I'm Not Main Character

Adam Maulana Hasan
Chapter #9

Chapter 8 - Rahasia Dari Dua Artis

Setelah Rina menemukan buku yang dia cari itu, dia pun bergegas pergi dari perpustakaan ini. Dan juga saat ini pekerjaan ku telah selesai, apa salahnya jika aku melihat pekerjaan perempuan itu.

Ya.. hanya untuk menghabiskan waktu luang saja, daripada berdiri disini tanpa melakukan apapun. Aku dengar gosip yang beredar tadi pagi, tapi.. yang menjadi masalahnya adalah kenapa dia menolaknya?.

Aku pun pergi ketempat Sakayanagi-san berada setelah menanyakan dimana Sakayanagi-san kepada penjaga perpustakaan yang bernama Kana Hanegawa itu.

Meskipun aku tidak membantu merapikan buku - buku yang dibawa oleh Sakayanagi-san itu, aku hanya bisa melihatnya dari belakang dan bersandar di bibir bawah jendela ini dan menikmati angin sepoi-sepoi yang sejuk.

Dan akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya tentang kejadian yang sedang menimpanya saat ini.

" Sakayanagi-san.., aku dengar Takagawa menyatakan perasaannya kepadamu, apa benar begitu?. "

Aku pun memulai pembicaraan dengan menanyakan hal yang sedang menjadi pembicaraan hangat di kelasku tadi, dan yang aku dengar adalah Ryuji Takagawa kemarin sore setelah pulang sekolah dia menyatakan perasaannya kepada Natsume.

Bukannya ia terima tapi Sakayanagi-san itu menolak perasaan tulus Takagawa itu.

Dan saat ini tangannya berhenti bergerak memasukkan buku - buku itu ke dalam rak nya, dan mungkin itu juga membuatnya terkejut karena pembahasan seperti ini sangatlah sensitif apalagi saat ini teman - teman nya sedang menjaga jarak dari Sakayanagi-san.

Itu yang aku tahu setelah mengamati nya sejak tadi pagi.

Tapi tidak untuk Takagawa dia sepertinya baik - baik saja sama seperti biasanya, dan dia pun bertingkah layaknya kemarin tidak terjadi apa - apa.

Atau jangan-jangan gosipnya diputar balikkan? Ah maksud ku adalah kemungkinan besar ada yang memutar balikkan gosip tersebut dan membuat mereka yang mendengarnya salah paham.

Kecemburuan atau bisa disebut iri termasuk salah satu tujuh dosa besar, maksudku berbicara seperti ini adalah semua termasuk tujuh dosa besar.

Itu semua terdapat di dalam tubuh manusia tak terkecuali aku.

Jadi singkatnya aku tidak begitu peduli dengan hal tersebut.

" Bagaimana kau tahu itu Katsugi-kun, apa kau diberitahu oleh mereka?. "

Mungkin jika diperhatikan lagi kata 'Mereka' mungkin tertuju ke murid - murid yang ada dikelas ku

" Apa kau bercanda? Mana mungkin aku ikut dalam kehidupan yang kalian sebut kelompok itu, bagiku mereka adalah tokoh tambahan yang tidak berguna, tapi lain lagi kalau mereka berpengaruh di dalam kelas tersebut, aku akan menyebut mereka sebagai Tokoh Utama. " Aku pun menjelaskan tentang pendapat ku tentang mereka semua kepada Sakayanagi-san.

Tapi yang menjadi pertanyaan besarnya adalah kenapa aku memberitahu hal itu kepada Sakayanagi-san?.

Atau jangan-jangan karena aura dari gelar ketua kelas itu yang membuat ku mengatakan kepadanya?.

" Heh.. begitu ya, aku tidak mengenalmu begitu dalam tapi mungkin aku ini juga termasuk tokoh tambahan yang tidak berguna sama seperti yang lainnya bukan?. "

Ya, awalnya aku menganggap Sakayanagi-san sebagai tokoh tambahan yang tidak berguna tapi semenjak aku sedikit mengenalnya, aku menaikkan peringkatnya yaitu menjadi seorang tokoh utama.

Aku hanya bisa berharap kalau dia bisa bertemu dengan kisah yang dia impikan sama seperti pemilik status tokoh utama di mata ku.

Ya, hanya itu harapan ku.

" Tidak Sakayanagi-san.., bagiku kau adalah seorang tokoh utama yang harus bahagia sama seperti Tokoh Utama yang ada pada pandanganku, kau seharusnya seperti itu. "

Saat aku berkata seperti itu, Sakayanagi-san terdiam seperti sedang berpikir sesuatu, namun pada akhirnya dia mengatakan hal yang tidak ingin aku dengar darinya.

" Kalau begitu.. menurut mu siapa yang akan membuat ku bahagia.. "

" Kalau tentang itu aku tidak tahu… " kataku dengan menjawab pertanyaan dari Sakayanagi-san.

Dan melanjutkan perkataan ku dengan banyak mempertimbangkan banyak segala hal dan akhirnya aku memutuskan untuk mengatakan nya.

" Aku kira kau dan Takagawa akan menjadi-- "

" Jangan menyebut namanya!!. "

Aku pun terkejut saat dia menyanggah perkataan ku dengan nada tinggi nya, dia sepertinya sedang kesal bahkan suaranya tidak ia tahan padahal ini perpustakaan.

Dia bukanlah Sakayanagi-san yang aku kenal, sebelumnya aku tidak pernah melihat dirinya dipenuhi dengan emosi seperti ini.

Jadi kemungkinan besarnya adalah terjadi sesuatu diantara mereka berdua, Sakayanagi-san dan Takagawa.. aku ingin tahu apa yang sedang terjadi.

Setelah dia marah seperti itu aku tidak berani untuk menatapnya langsung meskipun dia masih menghadap ke arah lantai, aku saat ini hanya bisa mengalihkan pandangan ku ke arah luar jendela dan berpikir.

Jika seperti ini hanya Kuruna lah yang bisa mengobati luka nya, tapi yang membuatku menjadi penasaran adalah apa yang dilakukan Takagawa hingga bisa membuat Natsume semarah ini aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan, tapi yang bisa aku lakukan untuknya hanya ada satu.

Yaitu meminta maaf kepadanya.

" Maafkan aku Sakayanagi-san, sepertinya kau sedang mencegah ku agar tidak mencampuri urusan mu lebih dalam lagi. " Dengan alasan yang tidak mendasar itu aku meminta maaf kepadanya dengan maksud agar obrolan ini tidak beralih lebih dalam lagi dari ini.

" Tidak.., seharusnya aku yang meminta maaf karena tadi sempat membentak mu. " Dia pun langsung merespon permintaan maaf ku.

Sepertinya dia tahu apa yang telah ia perbuat itu bertentangan dengan sifat yang ia miliki, namun aku sama sekali tidak mempermasalahkannya karena itu semua hal alami yang biasanya terjadi saat hati dipenuhi dengan pikiran berlebihan.

" Tidak apa - apa, dari pada diam dan tak melakukan apapun itu malah lebih menyakitkan."

Ketika aku berbicara seperti itu Sakayanagi-san diam sejenak dan melanjutkan merapikan buku yang tengah ia bawa itu.

" Ya, kau benar. "

Dia sudah sedikit tenang, aku harus mencari sesuatu yang bisa membuat jarak kami berdua kembali dekat seperti saat sedang dengan Kuruna.

Jika Kuruna tahu kalau kami menjaga jarak bisa - bisa aku yang terkena marahnya, ini benar-benar merepotkan.

Namun suatu ide pun terpikirkan olehku, cara mendapatkan flag pertemanan kembali dengan Sakayanagi-san.

" Sakayanagi-san, sepertinya aku tidaklah pantas untuk meminta ini, tapi sebagai permintaan maaf ku karena telah membuat mu mengingat hal yang tidak diinginkan, aku mohon kepada mu.. bolehkah kau menjadi satu kelompok dengan ku saat kamp musim panas nanti?. "

" Eh?. "

Dari raut wajahnya sudah terlihat jelas dia lebih tenang sekarang daripada tadi dan aku juga sangat lega karena tidak membuat nya tertekan lagi tapi disaat Kuruna dibutuhkan dia sedang tidak ada disini, mungkin aku juga bisa mengurus masalah ini juga.

Tidak, aku tidak ingin ikut campur dalam masalah Sakayanagi-san karena aku sudah mempunyai hal yang harus aku lakukan, tujuan utamanya adalah Kashiwagi Rina tidak lain dan tidak lebih dari itu.

" Ya.., jika kau mau satu kelompok dengan ku.. aku tidak keberatan. " Katanya.

" Tapi yang menjadi pertanyaannya adalah apa tidak apa - apa kau ikut kedalam kelompok ku? Jika kau tiba-tiba diajak oleh teman mu satu kelompok bagaimana?. "

" Tidak apa - apa.., aku akan menolak mereka semua. "

Wah.., dia sangat serius dengan ini semua aku seperti nya sudah salah mengambil langkah.

" Kau yakin?. " Aku bertanya untuk memastikan apa baik - baik saja untuk menolak ajakan teman - teman nya itu.

" Ya. "

Baiklah.. aku tidak tahu jalan pikiran anak perempuan satu ini, Sakayanagi-san terlihat berbeda kali ini dari pada Sakayanagi-san yang lalu, saat masih kelas 1 dengannya dia terlihat sangat tidak peduli kepada ku bahkan nada bicaranya saat berbicara dengan ku saja dia terlihat ragu - ragu.

Aku memang benar-benar tidak tahu jalan pikiran anak perempuan,sungguh.

***

" Aku pulang…. "

Sepertinya itulah yang aku katakan tadi tapi saat ini ada seorang perempuan dengan rambut putihnya yang panjang itu didepan ku saat ini sedang terlihat kesal, dia bahkan tidak menjawab nya.

" Jadi.. ada apa perempuan yang imut di dunia ini terlihat kesal kepada kakaknya?. "

" Jangan membuat ku kesal lagi kakak.., kenapa kakak datang terlambat?."

Baiklah, ini pasti sedang terjadi sesuatu.

" Setidaknya kau bisa menjawab kepulangan ku bukan?. "

" Baiklah.., selama datang.. "

Humu, aku tahu adik ku sangatlah imut dia bagaikan pengobat hati ku ini, karena dia lah yang mau merawat kakaknya hingga besar seperti ini dan tak pernah mengeluh sedikitpun aku sangat senang.

" Kakak, aku mau berangkat ke tempat mama dan sepertinya aku tidak akan pulang hari ini. "

" Apa kau mau membantu membuat komik nya?. "

" Ya.., dia bilang sebentar lagi deadline pengumpulan dan dia butuh beberapa pekerja lagi untuk mengurus berbagai hal. "

" Oh begitu, baiklah hati - hati dijalan ya Shiori. "

" Ya, kakak jangan lupa makan yang sudah aku siapkan tadi dan jangan lupa kerja part time mu itu. "

" Baik - baik, aku tidak akan melupakan nya. "

Setelah dia memakai kedua sepatunya dan juga membawa sebuah bungkusan besar yang sepertinya itu adalah makanan untuk para pekerja ibu ku dan juga untuk ibu ku, dia pun keluar dari pintu yang ada dihadapan ku ini dengan melambaikan tangannya dan tersenyum ke arahku.

Dan akhirnya menghilang dari balik pintu tersebut.

" Ah.. aku lupa menanyakan nomor telepon milik Kuruna. "

Tapi biarlah, mungkin saat ini Kuruna sedang sibuk dan tak mau diganggu buktinya Shiori tidak bilang apa - apa soal Kuruna.

Yang jelas Kuruna tidak menelepon seharian ini, baiklah.. waktunya makan lalu bekerja.

Dan mungkin sudah saatnya aku belajar untuk mempersiapkan ujian yang akan datang, kemungkinan besar juga manajer ku ingin aku libur disaat seperti ini.

Saat ini aku berada di ruang makan keluarga, dan diatas meja sana terdapat makanan yang tadi Shiori buatkan untuk ku, aku sungguh senang dan saat aku mendekati makanan tersebut terlihat secarik kertas sedang tertindi oleh mangkuk nasi ku.

Otomatis aku mengambil dan membaca nya namun saat aku melihat isi dari kertas tersebut aku sangat senang karena di kertas ini tertulis nomor milik Kuruna.

Ah.. kau adik yang sangat perhatian ya Shiori.

Setelah mendapatkan nomor Kuruna aku pun menelepon ke arah nomor yang ada di kertas tersebut menggunakan smartphone milik ku, beberapa detik aku menunggu dan akhirnya tersambung.

" *Halo.., disini dengan keluarga Kurugaya*… "

Ini nomor telepon rumah yang ada disana ya, kapan Shiori meminta nya?.

" *Halo.., ini dengan siapa ya?*.. "

" Ah maaf, ini aku Arata.. " Kataku dengan nada datar seperti biasanya.

" *Eh!? Arata-kun!? Kenapa kau bisa tahu nomor telepon rumah ku? Apa itu dari Shiori?*. "

" Ya, tepat yang kau katakan. "

" *Akhirnya aku bisa berbicara dengan mu Arata-kun*, kau tahu? *Aku sangat senang bisa mendengar suara mu malam ini*. "

" Aku juga.. "

Aku tidak tahu ekspresi apa yang ia tunjukkan saat sedang menelepon ku ini, tapi yang jelas sepertinya dia sangatlah senang.

" Bagaimana dengan keadaan nenekmu?. " Aku pun menyinggung soal keadaan neneknya yang sedang sakit disana.

" *Ah.. itu, nenekku sedang berada dirumah sakit*. "

" Jadi penyakit nya separah itu ya?. "

" *Ya.., bisa dibilang dia sedang dalam keadaan kritis, tapi tenang saja.. aku akan kembali saat ujian nanti*. "

" Ya.., aku akan menunggumu, yang terpenting saat ini adalah kesehatan nenekmu. "

Lihat selengkapnya