau berkata seperti itu sepertinya tidak akan jadi masalah, baiklah.. akan aku terima tawaran mu itu Kuruna. "
Sepertinya aku sedang dikerjai oleh Arata-kun, sebenarnya saat ini siapa yang membuat permintaan itu? Aku atau Arata-kun?.
Ya.. ini benar-benar aku sedang dikerjai oleh Arata-kun agar aku yang menjadi pemohon saat dipercakapan tadi.
Aku hanya bisa menghela napas dan melihat ke arah Arata-kun yang sedang memandangi langit yang penuh dengan awan.
Tanpa aku sadari wajahku memerah saat melihat nya, gawat.. ini.. tidak, aku harus bisa menahannya.
" Ada apa Kuruna?. " Tanya nya dengan nada datar sama seperti biasanya.
Dari luar dia sangat tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya, namun aku berfirasat kalau dia adalah seorang laki-laki yang baik.
Itulah yang aku rasakan dari lubuk hati ku yang paling dalam.
" Tidak, tidak ada apa - apa. " Jawabku dengan cepat tanpa membuat kecurigaan muncul.
" Lalu? Apa kau membawa apa yang aku minta tadi?. " Lanjut ku.
Dia diam sejenak lalu mengambil bungkusan kotak berwarna hijau sebagai pelindung bagian luarnya, dia pun menaruh bungkusan kotak itu di depan kami berdua lalu membukanya.
" Tenang saja.. aku membawanya. "
Kotak hitam dengan tiga lapis berwarna hitam itu adalah isi dari bungkusan kain tadi.
Ya.. itu adalah bekal makan siang kami berdua, sejujurnya aku sudah tahu apa isi yang ada didalamnya tapi mana mungkin aku memberitahu apa isinya.
Sama seperti biasanya kami makan bekal itu bersama dengan angin yang berhembus perlahan dan tenang membuat suasananya menjadi tenang dan tentram.
Ini benar-benar tempat yang paling nyaman di area sekolah, yang menjadi masalahnya adalah bagaimana kalau ada genangan air ataupun salju yang menumpuk nanti ya?.
Itu mungkin akan dipikirkan oleh Arata-kun nanti.
Setelah kami memakan bekal kami Arata-kun pun mengistirahatkan tubuhnya dengan kepalanya yang ada di pangkuanku.
Sesekali aku mengelus kepalanya dengan lembut dan Arata-kun memejamkan matanya kemungkinan dia sedang menikmatinya.
Tanpa menanyakan persetujuan dari Arata-kun aku pun mengecup keningnya dan reaksi yang aku terima adalah.
" Kuruna… apakah ada yang terjadi?. " Kata Arata-kun dengan nada datarnya seperti biasanya.
Tanpa memperlihatkan reaksi terkejutnya itu sudah membuatku terheran, seharusnya disaat seperti ini Arata-kun akan jadi seperti ' A-a-a-apa yang kau lakukan Kuruna ' membayangkan nya saja sudah membuatku senang bukan main.
" Baiklah sekarang kau mulai aneh Kuruna, kenapa kau tiba-tiba tersenyum seperti itu?. " Lanjut Arata-kun setelah melihat ekspresi ku berubah seketika.
" Tidak.. aku tidak sedang membayangkan apa - apa. " Kataku untuk memastikan Arata-kun tidak memikirkan hal aneh terhadap ku.
" Kuruna… "
Pada saat Arata-kun memanggil namaku tangan kanannya saat ini sedang memegang pipi kiri ku dan perlahan mengelusnya.
Lalu beberapa detik kemudian dia berhenti dan berkata.
" Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan mu, meskipun pada awalnya aku tidak terlalu peduli denganmu tapi aku sangat berterima kasih kepada mu karena telah memilih ku. "
Ini… tidak seperti Arata-kun yang biasanya, apa yang telah terjadi?.
Tapi..
" Arata-kun... "
" Hm?. "
" Bolehkah aku… mencium mu?. "
Dan kata - kata yang telah aku pendam selama ini telah keluar dari mulutku tanpa disengaja.
Tak ada niat untuk menyangkalnya.
Tak ada niat untuk berhenti.
Aku perlahan mendekatkan wajah ku ke arah wajah Arata-kun yang masih diam saat aku berkata seperti itu.
Tidak ada tanda-tanda untuk menolaknya dan tidak ada rasa malu untuk melakukan hal ini.
Seperti sedang diberikan lampu hijau olehnya, aku pun perlahan demi perlahan mendekatkan bibirku dengan bibirnya dalam keadaan Arata-kun masih di pangkuanku.
Namun saat beberapa senti lagi aku berciuman dengannya tiba - tiba dia menghentikan diriku dengan mendorong pundak ku menggunakan tangan kanannya dan perlahan tubuhku dipaksa untuk menyandar ke pohon yang ada di belakang ku.
Lalu dengan cepat Arata-kun mencium ku.
Lembut dan hangat itulah yang bisa aku rasakan saat ini, bibirku dan milik Arata-kun telah menyatu.
Tidak ada tanda Arata-kun melepaskan ciumannya lalu 1 menit kemudian dia mulai melepaskannya dengan wajah yang sedikit memerah dia melihat kedua mataku dari jarak dekat.
Begitu pula dengan ku dan akhirnya sebuah kata muncul dari mulutku.
" Lagi.. "
Itulah yang aku katakan kepadanya dengan pelan, dan untuk kedua kalinya aku lah yang mulai mencium nya bibir dengan bibir.
Aku pun memeluknya dengan erat dalam masih keadaan bibir kami menyatu dan respon Arata-kun juga sama, dia memelukku dengan eratnya.
Lalu setelah puas dengan ciumannya aku pun melepaskan ciuman tersebut dan berakhir menyandarkan kepalaku di dada Arata-kun.
" Maaf telah meminta permintaan egois.. " Kataku yang masih berada di dekapan Arata-kun.
" Tidak… aku lah yang kurang bisa memahami perasaan mu Kuruna. "
Dan akhirnya istirahat makan siang kami pun berakhir dengan pertanda bel sekolah yang terdengar di penjuru sekolah.
***
~~ Sudut Pandang Arata ~~
Seolah - olah ini semua telah direncanakan olehnya, entah kenapa aku yang ingin menjauh dari kehidupan ini.
Kenapa ia selalu menjerumuskan ku kedalam masalah - masalah yang ia buat, bukankah di duniamu masih banyak orang yang menghargai kehidupan nya sendiri? Kenapa harus aku yang dipilih?.
Namun sepertinya aku harus berterima kasih 'kepadamu' karena telah mempertemukan ku dengan Kuruna.
Malam ini terasa begitu dingin, saat ini aku sedang berjalan - jalan di area sekitar pusat kota, sembari memenuhi panggilan dari Paman Sakata.
Ah.. mungkin kalian sudah kenal dengan dia, dia adalah paman yang memiliki toko roti itu.
Dia menyuruhku datang untuk berbicara beberapa jam yang lalu dan sesekali dia menawarkan ku untuk bekerja ditempat nya.
Ya.. aku menolaknya, karena saat ini aku sama sekali belum butuh yang namanya uang, jadi aku tidak akan terlalu rajin dalam bekerja.
Ngomong - ngomong hari ini aku libur dari pekerjaan paruh waktu ku.
Sudah 4 tahun aku menjauhkan diri dari kehidupan sosial ku, dan jangan kalian kira aku *Neet* atau *Hikikomori*, Karena aku bukanlah keduanya.
Aku hanya menjauh karena aku telah merasa dikhianati oleh kehidupan ku sendiri dan juga idealisme ku dulu.
Dulu saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 6, aku pernah melihat sebuah anime dan di dalam anime tersebut aku mengagumi sosok pemeran utamanya, semua masalah dia bisa atasi dengan baik dan yang paling penting dia sangat suka ikut campur dalam masalah orang lain.
Meskipun sosok yang terkena masalah itu sempat menolak bantuan dari nya, tapi sang tokoh utama tersebut tetap ikut campur dalam masalah nya meskipun dia tahu apa resiko yang ia dapatkan dan pada akhirnya setelah masalah itu diselesaikan olehnya, pemeran sampingan itu langsung meminta maaf kepadanya lalu akhirnya mereka berteman dengan baik.
Itulah impian ku saat masih kecil dulu, namun sekarang aku sudah paham bagaimana kehidupan nyata itu bergulir pada setiap harinya, semua nya memang benar - benar tidak berguna begitu juga aku.
Namun saat aku sedang melamun kereta yang hendak aku naiki pun tiba, tapi aku melihat seseorang yang sedang memakai sebuah kacamata dengan disertai topi bunga matahari itu keluar dari kereta tersebut dengan memakai jaket kulit berwarna cream cerah menutupi seluruh tubuhnya hingga lutut.