I'm Not Main Character

Adam Maulana Hasan
Chapter #17

Chapter 16 - Kenangan Musim Panas

Matahari adalah musuhku, sepertinya aku pernah bilang seperti itu. Namun saat ini… matahari adalah teman sementara ku, karena apa? Karena hari ini adalah hari dimana aku dan Kuruna akan membuat kenangan di liburan musim panas!.

Panas terik, suara serangga musim panas dan payung serta berbagai alat untuk melindungi diri mereka dari panas matahari, itu adalah ciri khas dari musim panas. Oh aku lupa menambahkan sesuatu… semangka. Buah semangka adalah buah yang sering dimakan saat musim panas aku tidak tahu kenapa harus buah itu namun aku juga suka memakannya saat berdiam diri di rumah pada cuaca panas seperti ini.

Saat ini aku memakai kemeja biru dengan celana pendek serta sandal jepit sebagai alas kakiku. Dan tak lupa juga aku membawa tas panggul yang berisi dengan kebutuhan sehari-hari ku seperti baju ganti dan alat untuk mandi. Karena apa? Karena 2 hari ini aku akan menginap di rumah keluarga Kurugaya.

Ini adalah ide terburuk yang pernah ada namun jika aku bisa menghabiskan waktu dengan Kuruna maka akan aku lakukan apapun itu meskipun aku tidur di luar.

" Tapi kenapa… aku harus menunggu di depan stasiun? Dia bisa memberikan alamatnya bukan?. "

Ya, seperti yang aku katakan tadi, aku saat ini sedang berdiri di depan stasiun kereta api. Karena Kuruna bilang kemarin malam kalau aku hanya perlu menunggu didepan stasiun jika aku telah turun dari kereta.

Ini membosankan…

" Ah... Maaf Arata-kun… apa kau sudah lama menunggu ku?. "

Aku pun menoleh ke arah suara tersebut dan apa yang aku dapati dari kedua mataku adalah seorang perempuan berambut hitam dengan wajah yang tersenyum serta memakai baju one piece putih dan memakai topi bundar berwarna putih sedang berada di sampingku.

Ah… hatiku menjadi lebih baik setelah melihat Kuruna secantik ini...

" Ya… aku sudah menunggu lama disini apa kau tahu?. "

" Sepertinya biasanya… tuan tokoh sampingan… " Katanya dengan senyum yang merekah di wajahnya.

Benar-benar membuatku bahagia, melihat senyuman itu. Sudah berapa lama aku tidak merasakan hal seperti ini? Mungkin selama liburan musim panas.

" Mau sampai kapan kau berada disana? Ayo kita pergi. "

" Ya… ini tidak terlalu buruk sama sekali. " Kataku dengan mendekat ke Kuruna.

" Bicara dengan diri sendiri lagi?. "

" Kau sudah tahu kan bagaimana diriku ini?. "

" Ya… tapi sepertinya aku melupakan sesuatu. "

" Melupakan sesuatu?. "

Kuruna pun melepaskan topi yang ia pakai dan seketika itu dia mendekati wajahku dan mencium ku pas di bibirku. Aku sedikit terkejut dengan kelakuannya sehingga aku mundur sedikit saat dia mencium ku. Tidak terlalu lama dia pun melepaskan ciumannya dan dengan pipi yang merona merah karena malu dia pun berkata.

" Aku sangat merindukanmu, Arata-kun. "

" Melakukan hal seberani itu di tempat umum, tidak seperti Kuruna yang biasanya. "

" Kalau begitu… "

Kuruna pun berdiri di samping ku dan memeluk lenganku dengan erat. Dia menatapku sebentar lalu dengan semangatnya dia menarik ku untuk mengikuti ke arah mana yang ia mau tuju saat ini.

Diperlakukan seperti ini oleh Kuruna sangat menenangkan hatiku, mimpi buruk semalam seperti tidak pernah terjadi… sungguh… aku sangat bersyukur bisa bertemu dengannya.

Disepanjang jalan Kuruna menceritakan apa yang terjadi saat dia baru sampai di kampung halamannya ini, di desa tempat nenek Kuruna tinggal di kelilingi oleh hutan namun meskipun di kelilingi oleh pohon yang menjulang tinggi nan lebat itu aku masih bisa merasakan panasnya matahari disela-sela daun lebat yang tumbuh di pepohonan.

Namun tidak seperti yang tadi, disini terasa sangat menyejukkan. Aku bisa saja duduk dibawah salah satu pohon itu dan tidur dengan pulas nya. Namun saat Kuruna sedang bercerita panjang lebar kami berdua diberhentikan oleh seseorang.

" Jadi Arata-kun… nanti malam aku ingin-. "

" Oya? Kuruna-chan… siapa dia?. "

" Oh… halo Misa-obachaan. "

Kami berdua diberhentikan oleh sapaan dari nenek-nenek yang sedang menyirami tanaman di pekarangannya. Aku melihat ke arah rumahnya dan disana terdapat tulisan "Toko Manisan Himawari". Tokoh manisan ya…

" Perkenalkan Misa-Obachan, dia adalah Katsugi Arata-kun, yang pernah aku bicarakan. "

" Oh… jadi ini orangnya, dia sungguh tampan seperti yang kau bilang waktu itu. "

" Mi-misa-Obachan, jangan dikatakan… "

" Hm? Kenapa memangnya? Dia benar-benar tampan lo… kau sungguh beruntung bisa menemukan lelaki seperti dirinya, aku harap kau bisa menjaga Kuruna-chan dengan baik ya, Katsugi-kun… "

" Ya… aku akan menjaganya dengan baik, tidak akan aku biarkan seseorang menyentuhnya bahkan lalat sekalipun. "

" Mah… dia sungguh sangat baik, semoga hubungan kalian bisa terus berlanjut hingga ke pelaminan ya. "

Tiba-tiba wajah Kuruna menjadi merah saat Misa-san bilang seperti itu. Ya… itu sedikit memalukan tapi itu adalah doa dari seorang nenek yang baik. Jadi apa salahnya untuk menjawab doanya..

" Akan aku usahakan yang terbaik agar Kuruna bisa tetap mencintai ku selamanya. "

" Bagus… itu semangat yang bagus Katsugi-kun. Melihat kalian berdua mengingatkan ku akan kenangan masa muda ku dengan suamiku. Ah… itu sudah cukup lama… apa kalian berdua mau mampir sebentar?. "

Pertama kami saling menatap satu sama lain, kemudian Kuruna mengangguk ke arahku seperti berkata 'boleh' dan pada akhirnya, kami berhenti di tokoh milik Misa-san dengan mengobrol tentang masa lalunya dan beberapa cerita yang membuatku terkesan akan desa serta penduduk di desa Kuruna.

Tapi selain cerita yang menarik itu aku juga bisa mencicipi manisan buatan Misa-san. Ini sungguh luar biasa, manisan ini sangat enak, dan beberapa roti buatannya juga sangat menakjubkan. Aku ingin tahu resepnya agar aku bisa membuatkannya untuk Shiori saat pulang nanti.

Tak terasa matahari sudah berada di sebelah barat dan hampir tenggelam, kami berdua pamit kepada Misa-san dan melambaikan tangan sebagai salam perpisahan. Dan ajaibnya aku diberi resep manisan serta roti yang ia buat. Ini benar-benar hari yang terbaik.

Lampu jalanan telah menyala dan orang yang berlalu lalang mulai menjadi ramai seketika. Apa telah terjadi sesuatu? Pikirku.

" Kuruna… kenapa banyak orang-orang disini?. "

" Oh… aku lupa bilang, atau kau benar-benar lupa? Besok kan ada festival kembang api disini, jadi mereka semua mempersiapkannya lebih awal agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan jika mereka membangun kedai mereka di esok hari. "

" Begitu ya… benar seperti kata Misa-san, penduduk disini benar-benar menyambut acara tahunan dengan antusias, apa keluarga mu juga membuat kedai disini?. "

" Tidak, mereka tidak membuatnya, mungkin karena mereka ingin menjaga nenek saat ini, biasanya kami membuka kedai soba saat festival seperti ini. Sungguh kenangan yang indah… saat kami semua sekeluarga bisa berkumpul. "

" Tahun depan… mungkin kedua orang tua mu akan membuka kedai mereka lagi, bersama dengan mu Kuruna. "

" Ya… aku harap seperti itu, terima kasih Arata-kun, jika bukan karena mu… mungkin saat ini mereka tidak akan bersama lagi. "

Menyelamatkan dan diselamatkan adalah hal yang lumrah di dunia ini, namun… kata diselamatkan adalah hal yang jarang di dunia ini. Kau telah berbuat baik kepada orang itu namun giliran kau yang ingin diselamatkan oleh orang lain, mereka tidak akan pernah ada saat kau membutuhkan mereka.

Ego manusia bermacam-macam bentuknya, jika kau berpikiran bahwa dia baik maka itu salah, apa kau pernah melihat dia saat berada di belakang mu? Jawabannya adalah tidak. Aku sudah mengalami berbagai macam hal, contohnya adalah apa yang aku katakan tadi.

Tapi semua pemikiran hal itu hancur seketika saat aku bertemu dengan Kuruna, aku pikir Kuruna akan meninggalkan ku seperti mereka, tapi kenyataannya dia tidak pernah meninggalkan ku. Itulah yang membuatku bisa bersyukur karena bisa bertemu dengannya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh itu, akhirnya kami sampai di depan rumah yang cukup sederhana dari kayu *mahagoni* berwarna hitam kemerahan, dengan lampu jalan yang berada di depan rumah tersebut dengan pekarangan yang ditumbuhi oleh beberapa bunga musim panas.

Ini rumah yang sangat bagus menurutku, saat aku masih mengamati rumah yang sederhana ini Kuruna pun memanggilku untuk masuk dan tak mau membuatnya untuk menunggu lama aku pun mengikutinya untuk masuk kedalam rumah yang nampaknya terdapat orang itu.

" Aku pulang… "

Seperti dugaan ku, didalam rumah ini juga sangat bagus, kondisinya juga tidak terlalu buruk, hanya ada beberapa bagian yang sedikit rusak namun bila diperhatikan lagi hal itu tidak begitu terlihat.

" Oh kau sudah pulang Kuruna… "

Ibu Kuruna memandangku dengan terkejut setelah menjawab kepulangan Kuruna, dia memakai baju cream dengan kerah yang panjang seperti sweater, namun lengan sweater tersebut pendek. Tak hanya itu dia sedang memakai celemek berwarna merah muda serta sedang memegang pisau di tangan kanannya.

Sepertinya dia sedang mempersiapkan makan malam.

" Ada apa denganmu? Bukankah Kuruna sudah pulang? Kuruna… dari mana saja… kau…… "

Kali ini giliran ayahnya yang datang, dia melihat ku seakan -akan aku adalah eksistensi yang seharusnya tidak berada di rumah ini. Nampaknya… aku sedikit menganggu disini.

" Ah maafkan aku karena tidak bilang, Arata-kun akan menginap disini selama 2 hari… bolehkan ayah… ibu… "

" Te… tentu saja boleh!! Kenapa kau tidak bilang kalau dia akan menginap Kuruna!!. " Ibu Kuruna menghampiriku setelah menusukkan pisaunya ke dinding di dekatnya dan memelukku dengan erat.

" Kuruna… kerja bagus kau membawanya kemari, kali ini ayah akan membicarakan pernikahan mu dengan Arata, aku ingin cepat-cepat menggendong cucuku. "

Tunggu dulu ayah... Apa itu tidak terlalu cepat? Tapi yang seharusnya kau pedulikan adalah perutmu yang terkena goresan dari pisau yang ibu tancapkan di dinding tadi!.

" Kau bisa tinggal selama yang kau mau Arata! Oh… kau harus mandi, ayah! Aku serahkan memasaknya kepadamu, aku akan menyiapkan bak mandi untuk Arata. "

" Baik!. Kuruna!! Kau ikut Arata mandi! Kami berdua akan di dapur dan tak akan menguping, kami berjanji. " Dengan tangan yang menggenggam erat ayah Kuruna bilang seperti itu.

" Ayah… bukannya aku tidak mau, tapi bukankah itu terlalu cepat untuk kami berdua? Tapi jika Arata-kun mau, mungkin akan aku pertimbangkan. " Kata Kuruna dengan menutup sebelah matanya sambil melirik ke arahku.

" Apa!!! Arata!!! Cepat putuskan!! Apa kau ingin mandi bersama dengan Ku-kuruna… "

Oi-oi… bisakah kau membersihkan darah yang keluar dari hidung mu itu? Kau juga ibu… tapi ya… aku juga tidak keberatan dengan tawaran dari keluarga ini. Tapi sebagai seorang laki-laki yang bermartabat aku tidak akan melakukannya.

" Maaf, kali ini aku menolaknya. "

" Sayang sekali ya Arata-kun… aku mau mengganti pakaian ku, ayah, ibu… aku akan membantu kalian mempersiapkan makan malamnya. "

Kuruna pun pergi ke lantai dua meninggalkan kami bertiga, dan akhirnya ketenangan melanda rumah ini. Dan kemudian kedua orang tua ini menjadi lembut seketika, seakan-akan kejadian heboh tadi tidak pernah terjadi.

" Kami sangat berterima kasih kepada mu Arata... Jika bukan karena pukulan mu itu, mungkin aku akan tetap menjadi diriku yang dulu. "

" Ya… kami sangat berterima kasih karena Tuhan telah mempertemukan kalian berdua. "

Lihat selengkapnya